Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Review Film The Fabelmans: Dari, Oleh, dan Tentang Steven Spielberg
21 November 2022 11:24 WIB
·
waktu baca 4 menitKeluarga dan Seni, Fokus Utama Dari Masa Kecil Steven Spielberg
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Steven Spielberg telah menjadi sutradara ternama di Hollywood dan bahkan mancanegara. Tak ada moviegoers yang tidak mengenal film-filmnya seperti Jaws, Indiana Jones, Jurassic Park dan Saving Private Ryan.
ADVERTISEMENT
Bisa juga salah satu dari sedikit sutradara yang mampu membuat blockbuster namun di saat bersamaan juga proyek-proyek personal sepertio E.T. the Extra-Terrestrial, Schindler's List, West Side Story yang dicintai kritik dan mendapatkan banyak nominasi penghargaan. Namun dari semua karya personalnya, tidak ada yang se-personal The Fabelmans.
Nah, perjalanan Fabelmans di film ini mengambil setting periode satu dekade. Fokusnya adalah pertumbuhan Sammy dan adik-adiknya serta hubungan intrakeluarga yang kompleks di mana Sammy harus memilih kecintaannya terhadap seni perfilman atau keluarga.
ADVERTISEMENT
Hal itu belum menghitung relasi-relasi yang Fabelmans bangun dari luar keluarga inti mereka, seperti dengan Bennie Loewy (sahabat dan teman kerja Burt, diperankan Seth Rogen) yang punya dampak besar terhadap kehidupan Fabelmans. Dan, tentunya, lika-liku remaja sekolahan yang dialami oleh Sammy.
Dari awal filmnya, terlihat jelas bahwa The Fabelmans adalah sesi terapi dan kesempatan menulis ulang masa lalu untuk menebus kesalahan. Lewat naskah yang ditulis oleh Spielberg dan Tony Kushner, filmnya membayangkan bagaimana sang sutradara jika dia mencoba memahami orang tuanya dan melihat sudut pandang mereka.
Selain itu, The Fabelmans juga bisa dilihat sebagai surat cinta untuk semua orang yang berperan terhadap masa kecil Spielberg, dari saudara-saudara perempuannya, kekasihnya, teman-temannya, dan bahkan bully do sekolahan. Singkat kata, penuh dengan pengalaman yang memilukan dan mengharukan.
ADVERTISEMENT
Demikian pula, The Fabelmans juga menyoroti pengorbanan yang harus diambil demi seni, dalam hal ini seni perfilman. Bagaimana seniman sering lebih mencintai apa yang mereka kerjakan daripada keluarga dan akhirnya hal tersebut menimbulkan rasa sakit mendalam.
Elemen tersebut diperlihatkan lewat adegan-adegan saat Sammy menunjukkan film-film pendeknya ke orang-orang di sekitarnya, bagaimana hal tersebut sangat berdampak untuk mereka, bagaimana hal itu membuat teman-temannya senang melihat diri mereka sendiri di layar, dan bagaimana hal itu membawa kesedihan bagi mereka yang sisi tersembunyinya terungkap.
Sammy (atau Spielberg) melihat dunia dengan cara yang tidak dilakukan orang lain di sekitarnya dan dia belajar bahwa kehidupan tidak seperti kisah film. Hal itu mendorong dia untuk membuat karya yang membantunya memahami kehidupan dan membuatnya sedikit lebih baik.
ADVERTISEMENT
Semua hal tadi jelas terinspirasi dari kisah hidup sang sutradara sendiri, yang tidak selalu melodramatis, melainkan ada banyak momen-momen komedi yang lucu dan menghibur penonton. Jadi, tidak heran kenapa cerita di film ini bisa diperlihatkan dengan detail dan nuansa yang penuh dengan kedekatan, bahkan personal. Tanpa terlalu masuk ke hal-hal berbau spoiler, mungkin memang itulah yang diingikan oleh Steven Spielberg, menceritakan kisah yang bisa relate ke banyak orang sembari menunjukkan the power of cinema dalam kehidupan kita.
The Power of Cinema sendiri juga terlihat dari berbagai macam elemen lain yang ada di film ini, membuktikan bahwa Spielberg merupakan sutradara yang talented. Ia mampu memimpin semua elemen tersebut untuk membuat film berkualitas.
ADVERTISEMENT
The Fabelmans juga merupakan surat cinta untuk kecintaan Spielberg pada film. Filmnya menunjukkan reka ulang dari film-film pendek karya Spielberg semasa remaja, yang ditampilkan dengan indah dengan teknologi modern. Adegan-adegan produksi film pendek dan editing dibuat secara memukau, berkat shots, framing, dan angle dari sinematografer Janusz Kaminski. Semuanya ini dibantu oleh skor yang meriah dan intimate oleh John Williams. William bahkan membuat score khusus sebagai penghormatan kepada ibu Spielberg.
Akhir kata, The Fabelmans menunjukkan salah satu sutradara terbaik sepanjang masa membawa masa kecilnya ke layar lebar dengan penuh nuansa, emosi, dan sangat menghibur, meskipun lebih terasa "episodic" dan bukan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Ending filmnya, dengan cameo yang bagus dari sutradara terkenal lainnya, adalah salah satu adegan Spielberg terbaik sepanjang masa, walaupun tidak terasa seperti ending yang definitif. The Fabelmans adalah film yang sangat pribadi dan intim, tentang bagaimana seseorang melihat kembali dan memahami orang tuanya, kecintaannya terhadap seni, dan ketidakbahagiaan dan kesedihan yang muncul dari hal-hal tersebut.
ADVERTISEMENT