Konten dari Pengguna

Sebuah Panduan untuk Tim Media Caleg, Biar Kampanye Medsos Tidak Monoton

Muhammad Aidrus Asyabani
Direktur Polinsight Indonesia
2 Juli 2023 22:14 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Aidrus Asyabani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Pemilu 2024: Berebut Suara Gen Z dan Milenial

Ilustrasi Partai Peserta Pemilu Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Partai Peserta Pemilu Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemilu 2024 kian dekat. Segenap pihak terkait sudah menyiapkan apa yang mau dikerjakan. KPU dan Bawaslu selaku penyelenggara pemilu sudah melakukan banyak tahapan menuju pemilu, mulai dari menyusun peraturan KPU, pemutakhiran data pemilih, pendaftaran dan verifikasi peserta pemilu dan tahap-tahap selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Partai politik yang sudah sibuk menentukan siapa caleg yang bakal diusung, menyiapkan anggaran kampanye, mencari sponsor juga, hingga menyiapkan strategi pemenangan.
Semua partai politik saya kira sudah memiliki data mengenai calon pemilihnya, baik didasarkan pada wilayah dapil, karakteristik pemilih, hingga dominasi kelompok tertentu yang juga akan dimanfaatkan sebagai penunjang elektoral. Dengan memahami calon audiensnya tentu akan berpengaruh pada strategi pemenangan yang akan dilakukan.
Pemilu 2024 menjadi momentum bagi generasi Z dan milenial untuk menunjukkan dirinya, ke mana arah pilihan mereka nanti. Berdasarkan data KPU, jumlah generasi Z dan milenial mencapai 60 persen atau 116 juta dari 225 juta pemilih, dengan jumlah pemilih milenial sebanyak 60 juta dan gen Z sebanyak 47 juta.
ADVERTISEMENT
Artinya, peserta pemilu harus menyiapkan strategi yang tepat untuk merebut suara dari dua generasi ini.

Memahami Gen Z dan Milenial

Ilustrasi generasi millenial. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Kita sudah cukup paham mengenai karakteristik gen Z maupun Milenial secara umum, baik rentang usianya, maupun kepribadiannya. Kita akan coba gali lebih jauh ketika mereka bicara soal politik.
Dalam dunia politik generasi milenial dan gen Z memiliki semangat yang tinggi dalam mengupayakan perubahan sosial dan politik. Mereka banyak terlibat dalam gerakan sosial, seperti demonstrasi atau kampanye hak asasi manusia, hingga memviralkan sesuatu yang dianggap menjadi suatu problem di masyarakat.
Milenial umumnya lebih peduli terhadap isu-isu seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, kesehatan mental, dan keadilan sosial. Mereka menunjukkan sikap inklusif dan terbuka terhadap perbedaan.
ADVERTISEMENT
Dalam aktivitas politik, milenial sangat aktif di media sosial, menggunakan platform tersebut untuk menyampaikan pandangan politik mereka. Mereka berbagi informasi, memobilisasi dukungan, dan mendorong partisipasi politik di antara kelompok teman sebaya mereka.
Sementara itu, gen Z memiliki karakteristik yang berbeda. Generasi ini ditandai dengan tingkat kecerdasan dan kritisisme yang tinggi.
Terbiasa dengan teknologi dan akses mudah terhadap informasi, mereka mampu secara efektif menyaring dan menilai informasi yang ada. Gen Z cenderung skeptis terhadap retorika politik yang kosong dan mengharapkan kejujuran serta transparansi dari pemimpin politik.
Gen Z lebih condong ke arah pendekatan pragmatis dan realistis dalam politik. Mereka tertarik dengan hasil konkret dan nyata dari tindakan politik. Isu-isu seperti keberagaman, kesetaraan, dan lingkungan hidup menjadi fokus utama bagi gen Z.
ADVERTISEMENT
Mereka juga memiliki keterkaitan digital yang kuat, menggunakan media sosial dan platform digital lainnya untuk menyampaikan aspirasi politik mereka.
Untuk mendapatkan dukungan dari milenial dan gen Z, politisi perlu memahami karakteristik unik mereka. Komunikasi yang transparan, penggunaan media sosial dan platform digital, serta perhatian terhadap isu-isu yang relevan menjadi kunci penting.
Melalui pendekatan yang autentik dan kolaboratif dengan milenial dan gen Z, politisi dapat memperoleh dukungan dan menciptakan perubahan positif dalam dunia politik.

Sefruit Tips Mengelola Medsos Caleg/Peserta Pemilu

Ilustrasi bermain sosial media. Foto: photobyphotoboy/Shutterstock
Caleg atau bahkan partai politik sudah mulai menggunakan media sosial sebagai sarana kampanye, branding maupun marketing politik. Namun, seringkali konten yang dibuat oleh tim media sosialnya tidak cukup menarik, dan bahkan cenderung hanya menjadi Humas yang hanya menyampaikan informasi atau kegiatan saja.
ADVERTISEMENT
Kemudian, secara visual mungkin oke, desain dan editing video sudah cukup baik, namun seringkali tim medsos ini tidak paham mengenai algoritma platform media sosial. Hal ini wajar ketika caleg maupun partai politik hanya membayar seorang desain grafis.
Padahal banyak komponen yang perlu disiapkan dan dipahami ketika melakukan kampanye baik branding maupun marketing politik di Media Sosial, berikut beberapa tips agar media sosial caleg dan partai bisa berkembang dengan baik.

1. Pilih Platform Media Sosial dan Pahami Algoritmanya

Identifikasi platform media sosial yang paling relevan dengan target audiens Anda. sebagai contoh TikTok dan Instagram banyak digunakan gen Z dan milenial, kalau Facebook banyak digunakan bapak-bapak.
Setiap platform memiliki algoritma yang berbeda dalam menampilkan konten kepada pengguna. Pelajari dan pahami cara kerja algoritma tersebut agar Anda dapat mengoptimalkan visibilitas dan jangkauan konten Anda.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, Instagram cenderung menampilkan konten yang memiliki kesamaan preferensi dengan audiens, jika audiens calon pemilih anda suka meme atau hal-hal yang lucu, coba buat konten yang lucu juga.

2. Siapkan Tim Media yang Lengkap

Seringkali, caleg maupun partai politik hanya mengandalkan desain grafis atau video editor. Padahal media sosial bukan hanya soal visual konten yang baik saja. Bentuk tim media yang terdiri dari ahli media sosial, desainer grafis, video editor, penulis konten atau copywriting, dan analis data.
Tim ini akan membantu Anda dalam mengelola dan memproduksi konten yang berkualitas, memantau kinerja, serta merespons interaksi pengguna di media sosial. Atau bisa gunakan bantuan Artificial Intelegence (AI) Chat GPT untuk buat ide konten dan copywriting-nya. Lha, terakhir jangan lupa naikin gaji desainernya kalau kontennya bagus.
ADVERTISEMENT

3. Gunakan Storytelling dalam Membuat Konten

Storytelling ini banyak digunakan untuk kebutuhan marketing, yang menekankan pada membangun sebuah cerita yang memiliki karakter konflik, dan resolusi konflik. Manfaatkan storytelling untuk mengkomunikasikan pesan dan cerita peserta pemilu kepada pemilih.
Ceritakan pengalaman pribadi, perjuangan, dan nilai-nilai politik yang diusung melalui konten yang menarik dan relevan. Hal ini akan membantu caleg membangun ikatan emosional dengan pemilih dan memperkuat hubungan dengan mereka.

4. Gunakan Brand Identity Biar Mudah Dikenali

Tetaplah konsisten dalam menggunakan brand identity caleg di media sosial. Gunakan logo, warna, dan gaya grafis yang konsisten dalam setiap konten yang Anda bagikan. Hal ini akan membantu pemilih mengenali dan menghubungkan konten dengan identitas politik Caleg.

5. Riset dan Targeting Calon Pemilih untuk Kebutuhan Iklan

Lakukan riset menyeluruh tentang calon pemilih yang ingin caleg targetkan. Pahami demografi, minat, dan preferensi politik mereka. Gunakan informasi ini untuk menyusun strategi pengiklanan yang efektif, seperti menentukan target audiens yang tepat, menggunakan kata kunci yang relevan, dan menyesuaikan konten iklan dengan kebutuhan pemilih potensial.
ADVERTISEMENT