Konten Media Partner

Review Film Lara Ati: Kisah Cinta Bayu Skak & Quarter Life Crisis arek Suroboyo

20 September 2022 13:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film Lara Ati (Sumber: Instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Film Lara Ati (Sumber: Instagram)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Play Stop Rewatch, Jakarta - Setelah sukses dengan trilogi Yowis Ben, Bayu Skak kini kembali membawakan film terbarunya, kali ini dengan dialog full bahasa jawa. Film Lara Ati yang juga memiliki prekuel dalam bentuk sinetron ini juga merupakan debut Bayu Skak sebagai sutradaera tunggal.
ADVERTISEMENT
Lara Ati bercerita tentang Joko (Bayu Skak), seorang bujangan yang hendak resign dari pekerjaannya dan mengejar passionnya sebagai graphic designer. Sayangnya, niatnya itu tidak direstui oleh orang tuanya. Di sisi lain, ia juga harus berhadapan dengan sakit hati karena ditinggal rabi (nikah) oleh sang pacar tercinta.
Semua masalah itu jadi terlihat agak cerah ketika Joko bertemu dengan teman masa kecilnya, Ayu (Tatjana Saphira). Kebetulan, dia juga sedang sama-sama sakit hati. Apakah ini tandanya pucuk dicinta ulam tiba?
Bayu Skak di Lara Ati
Dilihat dari segi cerita, premis Lara Ati ya amat sangat sederhana. Ceritanya tidak neko-neko dan to the point, alias mudah dicerna. Gak berlebihan juga untuk dikatakan cliche.
Walau premisnya biasa-biasa saja, drama percintaan di Lara Ati turut dibalut dengan isu quarter life crisis yang dialami oleh Joko. Permasalahan yang ditampilkan tidak melulu antara Joko dan sang kekasih, tapi juga antara Joko dengan orang-orang di sekelilingnya.
ADVERTISEMENT
Akting dari semua aktor patut diacungi jempol. Semua terlihat natural dan tidak dibuat-buat. Guyonan dan percakapannya akan terasa familiar bagi yang tinggal di Jawa Timur, namun tetap bisa dicerna oleh orang awam. Tatjana Saphira pun tidak terkesan maksa saat berdialog bahasa jawa melawan Bayu Skak.
Acung jempol berikutnya juga perlu disematkan ke pasutri pemeran orang tua Joko yakni Cak Kartolo dan Ning Tini. Keduanya merupakan legenda ludruk Surabaya. Tidak ada yang miss dari segala celetukan Pak Bandi dan Bu Bandi, selalu sukses membuat tertawa.
Nah, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Lara Ati punya prekuel dalam bentuk sinetron. Fokusnya jauh lebih mengeksplor kehidupan orang sekitar Joko. Nah, jika kalian tertarik dengan background lingkaran pertemanan Joko, serialnya wajib ditonton walau tidak akan memberikan ekstra informasi penting untuk filmnya.
ADVERTISEMENT
Secara visual film ini pun ora ribet. Pewarnaan dan pengambilan gambarnya sudah standar film drama Indonesia kebanyakan jadi akan terasa familiar. Namun ada beberapa adegan yang betul-betul out of the box yang menurut kami sebenarnya malah sangat tidak cocok dan terasa disconnected. Tapi, ya mungkin scene itu bisa menjadi stand out bagi orang lain. Latar setting Surabaya is a breath of fresh air karena jujur saja penulis sudah agak bosan dengan latar Jakarta yang selalu menjadi latar utama film Indonesia.
Sebagai penutup, Lara Ati is not just another Yowis Ben. Lara Ati jauh lebih relateable dan mudah dicerna dengan konfilk yang dekat di hati banyak orang. Penyajiannya yang sederhana dan santai juga menjadi nilai plus membuat pengalaman menontonnya enjoyable. Walaupun ada beberapa adegan yang agak gak nyambung, bisa dijadikan sisi unik dari film yang sendirinya juga sudah unik.
ADVERTISEMENT