Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Review Film Jurassic World: Dominion - Lebih Banyak Dino, Lebih Seram, Tapi....
7 Juni 2022 13:05 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film Jurassic World: Dominion adalah konklusi atau puncak dari franchise Jurassic Park. Film ini dengan apik menyatukan berbagai plot yang dibangun sejak film pertama, membuat kisah besar Jurassic Park menjadi full circle. Sebelum berbicara lebih banyak soal Dominion, mari kita napak tilas sebentar ke film pertamanya.
Film Jurassic Park dipersembahkan oleh Steven Spielberg ke layar lebar tepat 29 tahun lalu. Merupakan hasil adaptasi novel berjudul sama karya Michael Crichton, Jurassic Park berhasil membuat penonton kagum dengan special effects dan practical effects yang digunakannya untuk membuat dinosaurus tampak hidup kembali.
ADVERTISEMENT
Banyak momen tegang dan seram di film tersebut, ditambah dengan acting yang mantap dari trio Dr. Grant (Sam Neil), Dr. Sattler (Laura Dern), dan Dr. Malcolm (Jeff Goldblum). Walau begitu, cerita Jurassic Park juga berbobot, sarat akan pesan soal keserakahan manusia yang bermain sebagai Tuhan via teknologi untuk memanipulasi alam.
Fast forward ke tahun 2015, franchise Jurassic Park diperbarui dengan dirilisnya Jurassic World . Disutradarai oleh Colin Trevorrow (Safety Not Guaranteed), film tersebut menonjolkan duo Owen (Chris Pratt) dan Claire (Bryce Dallas Howard) sebagai protagonisnya.
Seperti Jurassic Park, Jurassic World juga berlatar belakang taman hiburan dinosaurus. Menggunakan pendakatan yang mirip dengan Star Wars: Force Awakens, Jurassic World kembali membawa pesan-pesan lama yang ada di Jurassic Park, namun memperbaruinya dengan lebih banyak dinosaurus, CGI, action, plus beberapa topik penting soal penangkaran dan konsumerisme. Sayangnya, topik itu tenggelam dalam fokus Jurassic World ke laga bombastis. Problem itu berlanjut ke Jurassic World: Fallen Kingdom.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan pendekatan Jurassic World: Fallen Kingdom? Cenderung di tengah-tengah. Selling point utama Jurassic World: Dominion adalah nostalgia, bertemu kembali dengan trio original dari Jurassic Park yang ujungnya akan team-up dengan duo dari Jurassic World. Selain itu, action, thrill, dan juga para dinosaurus yang terlihat lebih menarik dan lebih seram. Pesan-pesan berbobotnya juga ada dan banyak, tapi tidak di-deliver semulus Jurassic Park.
Kisah Jurassic World: Dominion mengambil setting waktu 4 tahun setelah event Fallen Kingdom di mana manusia dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus hidup bersama dinosaurus. Owen dan Claire berusaha memberikan pesan positif ke dunia bahwa manusia sungguh bisa hidup bersama Dinosaurus pasca tatanan alam dijungkirbalikkan korporat-korporat jahat.
ADVERTISEMENT
Hal itu bukan perkara gampang. Di saat bersamaan, manusia dihadapi masalah pelik berupa kemunculan hama yang menyerang rantai makanan. Belum beres urusan dengan dinosaurus, sudah muncul masalah lain.
Dr. Sattler, yang di Jurassic Park III ditampilkan sudah sibuk berumah tangga, kembali ke lapangan akibat isu tersebut. Tak sendirian, ia mengajak serta dua kompatriotnya, Alan Grant yang masih menjadi paleontologist serta chaotician Ian Malcolm yang bekerja untuk Biosyn. Sedikit trivia, Biosyn adalah perusahaan yang mencoba mencuri embryo dinosaurus dari InGen di Jurassic Park.
Biosyn diam-diam mencoba mengambil keuntungan dari problem manusia dan dinosaurus. Mereka merekrut Dr. Henry Wu (BD Wong) untuk melanjutkan penelitian soal dinosaurus dengan dalih untuk kelangsungan hidup manusia. Ujungnya bisa ditebak, trio original Jurassic Park dan duo Jurassic World harus bersatu menghentikan rencana Biosyn yang ingin mengeksploitasi dinosaurus dan manusia.
ADVERTISEMENT
Tidak Menawarkan Hal Baru, Tapi Thrilling
Premis dasar Jurassic World: Dominion tidak menawarkan hal yang baru-baru amat sebenarnya. Plot device "evil company" sudah berkali-kali dipakai, tak terkecuali di Jurassic Park franchise sendiri. Walau begitu, harus diakui bahwa Jurassic World: Dominion berhasil menghadirkan dinosarus yang lebih banyak, laga yang lebih menegangkan, serta sensasi nostalgia yang lebih memuaskan.
Laga di film ini dibuat lebih keren dan bombastis, bahkan melebihi film-film Jurassic Park sebelumnya. Secara style, beberapa adegan terasa seperti film-film spy ala James Bond dan Mission: Impossible. Salah satu scene yang menegangkan adalah kejar-kejaran antara Velociraptor dan Owen yang menggunakan motor di jalanan sempit.
Meski banyak akan laga bombastis, Jurassic World: Dominion tak kekurangan horror ala film Jurassic Park pertama. Siap-siap saja, ada banyak momen dinosaurus yang bakal bikin kalian loncat dari kursi.
ADVERTISEMENT
Bicara soal dinosaurus, Jurassic World: Dominion berusaha memakai practical effects yang lebih banyak dibanding dua film Jurassic World sebelumnya. Perbedaannya sungguh kentara. Beberapa momen dan shots memiliki penampilan dinosaurus yang lebih nyata berkat practical effects. Salah satunya pada momen konfrontatif dengan T-Rex dan Giganotosaurus yang jaw dropping. Jujur saja, penggunaan efek praktikal mengingatkan penulis akan masa kejayaan Jurassic Park pertama.
Nostalgia memang berperan besar di film ini. Hal itu tidak hanya hadir dari penampilan Dr. Grant, Dr. Sattler, dan Dr. Malcolm ataupun efek praktikal saja. Kalian akan menemukan banyak sekali penghormatan ke film-film Jurassic sebelumnya ala Spider-Man: No Way Home. Apakah kadang terlalu on the nose? Ya, terkadang, tapi tetap memuaskan. Harus diakui, Hollywood sedang berada di periode nostalgia beberapa tahun terakhir dan berdampak ke Jurassic World.
ADVERTISEMENT
Unsur nostalgia tersebut sedikit banyak terbantu oleh akting trio Sam Neil, Laura Dern, dan Jeff Goldblum yang on point. Kualitas mereka sebagai aktor veteran tampak di film ini. Chemistry ketiganya pun masih tetap terasa, bahkan lebih dibanding Jurassic Park. Sayangnya, kualitas serupa justru tidak terlihat pada Chriss Pratt dan Bryce Dallas Howard. Untungnya, saat dua kelompok itu bertemu, mereka saling melengkapi satu sama lain.
Beberapa karakter baru seperti Kayla dan Ramsay, yang diperankan oleh DeWanda Wise dan Mamoudou Athie, memiliki peran menarik yang bisa diterima oleh banyak orang. Sayangnya, beberapa karakter antagonis baru seperti Dodgson (Campbell Scott) dan Santos (Dichen Lachman) sangat one dimensional dan stereotypical. Mereka hanya berada di film ini supaya terlihat jahat dan bisa dibenci penonton.
Plot Bisa Terasa Pretensius dan Overwhelming
Problem Jurassic World: Dominion bukan hanya di sektor antagonis, tetapi juga banyaknya subplot yang hendak ditampilkan. Karakter-karakter yang ada dilempar ke berbagai macam subplot yang seakan-akan dibuat-buat supaya cerita Jurassic World: Domininon terlihat kompleks. Beberapa di antaranya soal rekayasa genetika, ekosistem, mata rantai, black market hewan, dan simbosis mutalisme antara manusia dan makhluk hidup lainnya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut berbeda dengan Jurassic Park yang memiliki nuansa tersendiri dalam membahas tema dan konsep mengenai humanity playing god. Jurassic Park lebih mulus dalam menyampaikan pesan tersebut, secara tersirat dan bertahap. Jurassic Park terlihat mempercayai penontonnya untuk mengerti dengan sendirinya tema apa yang sebenarnya sedang dibahas di dalam film tersebut
Jurassic World: Dominion kebalikannya. Pendekatannya seperti memukul kepala penonton dengan tema dan konsep baru atau menyuapkannya secara paksa. Ujungnya, pesan yang tersampaikan malah kurang memiliki dampak atau bobot. Setidaknya subplot tersebut memiliki benang merah dengan plot points dari film-film Jurassic World sebelumnya.
Tetap menimbang segala kekurangannya, Jurassic World: Dominion tetaplah film penutup yang lumayan memuaskan. Dipenuhi dengan dinosaurus keren, nostalgia, dan ketegangan. Penonton casual ataupun penggemar berat franchise Jurassic Park tetap bisa terhibur dengan apa yang diberikan. Tapi, lagi-lagi, jangan berharap film ini akan membawa hal berbobot dan serius seperti yang Jurassic Park telah lakukan.
ADVERTISEMENT