Game Review Guardians of The Galaxy: GoTG yang Calon GoTY

Konten Media Partner
2 November 2021 13:28 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guardians of The Galaxy (Foto: Square Enix)
zoom-in-whitePerbesar
Guardians of The Galaxy (Foto: Square Enix)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Video game Marvel’s The Avengers is sadly, a misstep, tetapi tidak dengan game Guardians of The Galaxy. Square-Enix belajar banyak dari kesalahan menjadikan The Avengers sebagai Games-as-a-service (GAAS) plus bug-bugnya untuk menghadirkan game Guardians of The Galaxy yang lebih mulus dan engagaing secara kualitas.
ADVERTISEMENT
Memiliki durasi permainan selama kurang lebih 20 jam, Guardians of The Galaxy sepenuhnya fokus menghadirkan gameplay single-player. Tidak ada lagi misi-misi co-op, multiplayer, ataupun microtransaction yang membebani player. Semuanya linear dengan penekanan utama ada pada karakter Star Lord dan kawan-kawannya, yaitu Groot, Rocket Racoon, Gamora, dan Drax The Destroyer.
Ya, kendali utama ada di tokoh Star Lord. Gamer tidak akan memiliki kesempatan untuk mengendalikan karakter-karakter lainnya. Gamer akan sepenuhnya mengendalikan Star Lord yang mampu menyerang dengan senjata jarak jauh ataupun melee.
Moveset Star Lord memang relatif generik, tidak spesial-spesial banget. Namun, Eidos Montreal melengkapinya dengan kemampuan untuk memberikan komando kepada keempat anggota Guardians of The Galaxy lainnya ala game Dragon Age atau Mass Effect dari Bioware.
ADVERTISEMENT
Masing-masing karakter akan memberikan support yang berbeda kepada Star Lord. Gamora, misalnya, spesialis dalam memberikan damage besar untuk satu orang musuh. Drax, spesialis dalam memberikan efek stun pada satu musuh. Rocket Raccoon, spesialis dalam memberikan damage besar untuk sekelompok musuh. Last but not least, Groot, spesialis dalam mengikat beberapa musuh dengan akarnya.
Untuk Star-Lord, selain skill dasar yang ia punya, ia juga dapat menggunakan Elemental Shots yang dapat digunakan untuk puzzle solving dan juga menghancurkan protective shield milik musuh. Skill-skill tersebut, ke depannya, dapat diganti menggunakan Ability Points.
Nah, perlu digarisbawahi, game ini menuntut gamer untuk aktif memberikan komando kepada karakter-karakter lainnya. Jika gamer hanya sepenuhnya mengendalikan Star Lord tanpa memberikan komando khusus kepada party member, maka game akan imbalance. Serangan Star Lord tidak seberapa kuat dengan damage yang ia berikan lumayan kecil. Hal itu harus ditutupi dengan skill member lainnya.
ADVERTISEMENT
Star Lord cs pun memiliki jurus ultimate yang disebut Huddle. Jika digunakan, maka teknik itu akan memperpendek cooldown skill dari tiap party member. Uniknya, Huddle akan didampingi dengan musik-musik pop dan rock 80an yang berasal dari walkman Star Lord. Sayangnya, gamer tidak akan bisa mengganti playlist Huddle ala Metal Gear Solid V.
Gameplay single player yang unik itu didukung kisah serta development character yang bagus. Masing-masing karakter, dari Star Lord hingga Groot, memiliki ruang untuk unjuk gigi dengan porsi yang seimbang. Hal itu diperkuat dengan seringnya Star Lord cs saling beradu mulut. Mereka terus beradu argumen dan berdebat, constantly! Tidak ada momen di mana mereka tidak menghina satu sama lain.
Guardians of The Galaxy (Foto: Square Enix)
Perdebatan antar Guardians ini menurut PSR adalah highlight sepanjang game. Dialognya lucu, deep akan lore dan tidak kaleng-kaleng. Secara timeline, game GOTG berbeda dengan versi filmnya. Di game, mereka sudah menjadi tim cukup lama namun belum sampai dimana mereka percaya satu sama lain. Drax membenci Gamora dan Gamora membenci Rocket. Relationship mereka tergambarkan dengan sangat bagus di game dan agak-agak mirip filmnya. Sangat jelas terlihat kalau para karakter GOTG game terinspirasi dari karakter yang ada dalam versi MCU.
ADVERTISEMENT
Perihal cerita utama gamenya, di permukaan akan terdengar generik. Game ini bercerita tentang upaya Guardians of The Galaxy melunasi hutang-hutang mereka dengan berkeliling dunia. Dari premis itu, mereka akan menjelajahi berbagai planet untuk mencari barang yang bisa mereka jual.
Sepanjang permainan, gamer akan dihadapkan momen harus memilih langkah Star Lord cs berikutnya. Tiap langkah akan berdampak ke dialog dan jalannya cerita. PSR sangat suka ini dan pastinya akan membuat banyak orang menamatkan game GOTG lebih dari sekali karena variasi kisah yang bisa munucl.
Bagaimana dengan sektor visual? Bug dan glitch, walau masih ada, kini tidak akan lagi mengganggu player saat bermain seperti dulu di game Avengers.
PSR berkesempatan menguji game ini di PC dan performanya tidak mengecewakan. Dengan spek Ryzen 5 3600, RAM 16GB dan RTX 2060 Super, Guardians of The Galaxy berjalan mulus 60fps di resolusi 1080p dengan semua setting grafis rata kanan, termasuk ray tracing dan DLSS.
ADVERTISEMENT
Tampilan visual Guardians of The Galaxy sungguh cakep. Tidak hanya colorful, tetapi kaya detil dan psychadelic. Semua tempat yang didatangi oleh para Guardians penuh dengan art design yang tidak main-main bagusnya. Mulai dari kapal milik Star-Lord / Rocket sendiri, The Milano hingga Knowhere, semua settingnya penuh dengan detail dan warna sampai-sampai kami tidak habis pikir, betulkah ini datang dari publisher yang sama? Game Guardians of The Galaxy ini lebih terasa seperti game buatan first party developer milik Playstation.
Tidak berhenti di situ, Guardians of The Galaxy memiliki salah satu facial animation paling real yang PSR pernah lihat. Inilah yang terjadi kalau developer game tidak cuma memikirkan cuan saat membuat game. Apabila game ini memiliki tingkat polish yang sama dengan jajaran game first-party milik playstation, PSR yakin game ini akan langsung mendapatkan gelar Game of The Year dari banyak publikasi. Jujur saja,visualisasi game ini mendekati salah satu game utama Sony, Ratchet & Clank: Rift Apart.
ADVERTISEMENT
Overall, Marvel’s Guardians of The Galaxy is one flarking good time. Porsi plot dan lore yang amat sangat berbobot, karakter Guardians yang loveable dan lucu, graphic yang sangat bagus with or without Ray Tracing, gameplay yang walaupun tidak perfect but still fun nonetheless membuat ini salah satu nominasi Game of The Year milik PSR. Mau bagaimanapun para publisher memaksa konsep game-as-a-service, gamer tetap lebih suka game single-player yang dibuat dengan serius dan matang.