Konten dari Pengguna

Kemiskinan dan Anomali Masyarakat Kelas Menengah

Tegar Lesmana
Mahasiswa dan Aktivis Pemuda Muhammadiyah
25 September 2024 9:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tegar Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi lingkungan masyarakat kelas menengah (Sumber : https://pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lingkungan masyarakat kelas menengah (Sumber : https://pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masyarakat kelas menengah di Indonesia merupakan kelompok yang dikategorikan sebagai kelompok yang paling sedikit menjadi konsentrasi perhatian negara, kiranya masyarakat kelas menengah dapat disebut sebagai golongan anak tiri, jika melihat dari kebijakan-kebijakan negara beberapa waktu terakhir menunjukkan bahwa arah-arah perhatian negara hanya tertuju pada masyarakat miskin. Hal ini terindikasi dari program-program pemerintah dalam memberikan subsidi kepada masyarakat miskin.
ADVERTISEMENT
Kehadiran dari masyarakat kelas menengah saat ini kemudian mengalami penurunan dan berubah menjadi masyarakat rentan miskin, fenomena ini terjadi karena ketergantungan masyarakat kelas menengah pada pekerjaan yang terbatas hanya pada sektor formal, industri manufaktur padat karya, dan pariwisata. Berangkat dari pekerjaan-pekerjaan sangat berbanding terbalik dengan kondisi geografis Indonesia yang sarat akan sumber daya alam yang memadai, pekerjaan seperti bertani dan berternak menjadi sebuah pekerjaan yang memiliki upah dan keuntungan yang amat sedikit.
M Chatib Basri memberikan gambaran kepada pemerintah dengan fenomena chilean paradox kondisi dimana pertumbuhan ekonomi tidak selaras dengan memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat kelas menengah. Keadaan yang menyebabkan daya beli masyarakat kelas menengah mulai menurun dan juga orientasi serta prioritas masyarakat kelas menengah.
ADVERTISEMENT
Perubahan daya beli masyarakat kelas menengah mengakibatkan banyak UMKM yang mengalami kondisi yang memprihatinkan. Kondisi ambiguitas dialami masyarakat kelas menengah dikarenakan masyarakat kelas menengah tidak memiliki jaminan terhadap keadilan sosial yang telah menjadi amanat dari konstitusi negara UUD 1945. Posisi yang sangat tanggung tidak miskin, akan tetapi menjurus pada rentan miskin, tidak pula pada kondisi yang lebih baik untuk kemudian disebut masyarakat kelas atas.
Menjadi masyarakat kelas menengah bagai api dalam sekam kurangnya perhatian negara dalam memberikan kesejahteraan pada masyarakat kelas menengah, menciptakan kondisi sosial yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat Indonesia, distribusi pertumbuhan ekonomi yang saat ini hanya terpusat pada golongan tertentu juga mengakibatkan ketidakmerataannya keadilan yang dicitakan bagi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sulit untuk kemudian keluar dari kelompok masyarakat kelas menengah dengan pilihan-pilihan sektor pekerjaan yang terbatas serta ruang untuk selanjutnya masyarakat mampu memanfaatkan sumber daya yang ada di negeri Indonesia ini. Secara holistik fenomena seperti ini perlu menjadi konsentrasi pemerintah dalam menguraikan makna keadilan yang ingin diperoleh, tidak lagi membicarakan hal-hal jangka pendek seperti program kerja yang saat ini dicanangkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto mengenai makan siang gratis. Namun, pemerintah kedepannya perlu merencanakan agenda jangka panjang untuk memberikan kebermanfaatan pada masyarakat kelas menengah.
Peran negara menjadi amat sangat penting dalam mengatasi persoalan masyarakat kelas menengah, kebijakan serta program yang diharapkan tidak hanya berpihak pada kelompok-kelompok tertentu, akan tetapi juga mampu memberikan kebermanfaatan pada masyarakat secara merata.
ADVERTISEMENT
Negara tidak lagi hanya membicarakan tambang secara vulgar, memberikan izin tambang pada organisasi masyarakat yang sarat akan eksploitasi berlebihan dan tidak memberikan keuntungan besar terhadap perubahan kondisi sosial untuk menjadi lebih baik, akan tetapi justru hanya merusak alam serta hanya memberikan pundi-pundi keuntungan pada kelompok-kelompok elite saja, barang tentu peristiwa semacam ini juga menghadirkan ketimpangan sosial dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, begitu pula masyarakat kelas menengah yang tidak dapat perlindungan sosial dan jaminan kesejahteraan karena negara pelan tapi pasti menciptakan masyarakat kelas menengah menjadi masyarakat miskin.
“Mengatasi kemiskinan bukan sebuah sikap amal. Itu merupakan tindakan keadilan. Itu merupakan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang fundamental, hak atas martabat dan kehidupan yang layak. Selagi kemiskinan berlanjut, tidak ada kemerdekaan sejati” Nelson Mandela
ADVERTISEMENT
Tegar Lesmana Aktivis Muhammadiyah