Ingin Meratakan Listrik di Pedesaan, Wynn Dirikan Weston

Plug and Play Indonesia
Plug and Play Indonesia is global startup accelerator. Our passion is to see startups succeed. Apply your startup now bit.ly/applypnp.
Konten dari Pengguna
22 Mei 2018 8:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Plug and Play Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Guna menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di pedesaan, tahun ini Plug and Play Indonesia memilih salah satu startup yang bergerak di bidang energi, Weston. Sudah menjadi tujuan Plug and Play Indonesia untuk memilih startup yang bisa membawa dampak positif bagi masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, karakter dan komitmen founder startup itu sendiri juga menjadi salah satu poin utama. Itulah yang membuat Wynn Nathaniel, sang founder, berhasil membawa Weston selangkah lebih maju dengan kesuksesannya bergabung bersama akselerator startup terbaik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Wynn Nathaniel menyebut kesempatan bergabung dengan program akselerator Plug and Play Indonesia sebagai sebuah kesempatan yang sangat berharga. Berawal dari tawaran pihak Plug and Play Indonesia kepadanya tahun lalu, Wynn merasa beruntung mendapat kesempatan tersebut. Bukan hanya karena startup-nya kini dipastikan mendapat seed funding, namun berbagai pengalaman menarik juga mampu ia petik.
Sumber Energi Alternatif bagi Masyarakat Pedesaan
Wynn menjelaskan, Weston hadir dengan menawarkan sumber energi alternatif yang sangat bermanfaat bagi masyarakat pedesaan. Menyediakan energi alternatif seperti panel surya atau tubing angin, Weston mampu menjadi solusi keterbatasan listrik pada daerah pedesaan. Tak hanya menyediakan solusi penyediaan listrik, Wynn juga berharap besar melalui Weston, ia dapat membangun design system yang mampu memberdayakan masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
Ia berniat memberdayakan masyarakat pedesaan dengan skema pengembangan produk tersendiri yang dikemas menjadi sistem elektrifikasi sesuai profil daerah. Sistem ini, menurut Wynn, akan diberikan kepada masyarakat agar masyarakat mampu mandiri. “Kita sudah pernah tes produk di Bekasi. Hasilnya fungsional, berfungsi, dan bisa digunakan masyarakat. Baru-baru ini kita dapat kesempatan tes produk di Matawai, Sumba Timur, NTT,” kata Wynn.
Berawal dari Rasa Peduli
Keinginan Wynn untuk mengembangkan startup yang bergerak di bidang renewable energy tidaklah muncul karana iming-iming untung besar. Jiwa sociopreneur yang dimilikinya membuatnya tertarik dan sering menjadi volunteer yang mengharuskannya mengunjungi banyak desa di Indonesia. Melalui kesempatan itu, ia menyaksikan sendiri sulitnya masyarakat desa mendapatkan akses terhadap listrik yang membuatnya berpikir untuk melakukan sesuatu.
ADVERTISEMENT
“Masalahnya ada pada pemetaan daerah di Indonesia. Indonesia (adalah) negara kepulauan, sehingga upaya mengakses daerah-daerah terpencil sulit dilakukan. Ditambah dengan besarnya investasi yang harus dikeluarkan pihak PLN jika ingin menjangkau wilayah pinggiran Indonesia serta infrastruktur yang kurang memadai, distribusi listrik ke wilayah-wilayah terpencil di Indonesia jadi semakin sulit,” jelasnya.
Wynn menambahkan, saat ini ada beberapa lembaga sosial atau foundation yang bergerak di bidang yang sama. Namun, yang membedakannya adalah fakta bahwa di Weston, pengembangan produk dilakukan secara mandiri. “Kita membangun fasilitas dan melakukan pendampingan agar alat pembangkit daya listrik DC yang kita tawarkan bisa digunakan. Kita lakukan pendampingan hingga masyarakat dapat ditinggal dan bisa menggunakannya secara mandiri,” tuturnya.
Kondisi yang Stuck Memotivasi Weston untuk Bertindak
ADVERTISEMENT
Menurut Wynn, menjalankan bisnis energi terbarukan bukan persoalan gampang. Banyak hal yang mau tidak mau harus ia perjuangkan. Mulai dari sulitnya meyakinkan pihak pemerintah untuk bekerjasama merealisasikan energi terbarukan yang ia ciptakan, hingga meyakinkan masyarakat terhadap kualitas produk lokal yang sebenarnya bisa diandalkan.
Mempertahankan komitmen untuk menjalani startup yang sudah ia bangun sejak tahun 2015 lalu itu menurutnya merupakan bagian menjadi seorang entrepreneur. Namun, keyakinannya terhadap ide dan visi yang dimiliki berhasil membawanya terus melangkah maju.
“Kondisi yang nggak berubah sampai sekarang membuat kami ingin memberikan perubahan,” ujarnya.
Pertemuan Weston dengan Plug and Play Indonesia
Wynn menggambarkan pertemuannya dengan Plug and Play Indonesia sebagai peluang memperluas networking dan sharing pengalaman. Berawal dari tawaran pihak Plug and Play Indonesia kepada dirinya untuk bergabung dengan program akselerator batch kedua, Wynn segera menyambut kesempatan baik tersebut dengan tangan terbuka.
ADVERTISEMENT
Proses yang dilalui sebelum lolos program akselerator Plug and Play Indonesia menurutnya menyenangkan sekaligus menegangkan. Final result yang diumumkan pada bulan December tahun 2017 lalu itu membukakan kesempatan untuk mengembangkan startup-nya menjadi lebih besar. Ia pun memuji networking yang dihadirkan Plug and Play Indonesia serta media exposure yang signifikan.
“Menariknya, Plug and Play Indonesia itu menganggap startup yang masuk dalam program akselerator sebagai family. Mereka mengenalkan inisiatif akselerasi, bukan seperti inkubasi. Saya banyak belajar dari startup-startup lain yang bergerak di industri berbeda dan banyak sharing knowledges. Jadi semuanya kurang lebih baik dan pengalaman yang berharga,” tutup Wynn.