Konten Media Partner

Review Film Firestarter: Stranger Things Jadi Film

19 Mei 2022 10:47 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Film Horor Adaptasi Novel Stephen King Yang Gagal Menakuti Penonton

ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Anak dan Keluarga adalah dua elemen utama yang sepertinya sering masuk dalam genre Horor, baik itu film ataupun novel. Dan, bagi orang-orang yang suka membaca novel Stephen King, pasti sadar bawa dua hal tersebut hampir selalu dipakai dalam kisah horor buatannya.
ADVERTISEMENT
Kali ini, novel Stephen King yang diadaptasi (lagi!) menjadi film adalah Firestarter. Firestarter diterbitkan King pada tahun 1980 saat ia sedang suka-sukanya dengan kisah anak-anak berkekuatan aneh. Di tahun 84, kisah horror itu diadaptasi menjadi film, di periode yang sama dengan "The Shining"/"Doctor Sleep" dan "Carrie" di mana King juga menonjolkan kisah anak-anak berkekuatan aneh.
Poster film Firestarter.
Tak mengejutkan sebenarnya melihat Firestarter di-remake. Selain remake film-film adaptasi novel King sudah beberapa kali terjadi, kisah horror dengan anak-anak super memang lagi digandrungi. Contoh saja Stranger Things, yang kisah dan karakter Elle/Eleven-nya jelas-jelas terinspirasi karya Stephen King. Sayangnya, film ini tidak seasyik, semenegangkan, dan seseram Stranger Things.
Firestarter menceritakan Charlie McGee (Ryan Kiera Armstrong), yang memiliki kekuatan super dan diincar oleh organisasi rahasia.
Adapun kisah film ini disampaikan dari sudut pandang Charlie McGee (Ryan Kiera Armstrong), seorang gadis yang lahir dengan kekuatan luar biasa berkat eksperimen organisasi pemerintah ke orang tuanya. Organisasi tersebut bernama "The Shop" dan mereka ingin menyalahgunakan kekuatan Charlie untuk kepentingan pribadi mereka.
ADVERTISEMENT
Temuan mereka, kemampuan Charlie jauh lebih berbahaya dibanding kedua orang tuanya. Jika kedua orang tuanya memiliki kemampuan telekinetik, Charlie memiliki kemampua pyrokinetik. Dengan kata lain, Charlie bisa meng-generate dan memanipulasi api untuk menghanguskan apapun yang dia mau.
Tidak mau kemampuan Charlie disalahgunakan, kedua orang tuanya, Andy (Zac Efron) dan Vicky (Sydney Lemon), melarikannya dari The Shop. Awalnya pelarian itu berjalan lancar, namun sebuah insiden membuat keberadaan mereka diketahui The Shop. Mereka sekarang hanya punya dua pilihan, menggunakan kekuatan Charlie untuk melawan atau lari.
Adaptasi novel horor ini sebenarnya menampilkan akting yang kuat dari jajaran castnya. Armstrong, misalnya, sangat mampu dalam memainkan perannya. Ia tidak hanya berhasil menampilkan emosi yang mendalam, tapi juga tampil convincing sebagai bom waktu berjalan dengan kekuatan berbahaya.
ADVERTISEMENT
Zac Efron juga tak tampil buruk. Interaksi ayah-anak dan chemistry antara ia dan Armstrong terasa pas dan believable, membuat momen-momen dua karakter tersebut asyik dilihat. Selain itu, pemeran pembantu lainnya juga berusaha sebaik mungkin untuk memerankan karakter mereka, contohnya Michael Greyeyes yang berperan sebagai manusia super pemburu Charlie dan keluarganya.
Zac Efron dan Ryan Kiera Armstrong memberikan penampilan yang baik untuk film Firestarter.
Sayangnya, akting-akting lumayan dari jajaran cast Firestarter tidak didukung dengan character development yang pas. Kisah-kisah mereka menyisakan pertanyaan tak terjawab hingga akhir film, terasa lewat begitu saja. Hal itu diperburuk visual filmnya yang terasa seperti film yang dibuat untuk TV. Jangan berekspektasi akan ada ending yang eksplosif dan membara, baik secara plot maupun visual. Untungnya, beberapa momen terasa menegangkan dan dramatis berkat musik yang di aransemen oleh sang maestro sutradara/komposer John Carpenter serta timnya (Halloween).
ADVERTISEMENT
Jadi dalam waktu sekitar 90 menit, Firestarter akan membuat penonton untuk sampai ke titik panas. Sayangnya setelah filmnya selesai, yang dirasakan hanyalah sensasi hangat yang nanggung. Firestarter tayang hari ini di Indonesia, di bioskop terdekat.
Isaac William Jefferson Mandagie