Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Review Film Mencuri Raden Saleh: Gen Z Iseng Mencuri Lukisan di Istana Negara
17 Agustus 2022 22:47 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Ketika dulu sutradara Angga Dwimas Sasongko mengumumkan film Mencuri Raden Saleh akan bergenre Heist, antusiasme kami langsung naik setinggi langit. Bagaimana tidak, Heist adalah salah satu genre film yang jarang (bahkan langka) dieksplor di Indonesia sehingga Mencuri Raden Saleh bisa menjadi nafas segar tersendiri di perfilman lokal. Pertanyaannya tinggal satu, apakah kualitasnya mengimbangi kebaruannya atau tidak.
Mengesampingkan faktor kebaruannya, Mencuri Raden Saleh tidak sepenuhnya mulus dalam membangun cerita. Beberapa bagian terasa disjointed, exposition-heavy, membuat kenikmatan menonton sesekali terganggu. Selain itu, eksekusi pencuriannya relatif predictable yang sedikit banyak akibat struktur penceritaan Heist movie yang relatif tidak banyak berubah dari dulu hingga sekarang. Walau begitu, film ini tetap seru dinikmati.
ADVERTISEMENT
Film Mencuri Raden Saleh disampaikan dari sudut pandang sekelompok pemuda yang ingin mendapatkan uang dengan cepat. Mereka adalah Piko (Iqbaal Ramadhan), Ucup (Angga Yunanda), Gofar (Umay Shahab), TukTuk (Ari Irham), Sarah (Aghniny Haque), dan Fella (Rachel Amanda).
Pucuk dicinta, ulam tiba, seorang Backer dengan koneksi VVIP menawarkan mereka solusi. Solusinya, mencuri lukisan Raden Saleh dengan nama "Penangkapan Pangeran Diponegoro". Sang Backer berjanji akan memberikan mereka imbalan besar apabila berhasil mencuri lukisan tersebut dari Istana Negara.
Bukan perkara gampang mencuri lukisan tersebut. Piko, sebagai Forger, harus bisa membuat replikanya agar tak satupuan di lingkaran Istana Negara sadar lukisan Raden Saleh telah dicuri. Di saat bersamaan, penjagaan ring satu yang ketat membutuhkan rencana pencurian yang airtight. Mau tak mau, tim dan rencana harus dibentuk. Jika gagal, masa depan mereka taruhannya.
Seperti dikatakan di atas, Mencuri Raden Saleh masih memanfaatkan skema tiga babak yang biasa ada di Heist movie. Ketiga babak itu adalah Planning (Perencanaan), Execution (Eksekusi), dan Aftermath (Dampak Akhir). Walhasil, ceritanya relatih predictable dengan urutan tujuan besar para protagonis, pembentukan crew, merencanakan tahap pencurian, masalah timbul, eksekusi tak berjalan sesuai rencana, dan back up plan.
ADVERTISEMENT
Untungnya, dengan kisah yang relatif predictable, sutradara Angga Dwimas Sasongko berhasil membuat kisah besarnya mengalir dengan rancak dan relatif enak diikuti. Beberapa bumbu komedi pun ia selipkan, membuat tempo Mencuri Raden Saleh lumayan terjaga dari awal hingga akhir.
Meski seru, bukan berarti Angga lupa menyelipkan drama. Seperti film-film ia sebelumnya, drama pun ia masukkan untuk mendevelop kru Piko cs. Mostly drama dihadirkan dari perspektif keluarga masing-masing kru karena hal itulah yang memicu pencurian lukisan Raden Saleh. Ada drama hubungan ayah dan anak, adik dan kaka, hingga bromance antara dua kru pencurian. Porsinya pas, membuat penonton bisa memahami latar para kru nekat mengincar target di Istana Negara.
Infiltrasi ke Istana Negara dan pencurian lukisan Raden Saleh, secara subtext, memiliki pesan tersendiri juga: Pemberontakan Generasi Muda atau anti-establishment. Para kru pencuri didominasi Gen Z yang secara value dikenal kritis dan peduli terhadap satu sama lain. Mereka berani melawan penguasa demi melindungi dan memperjuangkan hak mereka yang tertindas. Pencurian adalah statement mereka terhadap penguasa yang kerap lupa dan terkadang memperalat mereka.
ADVERTISEMENT
Cerita-cerita tersebut didukung set piece, choreography, cinematography, dan scoring yang mantap di mana berhasil membetot tensi ketika plan pencurian mulai dieksekusi. Namun, sedikit disclaimer, jangan membayangkan rencana-rencana pencurian yang kelewat heboh. Pencurian di Mencuri Raden Saleh relatif down to earth, realistis, minim elemen-elemen fantastis or spectacle seperti Now You See Me atau Ocean Trilogy.
Overall, Mencuri Raden Saleh tidak menjanjikan sebuah perampokan besar yang membutuhkan teknologi canggih, ataupun cara-cara sulit yang dilakukan tanpa diketahui penonton. Namun Mencuri Raden Saleh tetap nafas segar untuk perfilman Indonesia yang relatif jarang mengangkat genre Heist. Film ini bisa menjadi pendorong genre terkait di kemudian hari. Maybe, one day, kita akan melihat film yang lebih ke arah Caper, Heist dengan bumbu komedi.
ADVERTISEMENT
ISTMAN M.P, IRFAN AP