Review Film The Northman: Balas Dendam Epic Tapi Nanggung

Konten Media Partner
17 Mei 2022 12:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Film Viking Yang Sangat Ambisius, Namun Tak Mampu Mencapai Potensinya

ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Sutradara Amerika Serikat, Robert Eggers, sudah terkenal melalui dua film horor indienya, The Witch (2015) dan The Lighthouse (2019). The Witch menceritakan keluarga Kristen Puritan dari Inggris yang pindah ke Amerika Utara dan mengalami berbagai macam teror magis. Sementara itu, The Lighthouse, bercerita tentang dua penjaga mercusuar di pulau terpencil yang kewarasannya perlahan hilang akibat claustrophobia yang merasuki mereka.
ADVERTISEMENT
Dari kedua film tersebut sangat terlihat kalau sang sutradara memang spesialis horor. Namun untuk film The Northman, Eggers menjauhi horor untuk mencoba tantangan baru, membuat film epic sejarah.
Poster film The Northman.
The Northman sejatinya tidak lepas dari jejak horror Eggers. Ada beberapa hal dari dua film ia sebelumnya yang hadir kembali di The Northman. Salah satu contohnya dari segi production design yang autentik dan sesuai setting tempat dan waktunya (sama seperti The Witch). Selain itu, cinematography juga unik dan menacing layaknya The Lighthouse. Namun, tidak perlu khawatir, ada banyak juga hal yang beda dari The Northman.
Robert Eggers di set film The Northman.
The Northman menceritakan Amleth (Alexander Skarsgård), seorang pangeran Viking yang haus akan dendam akibat perbuatan keji musuhnya. Untuk memenuhi nafsu dendamnya, dia mengubah dirinya menjadi seorang pejuang gagah perkasa tanpa rasa takut. Sebenarnya summary tersebut plus nama Eggers sudah cukup untuk menarik perhatian orang-orang untuk menontonnya. Sayangnya, trailer dan ringkasan official dari pihak marketing film ini malah berisi spoiler tentang poin penting yang memaksa Amleth mengikuti jalan darah.
ADVERTISEMENT
Plot point tersebut sebenarnya bisa menjadi suatu surprise atau plot twist tesendiri bagi penonton film ini. Jika kalian sudah membaca sinopsis resminya, tak akan sulit untuk menebak jalan cerita The Northman. Jika belum, kami sarankan jangan coba coba menyentuh sinopsisnya karena akan mereduksi kenikmatan filmnya.
Pilihan untuk buka-bukaan sejak awal itu bisa saja memang rencana Eggers untuk menjadikan film ini sebagai cinematic experience, bukan bahan diskusi, dengan fokus perjalanan hidup Amleth. Jika memang begitu niatnya, jujur saja perjalanannya agak terlalu panjang dan terasa kurang menghentak karena minimnya kejutan. Bagi penulis, tidak semua penonton akan menikmati gaya penceritaan seperti itu karena sense of epicness-nya menjadi berkurang.
Meski ada kekurangan dari segi penceritaan yang disabotase sendiri oleh marketingnya, The Northman tetap bisa dinikmati. Berbagai macam hal di film ini, dari segi casting, acting, musik, production design, dan juga cinematography, sangat berkualitas. Hal-hal tersebut mampu membawa film ini ke tingkatan epic yang "cukup" tapi "nanggung".
ADVERTISEMENT
Dari segi cast, The Northman diisi oleh aktor-aktor papan atas yang mungkin sudah tidak asing bagi banyak orang dan semuanya memberikan penampilan acting yang memukau. Alexander Skarsgard (Godzilla vs. King Kong, Big Little Lies), sebagai Amleth mampu memperlihatkan berbagai macam emosi dan ekspresi yang tersampaikan dengan baik ke penonton. Ia berhasil memerankan karakter yang berusaha untuk tangguh namun dipenuhi dengan amarah dan ketidakpastian dalam dirinya.
Anya Taylor-Joy (The Witch, Peaky Blinders, The Queen's Gambit) juga tampil apik sebagai Olga, dukun suku Slav Rusia yang mendampingi Amleth menuju masa depan yang lebih baik. Selain keduanya, masih ada dan aktor dan aktris lain seperti Ethan Hawke (Before Trilogy, Moon Knight), Nicole Kidman (Moulin Rouge!, Big Little Lies, Lion), Willem Dafoe (Spider-Man, The Lighthouse) yang semuanya memberikan berbagai macam performance yang sifatnya berbeda-beda, dari intense, dramatis, sampai aneh. Sedikit warning, kalian akan menemukan beberapa nama di atas tampil telanjang.
Production Design di set The Northman benar-benar sesuai dengan sejarah.
Semua acting tersebut dikemas di dalam dunia Viking yang terlihat nyata, autentik, dan historis berkat production dan set design yang mengacu ke sejarah Viking Eropa abad ke-9. Setiap kostum, senjata, dan bangunan yang muncul benar-benar dibuat melalui riset yang mendalam. Hal itu didukung musik etnis zaman Viking plus cinematography yang mampu menyedot kami ke abad lampau.
Beberapa frame yang menunjukan cinematography The Northman.
Akhir kata, The Northman merupakan film berkualitas dari segi teknis, memperlihatkan bagaimana Robert Eggers sudah berkembang sebagai seorang sutradara, dan bagaimana dia menggunakan segala resource dalam produksi film ini untuk membuat film yang epic. Sayangnya, perasaan epic tersebut masih kurang memuaskan karena alur cerita yang biasa saja dan tidak banyaknya excitement bagi penonton untuk menunggu momen-momen penting dalam film ini. The Northman bisa ditonton di VOD YouTube, Amazon, dan juga Apple TV.
ADVERTISEMENT
Isaac William Jefferson Mandagie