news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Review Film Day Shift: Memburu Drakula Jadi Pekerjaan Serabutan

Konten Media Partner
23 Agustus 2022 13:11 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Sejak berakhirnya saga Twilight tahun 2012, jarang ada film yang mengangkat tema vampir di Abad 21. Kalaupun ada, kualitasnya begitu jomplang sampai-sampai dirilis dalam bentuk direct-to-video. Salah satu contohnya Vampire Academy yang hanya mendapatkan rating 16% di situs Rotten Tomatoes. Dengan semakin populernya genre superhero, wajar juga film-film vampir makin dikesampingkan demi menampilkan pahlawan berpakaian ketat.
Day Shift (Source: IMDB)
Melawan tren, Netflix mencoba peruntungan dengan membuat film vampir berjudul Day Shift. Dibintangi Jamie Foxx, Dave Franco, dan Snoop Dogg, film ini mencoba pendekatan yang berbeda untuk menyegarkan kembali film-film vampir yang mulai hilang dari layar.
ADVERTISEMENT
Kisah Day Shift disampaikan dari sudut pandang Bud (Jamie Foxx), tukang bersih-bersih di bilangan San Fernando Valley, Los Angeles. Tiap harinya, ia keluar dari satu rumah ke rumah, membersihkan isinya, demi mendapatkan uang untuk menyekolahkan anak perempuannya. Walau begitu, ada rahasia di balik pekerjaan Bud.
Tukang bersih-bersih sejatinya hanyalah kedok. Bud menggunakan profesi tersebut untuk menutupi pekerjaan aslinya: Pemburu Vampir. Ia "membersihkan" rumah-rumah di San Fernando Valley dari vampir yang bersembunyi dari paparan sinar matahari di siang hari. Adapun ia dibayar per jumlah vampir yang dibunuh dan akan mendapat bonus apabila ia berhasil mengamankan taring buruannya tanpa cela.
Di permukaan, pekerjaan Bud terkesan keren. Namun, seiring berjalannya cerita, mulai terungkap bahwa ada banyak problem di balik pekerjaan Bud. Di film Day Shift, membur vampir adalah pekerjaan serabutan. Siapapun bisa memburu vampir asal berani.
Day Shift (Source: IMDB)
Tidak berhenti di situ, bayaran hasil membur vampir pun tak seberapa. Nilai yang didapat Bud dengan bahaya yang ia hadapi tidak sebanding. Boro-boro pendapatannya bisa menunjang lifestylenya, Bud sendiri kesulitan menggunakannya untuk membiayai sekolah anaknya yang kian hari kian mahal. Jika ia tidak mampu membiayai sekolah anaknya, istri Bud mengancam akan meninggalkannya.
ADVERTISEMENT
Desperate, Bud memutuskan untuk bergabung ke asosiasi pemburu Vampir bernama The Union. The Union menjanjikan bayaran yang lebih besar, namun target sepenuhnya ditentukan mereka. Bud sejatinya mantan anggota The Union, namun dipecat karena kerap berbuat onar sehingga The Union menugaskan adminnya, Seth (Dave Franco), untuk terus mengawasinya selama bekerja.
Kekacauan demi kekacauan pun mulai berdatangan, baik karena target yang kian berbahaya hingga Seth yang malah menjadi beban untuk Bud. Puncaknya, Bud tidak menyadari bahwa salah satu target yang ia telah bunuh adalah anak dari pasangan vampir kelas super dan sekarang mereka memburunya.
Dari sinopsisnya, kentara Day Shift menampilkan kombinasi film vampir dengan buddy cop ala Rush Hour atau Bad Boy. Naskah yang ditulis oleh Tyler Tice dan Shay Hatten menonjolkan porsi aksi memburu vampir di siang hari (seperti judulnya) sekaligus menjadi upaya membangun chemistry antara Foxx dan Franco. Mereka harus berusaha saling memahami di tengah bahaya memburu vampir yang akhirnya membuat mereka sadar problematika hidup masing-masing.
Day Shift (Source: IMDB)
Sutradara J.J Perry patut diapresiasi atas pendekatan yang ia ambil dalam menggambarkan kehidupan pemburu vampir di era modern. Dibanding membawa elemen-elemen gothic ke Abad 21 seperti film vampir modern kebanyakan, pendekatannya lebih down to earth. Para pemburu vampir tidak ditampilkan bak superhero ala Blade, tetapi pekerja serabutan dengan beragam masalah hidupnya. Mereka seperti kuli yang banting tulang tiap hari tanpa jaminan kesehatan, kesejahteraan, dan finansial sementara nyawa selalu dipertaruhkan tiap harinya.
ADVERTISEMENT
Para vampir sendiri, di film ini, memiliki beragam tipe berbeda. J.J Perry membuat klasifikasi kelas vampir dari level bawahan hingga atasan. Masing-masing memiliki ciri khasnya mulai dari jinak hingga super agresif. Bahkan, vampir di sini juga adaptable, membaur dengan masyarakat dengan mengembangkan lotion anti sinar matahari. Unik.
Sebagai film pertamanya, Day Shift adalah sebuah capaian tersendiri bagi Perry yang selama ini bekerja sebagai stunt coordinator dan second unit director di berbagai film aksi. Beberapa film aksi yang pernah ia tangani adalah Mortal Kombat (rilisan 1995), The Rundown (yang dibintangi oleh The Rock), F9: Fast Saga, John Wick, hingga Gemini Man. Ia menambah daftar panjang sutradara Hollywood saat ini yang memiliki latar belakang stunt seperti David Leitch (Bullet Train, Deadpool 2), Chad Stahelski (John Wick), dan Sam Hargrave (Extraction).
Day Shift (Source: IMDB)
Dengan latar belakanganya, tak heran laga di Day Shift tampil apik. Tak hanya beringas dan berdarah, beberapa laga diambil secara one take dan memanfaatkan segala objek yang ada di sekitar set. Perry seakan mendapatkan kebebasan mengeksplorasi berbagai adegan laga. Hal tersebut tak lepas dari sosok Chad Stahelski yang duduk di kursi produser. Selain itu, film ini juga diproduksi oleh 87Eleven Productions yang dibuat oleh David Leitch dan telah memproduksi film Nobody dan Bullet Train yang dibintangi oleh Brad Pitt.
ADVERTISEMENT
Sayang, Perry tidak memanfaatkan durasi film yang kurang dari dua jam ini untuk menggali lebih jauh latar belakang setting film. Padahal, bertebaran clue bahwa asosiasi pemburu vampir memiliki network yang begitu luas dan lintas negara ala High Table di John Wick. Perry juga kurang memaksimalkan adegan-adegan yang berpotensi menghasilkan money shot memorable. Namun, hal tersebut bukan deal breaker karena Perry menebusnya dengan memaksimalkan sekuen aksi panjang di sepertiga akhir film yang terinspirasi gun fu dan pertarungan tangan kosong film Hong Kong 1980-an
Film ini mungkin akan menjadi one and done seperti film Foxx di Netflix sebelumnya, Project Power. Walau begitu, seperti dikatakan sebelumnya, Day Shift menebar clue bahwa dunianya lebih besar dari apa yang tampak.
ADVERTISEMENT
Potensi eksplorasi dunia itu tidak tertutup karena Day Shift juga datang ketika Netflix mulai berusaha meluncurkan berbagai franchise baru untuk mengembangkannya menjadi IP besar. Salah satu contohnya adalah The Gray Man yang sudah disiapkan spin-offnya. Jika Day Shift berhasil di tingkatan streaming service, mungkin dunia itu akan dieksplor ke depannya.
Luthfi Adnan