Review Game Ghostwire Tokyo, Jadi Ghostbusters di Shibuya, Tokyo

Konten Media Partner
31 Maret 2022 10:10 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Main Character Ghostwire Tokyo: Akito (Sumber: playstation.com)
zoom-in-whitePerbesar
Main Character Ghostwire Tokyo: Akito (Sumber: playstation.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Play Stop Rewatch, Jakarta - Game Ghostwire Tokyo, merupakan game terbaru dari developer Tango Gameworks. Developer asal Jepang tersebut merupakan studio baru milik pencipta franchise game zombie survival-horror, Resident Evil. Setelah merilis Evil Within 1 & 2, kini mereka kembali dengan IP terbaru. Masih bergelut diranah horror, kali ini gamer dapat merasakan bagaimana menjadi Ghostbusters: Tokyo.
ADVERTISEMENT
Bercerita tentang fenomena supranatural yang terjadi di Tokyo, dimana semua manusia menghilang tiba-tiba dan berubah menjadi roh, Akito, karakter utama player, menjadi satu-satunya yang masih hidup. Akito tetap hidup berkat kehadiran KK, seorang roh detektif paranormal berkekuatan sihir. Menggantikan manusia, hantu-hantu Jepang yang disebut Yokai, mengitari jalanan Tokyo. Hanya Akito dan KK yang dapat membasmi para Yokai dan mengembalikan keadaan seperti semula.
Premis Ghostwire Tokyo cukup unik, begitu pula setting dan keseluruhan vibe dan atmosfirnya. Penggunaan Tokyo serta hantu Jepang menjadi highlight bagi kami yang sudah cukup muak dengan game yang bertempat di kota eropa dan amerika. Penggambaran Tokyo, khususnya Shibuya, disini juga cukup detail dan beragam. Bagi yang pernah kesana, pasti akan merasa familiar. Berbagai macam lampu neon, gang-gang kecil, kuil-kuil dan gedung perkantoran menjadi ciri khas kota metropolitan Jepang dimana modern bertemu dengan tradisional. Penggunaan Ray Traced Reflections juga menambah presentasi graphic game secara keseluruhan karena jalanan Shibuya seluruhnya basah akibat hujan tiada henti.
Setting Utama Ghostwire Tokyo: Shibuya (Sumber: playstation.com)
Gameplay juga lumayan seru dan engaging. Player dapat menggunakan 3 jenis sihir elemental untuk melawan berbagai macam Yokai, antara lain: Angin, Air dan Api. Setelah berulang kali menembakan sihir, player dapat mengikat core dari Yokai tersebut dan membunuhnya. Keseluruhan action game ini sangat flashy. Beberapa jam pertama, player pasti akan merasa keren serta badass setiap kali membasmi para hantu. Sayangnya makin kebelakang, akan terkesan repetitif karena combat encounter kurang lebih sama. Tembak hingga core musuh terbuka lalu musnahkan. Selain sihir, player juga dapat menggunakan busur dan panah tapi sebagian besar dipakai untuk stealth. Ada juga jimat (Talisman) namun peruntukannya hanya untuk sebagai membantu saat combat dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Jenis-jenis musuh yang beragam juga tidak seberapa membantu rasa repetitif dikala combat encounter karena pada dasarnya cara melawannya sama saja. Beberapa mini-boss agak sedikit mengubah pattern-nya sedikit dan memberi damage yang lumayan besar, tapi tetap saja, kami rasa ujung-ujungnya tetap tembak elemental magic lalu tarik core musuh. Yah, setidaknya desain musuhnya sangat creepy nan keren, terutama Yokai mini-boss yang menggunakan Kimono.
Combat Encounter Ghostwire Tokyo (Sumber: playstation.com)
Selain combat, player juga dapat keliling sekitaran area Shibuya. Seperti yang sudah kami jelaskan tadi, atmosfer dan vibe Shibuya dapet banget. Walaupun tidak ada orang sama sekali, suara-suara dari berbagai mini market dan atau bar masih dapat didengar, jadi suasana kota tidak menjadi sunyi. Selain itu, dalam open worldnya, Banyak collectible dan side mission yang dapat dilakukan oleh player. Contoh berbagai macam collectible antara lain: roh manusia, gelang sembahyang, benda-benda khas jepang seperti patung anak menggunakan kimono dan masih banyak lain. Semua ini dapat menghasilkan XP dan uang yang dapat dipakai untuk upgrade skill serta membeli berbagai macam makanan di mini market dengan kasir kucing yokai terbang berpakaian Yukata.
ADVERTISEMENT
Untungnya, peta Shibuya tidak semuanya terbuka sekaligus. Kota Shibuya dikelilingi oleh kabut yang dapat melukai player. Tugas player paling utama adalah untuk membebaskan Gerbang Torii yang tersebar diberbagai kuil sekeliling Shibuya. Kuil ini terkadang penuh dengan musuh jadi player dapat mengalahkan mereka diam-diam atau seperti kami, secara bar-bar. Setelah Gerbang Torii terbebaskan, bagian kota tersebut bisa kami telusuri. Semakin banyak Gerbang Torii yang dibebaskan, semakin besar juga area yang dapat dijelajah oleh player.
Contoh Saat Memberbaskan Gerbang Tori (Sumber: playstation.com)
Dari aspek teknis, seperti biasa kami memainkannya di PC dengan spek Ryzen 5 3600, RAM 16GB dan RTX 2060 Super dan kami bisa memainkan game ini dengan setting rata kanan dan tentunya dibantu oleh DLSS. Walau framerate-nya ada diantara 50-60fps, tidak begitu menganggu kami saat bermain. Problem utama malah ada pada kontrol. Entah kenapa kontrol game ini saat menggunakan stick Xbox atau Dualshock 4 terasa sangat lamban dan kurang responsif. Lumayan fatal untuk game yang memiliki perspektif orang pertama. Sering kali tembakan kami tidak mengenai musuh. Untungnya tidak ada masalah saat menggunakan mouse dan keyboard. Kami merasa kasihan pada para gamer yang memainkannya di konsol Playstation.
ADVERTISEMENT
Overall, Ghostwire Tokyo memberikan pengalaman unik saat bermain. Settingnya yang di Shibuya memberikan kesan berbeda dari berbagai kota barat lain seperti New York dan bagi kami menjadi highlight tersendiri sebagai orang Asia. Sayangnya gameplay yang agak repetitif dan combat yang gitu-gitu saja, membuat Ghostwire Tokyo tidak menjadi game 10/10 seperti yang kami kira. Namun, kami tetap berharap developer Tango Gameworks akan menghadirkan sekuelnya karena lore serta world building yang ada menarik untuk terus digali.