Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Review Film Keluarga Cemara 2: Drama Keluarga atau Petualangan Anak-anak?
23 Juni 2022 10:05 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Film Keluarga Cemara yang rilis 2018 lalu adalah drama keluarga yang hit. Saat dirilis, film adaptasi novel karya Arswendo Atmowiloto itu berhasil meraih nyaris 1,7 juta. Sekuelnya, film Keluarga Cemara 2, mencoba mengulang kesukesan prekuelnya dengan susunan cast yang sama, namun dengan sutradara dan penulis skenario yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Adalah sutradara Ismael Basbeth (Mencari Hilal, Talak Tiga) dan penulis naskah M Irfan Ramly (Cahaya Dari Timur: Beta Maluku, Melankolia) yang menjadi pentolan Keluarga Cemara 2. Keduanya mengembangkan kisah Keluarga Cemara lebih jauh lagi dengan fokus utamanya tetap pada Ara.
Keluarga Cemara 2 mengambil waktu beberapa tahun setelah film pertamanya. Keluarga Abah (Ringgo Agus Rahman) dan Emak (Nirina Zubir), yang di akhir film pertama menemukan kebahagiaan dari hidup di desa, dikisahkan kembali mengalami kesulitan. Kesulitan datang dari pertikaian kedua putri mereka, Euis (Adhisty Zara) dan Ara (Widuri Putri).
Seiring beranjak remaja, Euis menginginkan privasi lebih dari keluarganya. Langkah pertamanya adalah mengurangi perannya dalam mengurus Ara. Euis ingin pisah kamar dari Ara, bahkan enggan untuk bermain dan menjemputnya lagi dari sekolah. Keinginan itu diiyakan Emak dan Abah.
ADVERTISEMENT
Keinginan Euis, lahirnya Agil, dan makin sibuknya Abah akan pekerjaan barunya otomatis membuat Ara 'tersingkirkan' di rumah. Untungnya, ia mendapat kesibukan baru saat menemukan seekor ayam negri yang tersesat. Bersama Aril (Muzzaki Ramdhan), teman sekolah dan sahabat barunya, Ara bertualang mencari rumah dan keluarga Neon, si anak ayam negeri yang tersesat.
Dari premisnya, bisa dilihat bahwa Keluarga Cemara 2 lebih adventurous dibanding prekuelnya. Namun, ironisnya, hal itu lah yang membuat Keluarga Cemara 2 tidak sebagus Keluarga Cemara pertama.
Don’t change the winning team rasa-rasanya menjadi terminologi yang tepat digunakan dalam mengulas Keluarga Cemara 2. Andil besar duet sutradara Yandy Laurens (Wan An, serial web Sore) dan penulis naskah Gina S. Noer (Dua Garis Biru, Cinta Pertama, Kedua & Ketiga) yang kini tidak lagi terlibat memberi pengaruh besar dalam keseluruhan rasa film berdurasi 114 menit ini.
ADVERTISEMENT
Entah apa yang terjadi di belakang layar, apa yang disuguhkan Ismail Basbeth di layar sungguh berbeda jauh dengan sensitivitas Yandy Laurens di film pertama. Film pertama, yang fokus pada drama keluarga dan perubahan gaya hidup, sukses mengundang haru. Film kedua tidak memberikan sensasi serupa lewat fokusnya pada petualangan Ara dan keceriaan hidup anak-anak.
Ismael Basbeth, sebenarnya, tampak berusaha untuk tidak mengubah film ini terlalu banyak. Drama keluarga dijabarkan di awal mulai dari masalah finansial keluarga Abah, pertikaian Ara dan Eis, hingga usaha baru Emak dengan Ceu Salma (Asri Welas). Namn, eksekusinya datar. Problem-problem itu tidak dieksplorasi secara mendalam dan komplit, keburu ditimpa oleh sub plot petualangan Ara.
Porsi besar yang dimiliki Ara dengan ayamnya sedikit banyak memberi kesan Keluarga Cemara 2 film anak-anak yang agaknya akan mendistraksi penonton dewasa. Euis, yang menjadi karakter semi antagonis dengan permasalahan dengan cinta monyetnya, pun tidak diberikan kesempatan baik dari sisi penulisan naskah. Walau begitu, film Keluarga Cemara 2 cukup baik menyampaikan pesannya soal kehidupan bersaudara dan tentang pentingnya membagi adil perhatian pada anak-anak.
ADVERTISEMENT
Keberhasilnya tersebut tidak lepas dari akting para castnya. Widuri Putri memainkan perannya sebagai Ara dengan baik. Kegalauan Ara sebagai anak tengah yang dilupakan dan interaksinya bersama Aril dengan Neon si ayam terlihat nyata, layaknya seorang anak kecil yang polos.
Adhisty Zara (Dua Garis Biru, Mariposa) pun masih tampil memukau. Ia sukses menjadi remaja yang tengah berbunga-bunga dengan cinta pertama dan menginginkan kehidupan sendiri. Walaupun plotnya tidak terasa tajam dan berkesan, namun Zara terbilang mampu menampilkan akting terbaiknya. Para aktor dewasa di film ini juga sangat baik mendukung film ini.
Dari sisi teknis, gaya penyutradaraan Basbeth dengan menciptakan momen-momen sunyi ala film-film alternatif patut dicermati. Gaya ini terasa tak lazim disematkan di sebuah film liburan anak-anak. Dengan durasi 114 menit, film akan terasa panjang manakala momen sunyi ditampilkan. Momen seru saat Ara kabur mencari rumah Neon cukup memberikan eskalasi emosi yang baik, sayangnya momen tersebut terasa repetitif setelah dua kali terjadi.
ADVERTISEMENT
Sinematografer ulung, Yadi Sugandi (Ada Apa Dengan Cinta, Athirah) bekerja dengan baik menangkap lanskap desa dan perjalanan di kala Ara bertualang. Cuaca dingin di latar lokasi ditangkap juga dengan tone warna sejuk dan meneduhkan. Hijau dan biru yang mendominasi layar menjadikan film berjalan menenangkan. Tata musik yang ditangani Ifa Fachir (Imperfect, Gara-Gara Warisan) dan Ofel Obaja Setiawan (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, Ben & Jody) juga menjadi sosok pembeda lewat gubahan aransemen musik yang dinamis dan cocok menangkap spirit liburan.
All in all, Keluarga Cemara 2 adalah sebuah film liburan keluarga yang meski tidak sebaik film pertamanya, namun mampu memberikan hiburan bagi keluarga di momen liburan sekolah. Pesan soal kehidupan berkeluarga, bersaudara dan kesehajaan dalam rumah tangga disampaikan dengan baik tanpa menggurui, meskipun konfliknya terasa datar di beberapa bagian.
ADVERTISEMENT
YOVAN