Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Review Game Elden Ring: Calon Game of the Year?
13 Maret 2022 12:38 WIB
·
waktu baca 7 menitVideo Game Dengan Gameplay Sulit Yang Akan Jadi Kiblat Industri Game Kedepannya
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch, Jakarta - Elden Ring, video game singleplayer terbaru karya FromSoftware, menjadi tranding topic di kalangan gamer beberapa pekan terakhir. Bagaimana tidak, mayoritas media memberikan review sempurna, 10/10 atau 100%, meski tingkat kesulitannya yang bikin merana itu. Bahkan, beberapa sudah menggadang-gadangkannya sebagai calon utama Game of The Year 2022. Kami, yang gak jago-jago amat main game genre soulsborne seperti Elden Ring, akhirnya jadi penasaran, apakah memang beneran pantas disebut game terbaik tahun ini, bahkan ketika kita masih di awal tahun 2022?
ADVERTISEMENT
Basic gameplay Elden Ring tidak jauh beda dengan game SoulsBorne lainnya. Gamer akan diminta untuk membuat karakter sendiri, dengan class tertentu, yang akan menjadi fokus utama gamenya. Tiap class yang dipilih memiliki kekhasannya, mulai dari yang menonjolkan melee atau serangan jarangan dekat dengan pedang hingga yang menonjolkan serangan jarak jauh menggunakan bow & arrow atau magic.
Total, gamer diberikan 10 class awal yang bisa mereka mainkan:
ADVERTISEMENT
Class yang dipilih akan menjadi dasar bagi player untuk membangun (built) karakter mereka ke arah yang diinginkan. Ada beberapa sektor yang bisa ditingkatkan yaitu Vigor, Mind, Endurance, Strength, Dexterity, Intelligence, Faith, dan Arcane.
Meski basic gameplay-nya terdengar sederhana, jangan terkecoh. Begitu masuk ke elemen combat mechanism, Elden Ring hanya bisa dijelaskan dengan satu kata: Sulit. Sulit di sini dikarenakan gameplay Elden Ring dirancang sedemikian rupa supaya setiap musuh, situasi, dan lokasi yang dihadapi oleh para playernya bisa memberikan tantangan.
Salah satu contohnya adalah elemen gameplay yang sudah turun-temurun di semua seri game SoulsBorne yaitu musuh bos yang sangat sulit dikalahkan. Segala jenis bos memiliki serangan dasar yang mematikan, siap membawa karakter yang kalian mainkan mati dalam 2-3 serangan saja jika tidak hati-hati. Di sisi lain, serangan dari gamer hanya akan mengurangi nyawa sang bos sedikit demi sedikit. Dengan kata lain, gamer dipaksa bermain disiplin dan analitikal, menganalisa kelebihan dan kelemahan untuk menemukan attack plan yang jitu.
Dengan mekanisme seperti itu, tidak jarang player harus mati berkali-kali dulu untuk bisa mengalahkan satu bos. Itu satu-satunya cara untuk bisa menang. Pola trial & error tersebut akan terus menerus berlanjut untuk bos-bos lainnya yang mungkin akan membuat beberapa gamer kesal dan frustrasi karena tidak terbiasa. Untungnya, Elden Ring memberikan berbagai macam options untuk mempermudah boss fight, seperti Ash Summoning untuk memanggil monster yang bisa membantu combat atau multiplayer dengan mengajak player lain melawan bos.
ADVERTISEMENT
Hal menariknya, Elden Ring tidak mengharuskan player untuk mengalahkan semua bos yang ada. Dibanding pendahulu-pendahulunya, Elden Ring menekankan sisi open world di mana gamer menentukan sendiri siapa yang mau dilawan dan kemana mau berjalan. Walau begitu, gamer dianjurkan menjelajahi dunia open world Elden Ring yang sangat luas itu. Tujuannya, selain untuk mempermudah leveling, tetapi juga untuk mencari tahu lore Elden Ring yang digarap FromSoftware bersama kreator Game of Thrones, George R.R Martin. Jika memerlukan perbandingan, The Legend of Zelda: Breat of The Wild adalah pasangan yang pas untuk game ini.
Untuk menjelajahi dunia Elden Ring, gamer bisa menggunakan kuda bernama Torrent. Seperti Roach di The Witcher, Torrent adalah pendamping utama kalian untuk berkelana melewati The Lands Between yang merupakan setting utama game ini. Jika gamer menyalakan fitur online game ini, gamer juga bisa menemukan pesan tertulis di tanah yang ditinggalkan player lain. Isinya bisa lelucon, tips, atau bahkan prank. Fitur-fitur tersebut memberikan perasaan komunal yang dishare oleh banyak players yang memainkan game ini, sehingga player tidak merasa sendirian menjelajahi dunia Elden Ring. Sedikit banyak agak mengingatkan kami dengan Death Stranding dari kreator Metal Gear Solid, Hideo Kojima.
Bagaimana dari segi lore dan cerita yang digarap bersama George R.R. Martin? Tidak mengecewakan. Secara kebetulan, seri SoulsBorne dan Game of Thrones memang terkenal dengan dunia fantasi yang penuh dengan lore, karakter, sejarah, dan mitologi yang mendalam. Nah, beda dari video game lain, Elden Ring (dan game FromSoftware lainnya) bercerita melalui flavor text di deskripsi benda, visual storytelling dari suatu lokasi, dan dialog non-player character (NPC) yang sangat ambigu. Gamer tidak disuapi cerita, namun dipaksa mencari sendiri apa yang harus mereka telan.
Last but not least, hal yang menarik adalah setiap area besar di Elden Ring memiliki vibe yang berbeda-beda. Estetika dunia Elden Ring dari segi visual dan art direction bisa dibilang merupakan salah satu yang terbaik untuk game modern. Setiap lokasi memiliki ciri khas masing-masing yang mampu membuat player merasa immersed ke dalam dunia game ini.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, beberapa argumen di luar sana menyatakan bahwa graphics Elden Ring bukan lah yang terbaik saat ini, karena pada kenyataannya ada banyak game photorealistic yang dari segi visual terlihat layaknya suatu hal yang nyata. Dari penulis sendiri, Elden Ring tidak memerlukan visual yang real untuk membuat player menjadi takjub, melainkan visual yang terkesan seperti sebuah karya seni.
Tentunya dengan visual yang seperti ini, timbul pertanyaan apakah game ini bisa menjadi beban berat untuk spec komputer atau console kalian. Bagi mereka yang bermain di console, sepertinya game ini aman berjalan dalam 60 fps. Akan tetapi untuk PC, ada beberapa isu (yang sepertinya sudah di patch) yang menyebabkan lag atau fps drop. Untungnya, penulis tidak sering mengalami permasalahan ini selama bermain menggunakan PC dengan spec GeForce GTX Super 1650 SUPER 4 GB, RAM 16 GB, i5-9400F 2.90 GHz. Terkadang saat melawan musuh yang sangat besar dan posisinya terlalu dekat, frame rate drop akan terasa walaupun tidak sampai ke titik yang sangat mengganggu dan tidak bisa dimainkan.
ADVERTISEMENT
Komplain yang mungkin akan diutarakan oleh beberapa player (termasuk penulis) mengenai Elden Ring adalah UI/UX yang terkesan tidak user-friendly, terutama bagi player yang baru pertama kali mencoba. Saat awal main, inventory management dan juga user interface seperti map serta beberapa hal lainnya akan terasa membingungkan. Walaupun bukan UX terburuk, segi design game ini bisa menjadi musuh untuk player baru yang sebenernya excited untuk mencoba Elden Ring.
Secara garis besar, Elden Ring memang pantas digadang-gadangkan sebagai Game of the Year 2022. Bahkan, Elden Ring bisa dianggap sebagai salah satu game terbaik berapa dekade belakangan. Berkat review positif dari berbagai media dan juga banyak players, Elden Ring bisa menjadi video game yang akan mempunyai pengaruh besar kedepannya untuk industri ini, layaknya game-game sebelumnya seperti The Legend of Zelda: Breath of the Wild, Skyrim, The Witcher, dan juga seri SoulsBorne lainnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun memiliki gameplay yang sulit, bos yang susah (tapi tetap bisa dikalahkan), dan UX yang kurang ramah, Elden Ring berisi banyak hal yang bagus. Adrenaline rush yang muncul setelah mengalahkan bos yang sulit pasti akan menjadi feeling yang tak akan dilupakan. Dilengkapi dengan dunia yang sangat luas berisi berbagai macam hal yang bisa ditemukan serta didekorasi dengan visual yang sangat indah karena art direction-nya, Elden Ring merupakan suatu experience yang akan susah untuk dilupakan.
Berarti apakah Elden Ring layak menjadi Game of the Year? Jawabannya adalah ya.
Isaac William Jefferson Mandagie