Review Film Pengabdi Setan 2: Rindu Teror dan Horor Si Ibu

Konten Media Partner
3 Agustus 2022 16:19 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Play Stop Rewatch, Jakarta - Setelah lima tahun digarap, akhirnya film Pengabdi Setan 2: Communion menebar teror ke publik. Masih disutradari oleh Joko Anwar, film Pengabdi Setan 2: Communion kembali menonjolkan ensemble dari prekuelnya seperti Tara Basro, Endy Arfian, Nasar Anuz, dan Bront Palare.
ADVERTISEMENT
Tak hanya mempertahankan sutradara dan ensemble cast-nya, Pengabdi Setan 2: Communion juga merupakan direct sequel dari pendahulunya. Rini (Tara Basro) dan keluarganya dikisahkan pindah ke rumah susun setelah insiden kematian ibu mereka, hilangnya sang adik (Ian), dan teror para mayat hidup. Menurut mereka, tinggal di rumah susun akan lebih aman karena banyaknya orang di sana.
Pengabdi Setan 2: Communion (Source: IMDB)
Harapan itu tak terwujud. Ternyata para tetangga di rumah susun tidak seperti yang mereka kira. Banyak dari mereka berlatar misterius dan berkelakuan aneh. Saking anehnya, Rini dan keluarga sampai tak nyaman, bahkan ketakutan, bahwa para "tetangga" itu akan membawa mereka ke teror supernatural lagi.
Secara narasi, Pengabdi Setan 2: Communion memiliki skala yang jauh lebih kompleks dibanding prekuelnya. Kisahnya multiperspektif di mana penonton akan bisa melihat teror yang terjadi dari berbagai sisi, tak hanya dari sudut pandang Rini. Bahkan, beberapa bagian film akan maju mundur antara apa yang terjadi di film pertama dengan teror terbaru yang dihadapi Rini cs. Sebagai contoh, beberapa bagian akan membahas apa pekerjaan sebenarnya dari Bapak Rini dan apa dampak meninggalnya Ibu kepada dirinya.
ADVERTISEMENT
Sekte pengabdi setan pun juga dieksplor lebih dalam. Sejarahnya dikupas habis yang ternyata mereka sudah ada jauh sebelum zaman kemerdekaan. Sosok iblis yang dipujia sekte itu pun memiliki nama dan kenapa ritual khusus dibutuhkan untuk memanggilnya. Singkatnya, ada sejarah panjang dibalik teror yang dihadapi Rini di film Pengabdi Setan 1 dan 2.
Bicara soal teror, Joko Anwar terlihat lebih leluasa (dan cakap) dalam mengkreasis horor di Pengabdi Setan 2: Communion. Sebagai contoh, parade pocong, yang menjadi ciri khas franchise Pengabdi Setan, tampil dengan variasi penampilan yang lebih mencekam dibandingakn prekuelnya. Special effect-nya pun lebih realistik.
Pengabdi Setan 2: Communion (Source: IMDB)
Horor pun tidak hadir dari penampilan setan saja, tapi nuansa dan suasana. Lewat gerak kamera, set piece, dan permainan cahaya, Joko Anwar sukses membangun atmosfer claustrophobic di rumah susun yang Rini tempati. Rasanya seperti terjebak di sana tanpa satupun jalan keluar tersedia untuk lari dari horor yang ada.
ADVERTISEMENT
Nuansa horor itu diamplifikasi scoring yang terrifying dan menabuh gendang telinga. Hasil akhirnya adalah emotional roller coaster yang bakal membuat penonton menutup mata, menggigit bibir, dan menaruh pantat di ujung kursi saking tegangnya.
Direksi ciamik dari Joko Anwar itu tak akan terwujud tanpa bantuan cinematographer Ical Tanjung. Gayanya mengatur pergerakan kamera menghasilkan banyak adegan yang mendebarkan dan menambah kewaspadaan penonton. Ical juga mampu menangkap semua emosi cast Pengabdi Setan 2: Communion untuk menggambarkan nuansa yang chaotic dan mystical di rumah susun.
Hal yang paling memanjakan mata adalah bagaimana Ical dan Joko menerapkan practical lighting "seadanya" untuk mewujudkan suasana claustrophobic tadi. Dengan menampilkan cahaya hanya berasal dari senter, korek, dan kilatan petir, rasanya seperti teror mengepung dari segala sisi karena cahaya, yang menjadi penyelamat, minim hadir.
Pengabdi Setan 2: Communion (Source: IMDB)
Direksi teknis Pengabdi Setan 2: Communion bukan tanpa kekurangan. Di beberapa bagian, Joko Anwar kelewat mengandalkan shaky cam, membuat momen-momen chaotic malah bikin sakit kepala, bukannya sakit jantung. Selain itu, beberapa bagian dari departemen sound tidak di-mixing dengan baik, membuat beberapa dialog sulit diikuti karena tertimpa score atau sound effect yang over.
ADVERTISEMENT
Kekurangan-kekurangan itu lumayan mengganggu, namun tidak sampai menjadi deal breaker. Pengabi Setan 2: Communion tetaplah rekreasi horor yang siap bikin kamu sakit secara cerebral maupun visceral.
Bagaimana dengan departemen cast? Semua karakter berhasil menunjukkan ketakutan maksimal apabila mengalami kejadian yang menurut banyak orang adalah sesuatu yang berada di luar nalar.
Nasar Anuz dan Endy Arfian tampak lebih bersinar dengan role yang lebih besar di sini, menutup penampilan Tara Basro dan Bront Palarae yang tergolong lebih senior di industri. Hadirnya berbagai pelakon cilik juga tak kalah menarik, terutama Muzakki Ramdhan dan Muhammad Adhiyat yang jauh lebih menawan meski dengan screen time lebih singkat.
Overall, secara substance, film arahan Joko Anwar ini berbeda dengan prekuelnya. Walau begitu, eksekusinya belum bisa dikatakan maksimal. Ada banyakelemen horor yang terlihat misfired karena delivery yang predictable, generic, dan terasa mengulang formula film pertamanya. Elemen gorenya, walau ditingkatkan kadarnya, juga masih terasa nanggung.
ADVERTISEMENT
Namun, dari sisi teknis, film ini memang patut diacungi jempol. Joko Anwar seperti naik kelas dalam menampilkan production value film horornya, baik dari sisi audio maupun visual. Untuk pengalaman horor yang lebih maksimal, sangat direkomendasikan untuk menonton versi IMAX-nya.
FATHIN