Review Game Scarlet Nexus : Dua Perspektif di Dunia Cyberpunk

Konten Media Partner
3 Juli 2021 12:13 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Scarlet Nexus, game terbaru dari Bandai Namco
zoom-in-whitePerbesar
Scarlet Nexus, game terbaru dari Bandai Namco
ADVERTISEMENT
Play Stop Rewatch - Scarlet Nexus adalah game bergaya anime yang tidak boleh dilewatkan musim panas ini. Walau sekilas game buatan Bandai Namco ini mirip dengan game-game pendahulunya yaitu God Eater dan Code Vein, Scarlet Nexus adalah action RPG dengan gameplay yang benar-benar berbeda dan fun.
ADVERTISEMENT
Sebelum bicara lebih jauh soal gameplaynya, di mana merupakan highlight dari game ini, kita start dari ceritanya dulu. Kisah Scarlet Nexus disampaikan dari perspektif dua tokoh, Yuito dan Kassane, yang bisa gamer pilih di awal permainan ala Jill dan Chris di Resident Evil 1. Keduanya dikisahkan menjadi bagian dari sebuah organisasi militer bernama OSF berkat kemampuan Psikokinetic mereka.
Sebagai anggota OSF, tugas mereka adalah melindungi masyarakat di kota besar seperti Seiran dan New Himuka dari serangan para monster bernama The Others. The Others tertarik pada figur-figur yang memiliki pola otak berbeda di mana merupakan lifestyle dari era Brain Punk. Perlahan, keduanya mulai mengungkap soal kenapa The Others sampai ada dan bagaimana mereka bisa menghentikannya.
ADVERTISEMENT
Premis yang ditawarkan sekilas memang sedikit klise dan sangat kental nuansa shonen anime-nya. Walau begitu, seperti dikatakan sebelumnya, kisah Scarlet Nexus terus berkembang seiring berjalannya permainan dan mulai memasukkan unsur-unsur yang lebih kompleks dibanding sekadar membasmi The Others. Gamer akan mendapati sejumlah isu terkait politik kelas, environmentalism, digital divide, hingga climate change di mana pas dengan presentasi cyberpunknya.
Bagaimana kisah itu akan disampaikan tergantung pada karakter siapa yang gamer pilih. Walaupun Yuito dan Kasanne berasal dari organisasi yang sama, keduanya memiliki peranan yang berbeda terhadap misi-misi yang dijalankan. Dengan kata lain, untuk mendapatkan kisah yang paling lengkap, gamer perlu memainkan kedua karakter yang ada. Tenang saja, treatmentnya tidak seperti 9S dan 2B di Nier Automata di mana perbedaan kisahnya marginal.
Kassane dan Yuito, dua tokoh utama Scarlet Nexus (Bandai Namco)
Perbedaan keduanya tidak hanya pada treatment kisahnya, namun juga dalam hal gameplay yang menjadi highlight dari game ini. Mengusung gaya hack and slash, Yuito dan Kassane memiliki gaya bertarung yang berbeda. Karakter Yuito menekankan pada melee. Fondasi gameplaynya adalah menghabisi lawan dari jarak dekat.
ADVERTISEMENT
Kassane kebalikannya, gameplaynya menekankan pada serangan-serangan jarak jauh. Memanfaatkan kemampuan psikokineticnya, Kassane menyerang musuh-musuhnya dengan flying dagger. Hal ini memungkinkannya untuk terus menjaga jarak dari musuh walaupun dengan daya serang yang lebih lemah dibanding Yuito.
Di luar serangan-serangan dasar, kedua karakter mampu menggunakan kemampua psikokinetic-nya yang merupakan highlight dari game ini. Dengan kemampuan itu, gamer dapat memanfaatkan objek-objek di sekitar Yuito dan Kassane. Hal itu mulai dari melempar beton pembatas jalan, berselancar dengan billboard, hingga menjatuhkan es raksasa ke musuh. Caranya mudah, hanya dengan menahan tombol left trigger di tengah-tengah serangan utama.
Kemampuan psikokinetic tersebut memberi keasyikan tersendiri pada gameplay Scarlet Nexus. Pertarungan menjadi terasa tidak monoton karena gamer bisa memanfaatkan nyaris seluruh objek yang ada sekaligus menerka-nerka kira-kira apa efek yang akan diberikan. Nah, khusus pengguna PS5, dualsense akan memberikan sensasi yang berbeda tergantung objek yang dikendalikan Yuito dan Kassane dengan psikokineticnya. Sebagai contoh, semakin berat objek yang hendak dikendalikan, semakin berat resistensi pada tombol left trigger (L2).
Yuito menggunakan kemampuan psikokinetic (Bandai Namco)
Sistem bernama S.A.S melengkapi kemampuan psikokinetik yang ada. Sistem ini, pada intinya, memungkinkan Yuito dan Kassane untuk meminjam kemampuan party member yang mendampinginya. Kemampuan-kemampuan itu bisa mulai dari invincibility, telepati, teleportasi, hingga pyrokinesis. Nah, pemanfaatannya seperti permainan gunting-batu-kertas di mana varian yang pas akan memberikan keunggulan pada Yuito dan Kassane saat melawan musuh tertentu.
ADVERTISEMENT
Total ada 8 varian S.A.S yang bisa gamer pilih, namun hanya empat yang bisa digunakan selama pertarungan. Gamer diberi kebebasan untuk menentukan sendiri S.A.S yang akan dipakai karena hal itu tergantung dari party member yang tersedia. Adapun gamer akan sedikit dipaksa menggunakan system tersebut sepanjang permainan karena ada beberapa musuh yang akan lebih mudah dikalahkan jika menggunakan S.A.S yang pas. Salah satu contohnya, Yuito bisa meminjam S.A.S Clairvoyance untuk mendeteksi The Others yang tampil transparan.
Kemampuan psikokinetic dan system S.A.S tersebut bisa diakses Yuito dan Kassane pada main mission yang terbagi menjadi beberapa fase. Masing-masing karakter mendapat total 12 fase. Seperti dikatakan sebelumnya, Yuito dan Kassane memiliki kisah berbeda walaupun misi keduanya mengambil lokasi yang sama.
Di Scarlet Nexus, gamer bisa memakai S.A.S System untuk meminjam kemampuan party member dan mengaplikasikannya ke musuh (Bandai Namco)
Tipikal hack and slash, misi-misi di Scarlet Nexus bisa dikatakan generik. Gamer hanya mengendalikan karakter dari titik A ke titik B, menikmati cutscene, kemudian menghajar The Others yang siap melahap mereka. Di awal-awal, hal tersebut tidak mengganggu sama sekali berkat gameplay Scarlet Nexus yang fun serta desain map yang Cyberpunk-esque. Namun, lama-kelamaan, hal itu menjadi membosankan karena kurangnya variasi, apalagi pada map-map terakhir di mana satu lokasi bisa menjadi titik untuk tiga encounter berbeda.
ADVERTISEMENT
Hal itu diperburuk dengan side mission yang repetitive juga. Rata-rata side mission di game ini hanyalah Yuito atau Kassane harus mencari warga yang hilang atau menyelamatkan mereka dari The Others. Rewardnya pun tidak seberapa, kebanyakan item yang bisa diberikan ke party member atau healing item. Presentasi yang tidak rewarding membuat kami terkadang merasa side mission Scarlet Nexus gak worth it untuk dimainkan kecuali untuk mengejar kelengkapan saja.
Untungnya, ada Bonds system di game ini yang membuat misi-misi Scarlet Nexus sedikit lebih berwarna. Seperti system Social Link di Persona, Bonds adalah adalah relationship simulation di mana gamer bisa membangun hubungan pertemanan (atau lebih) pada party member yang ada. Rewardnya lumayan, upgrade ke system S.A.S serta serangan-serangan utama Yuito serta Kassane.
Yuito, Kassane, dan anggota OSF yang akan menemani gamer sepanjang permainan Scarlet Nexus (Bandai Namco)
Overall, Scarlet Nexus adalah game yang fun secara gameplay, futuris secara visual, namun terkendala misi-misi yang kurang variatif. Di awal-awal, hal tersebut tidak terasa berkat gameplay hack and slash-nya yang sangat fun, fluid, dan memungkinkan gamer untuk mengkombinasikan serangan melee, psikokinetik, dan S.A.S secara seamless. Namun, lama-kelamaan, hal itu menjadi terasa membosankan akibat misi yang begitu-begitu saja plus map yang dipakai berkali-kali dengan perubahan marginal.
ADVERTISEMENT
Beda kasus jika gamer mencari cerita. Scarlet Nexus, yang di permukaan terlihat seperti game-game bergaya anime lainnya, sesungguhnya menawarkan kisah yang lumayan berbobot. Politik kelas, environmentalism, hingga ketimpangan teknologi menjadi beberapa isu yang diangkat game ini. Bagusnya, sudut pandang atas isu-isu tersebut dibagi dua, dari sudut pandang Yuito dan Kassane yang memiliki cara pikirnya sendiri meski bekerja untuk organisasi yang sama.
Scarlet Nexus telah rilis untuk console PlayStation dan Xbox pada Juni lalu. Namun, untuk gamer yang ingin memainkannya di Nintendo Switch, perlu sedikit bersabar karena gemnya baru akan rilis akhir Juli ini.
TRISNANYOLO