Jalan Lebar Black Panther Untuk Menangi Oscar

Konten Media Partner
18 Februari 2019 17:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Black Panther Cast (sumber: Wired)
zoom-in-whitePerbesar
Black Panther Cast (sumber: Wired)
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Inggris - Hadirnya Black Panther (2018) dalam pengumuman nominator Best Picture Academy Awards (Oscar) 2019, 22 Januari lalu, menjadi kejutan. Bagaimana tidak, film yang disutradarai Ryan Coogler tersebut menjadi film superhero pertama yang berhasil menembus tembok penghargaan paling elit di Academy Awards. Sebelumnya, paling maksimal, film superhero hanya bisa menyentuh hingga kategori Best Supporting Actor yang salah satunya dimenangkan oleh Heath Ledger lewat perannya sebagai Joker di The Dark Knight (2008)
ADVERTISEMENT
Seperti masa-masa jelang Oscar sebelumnya, dinominasikannya Black Panther mengundang diskusi, mulai dari cibiran hingga pujian. Ada yang merasa nominasi Black Panther sebagai sebuah konspirasi, ada juga yang memandangnya sebagai prestasi. Ada juga yang melihat hal ini sebagai sebuah perubahan di badan penyelenggara Oscar, Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS), yang sebelumnya cenderung condong ke film-film yang non populer.
Sumber: Marvel Studios
Di kalangan fans film superhero, yang kerap terpecah menjadi dua kubu yaitu DC dan Marvel, prestasi Black Panther juga memicu perdebatan. Beberapa dari mereka beranggapan bahwa Black Panther memang film yang menghibur, namun tidak sampai ke tingkatan layak Oscar. Bahkan, tidak sedikit juga yang menyinggung bahwa jika Black Panther bisa masuk nominasi Best Picture, maka seharusnya The Dark Knight yang merupakan karya sutradara sejuta umat, Christopher Nolan, juga 10 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Pada kenyataannya, ada banyak indikator yang bisa menunjukkan bahwa masuknya Black Panther ke nominasi Best Picture sebagai hal tak terhindarkan. Bahkan, tidak berlebihan mengatakan indikator-indikator tersebut membuka jalan lebar bagi Black Panther untuk memenangi Best Picture di Oscar.

Screen Actors Guild Awards

Black Panther memenangkan SAG awards 2019 (Sumber: Thesource)
Salah satu kunci yang akan membantu Black Panther memenangi Oscar adalah kesuksesannya di Screen Actors Guild (SAG) Awards 2019 pekan lalu. Dalam ajang bergengsi tersebut, Black Panther memperoleh penghargaan tertinggi yaitu Best Ensemble Cast dengan mengalahkan BlacKkKlasman, Bohemian Rhapsody, serta A Star is Born.
Dalam 25 tahun sejarah SAG, hampir 50 persen pemenang Best Ensemble Cast berhasil melanjutkan prestasinya dengan memenangi Oscar juga. Beberapa di antaranya adalah The Lord of The Rings: Return of The King, Slumdog Millionaire, The King’s Speech, Argo, Spotlight, dan Birdman. Tak ayal keberhasilan Black Panther membuat kritikus mulai memandang kemungkinannya memenangi Oscar menjadi 50/50.
ADVERTISEMENT

#OscarsSoWhite

Fenomena #OscarSoWhite (Sumber: National Observer)
Tagar #OscarsSoWhite pada tahun 2016 adalah luka bagi AMPAS. Di saat kebanyakan organisasi berupaya memperkuat keberagaman budaya serta ras, menghapus garis antara minoritas serta mayoritas, AMPAS malah tersandung perkara minimnya nominator non-kaukasian (bukan kulit putih). Walhasil, kredibilitas AMPAS pun dipertanyakan dan hal itu masih berlanjut hingga sekarang.
Perlahan, AMPAS mulai berubah. Mereka mulai memberi tempat untuk film dengan kisah, tokoh, serta kru non kaukasian. Perubahan ini bisa memberi kesempatan emas bagi Black Panther di Oscar 2019.
Black Panther memenuhi semua kategori perbaikan yang dilakukan AMPAS. Tak hanya berkualitas secara keseluruhan, produksi Black Panther juga didominasi oleh cast dan crew dengan latar belakang non-kaukasian. Memenangkan Black Panther akan sangat membantu Oscar menutup luka #OscarsSoWhite sekaligus meraih hati penonton non-kaukasian, terutama keturunan Afrika.
ADVERTISEMENT

Fenomena Sosial

Sumber: The Root
Tak bisa dipungkiri bahwa bagi warga keturunan Afrika, Black Panther adalah sebuah fenomena budaya. Bukan hanya karena film tersebut diproduksi oleh cast dan crew yang mayoritas non-kaukasian, tetapi juga karena Black Panther mengusung isu ras, budaya, dan prasangka yang selama ini diderita warga keturunan Afrika.
Dengan pendekatan Afrofuturist, Black Panther mencoba bercerita bahwa sesungguhnya warga keturunan Afrika memiliki potensi untuk menjadi lebih dari apa yang ada sekarang, Namun, penjajahan, kolonisasi, dan prasangka, dari sudut pandang film Black Panther, membuat non-kaukasian terjebak dalam status quo “tengah berkembang”.
Pesan tersebut begitu kentara dalam motivasi tokoh jahat Black Panther, Erik Killmonger, yang ingin mengkudeta Wakanda, sebuah El Dorado teknologi di pedalaman Afrika. Wakanda, yang maju secara teknologi dan budaya akibat mineral terkuat di dunia bernama Vibranium, bersembunyi dari peradaban karena khawatir teknologi mereka disalahgunakan. Erik berpendapat bahwa sikap proteksionis Wakanda membuat warga keturunan Afrika terjebak dalam “penjajahan” yang belum usai di mana seharusnya mereka lah yang membuat perubahan di dunia.
ADVERTISEMENT
Pendekatan yang diambil Black Panther tersebut berhasil meraih hati warga keturunan Afrika. Walhasil, mereka berbondong-bondong menonton Black Panther yang kemudian membantunya untuk merajai Box Office dengan pendapatan lebih dari 1 Milliar Dollar AS. Bahkan, pencapaian tersebut kerap disetarakan dengan peristiwa bersejarah seperti aksi boikot Rosa Parks, pidato “I Have A Dream” dari Martin Luther King Jr, hingga terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden AS yang begitu signifikan bagi warga keturunan Afrika.
Sulit bagi Oscar untuk mengesampingkan fakta bahwa narasi Pan-Afrika ternyata mampu merajai Box Office. Sedikit banyak, hal itu akan mempengaruhi voter Oscar untuk menentukan apakah Black Panther layak Best Picture atau tidak.
ADVERTISEMENT
Walaupun ada banyak indikator yang membuka jalan Black Panther untuk memenangi Best Picture Oscar, kansnya untuk kalah tetaplah ada. Hal itu mengingat bahwa dari 7 nominasi Oscar yang diperoleh Black Panther, enam di antaranya berada di kategori teknis. Hal itu kontras dengan pesaing-pesaingnya seperti The Favourite, Green Book, serta Roma yang memiliki banyak wakil di kategori elit lainnya seperti Best Actor, Best Actress, dan Best Supporting. Terakhir kali, hanya Lord of The Rings: Return of The King yang mampu melakukannya dan itu 14 tahun yang lalu.
ISTMAN MP | CNET