Belajar dari New Zealand, Mengedukasi Bidan Kompeten Untuk Praktik di Pedesaan

polkeslutimes
Akun Resmi Poltekkes Kemenkes Bengkulu di Portal Kumparan
Konten dari Pengguna
16 November 2022 7:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari polkeslutimes tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
kumparan.com-Bengkulu - Dalam event meriah yang diadakan Poltekkes Kemenkes Bengkulu hari ini Selasa (15/11) yakni 2nd Bengkulu International Conference on Health tahun 2022 dengan bangga menghadirkan pembicara terbaik dari beberapa negara. Tak heran jika acara ini diikuti oleh banyak orang melalui luring maupun daring.
(foto: penyampaian konferensi dari new zeland)
Seorang profesor Auckland University of Technology, Prof. Andrea Gilkinson, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam seminar kesehatan B-ICON ini. Dalam penampaiannya, beliau membahas Contuinity of Care Models dalam Praktik Kebidanan yang ditujukan pada bidan di pedesaan, dengan contoh Negara Selandia Baru. Beliau juga memfokuskan tantangan bidan saat ini yaitu bagaimana mengedukasi bidan-bidan kompeten untuk praktik di pedesaan.
ADVERTISEMENT
“Selandia Baru merupakan negara yang memiliki banyak desa sama halnya seperti di Indonesia. Disana juga masyarakatnya sulit atau jauh untuk mendapatkan akses di sektor kesehatan.” tutur Andrea. Andrea pun mengungkapkan perlunya mengedukasi bidan untuk ditugaskan di desa-desa serta yang dibutuhkan itu ialah bidan dengan kompeten tinggi.
Menurut Kemenkes RI, Continuity Of Care adalah salah satu model asuhan kebidanan yang memberikan pelayanan berkesinambungan selama hamil, bersalin, dan masa pasca melahirkan baik yang beresiko rendah maupun tinggi dan di semua unit pelayanan baik di PMB maupun Puskesmas atau Rumah Sakit, Continuity Of Care ditujukan untuk menurunkan angka kematian ibu. Dalam hal ini, Andrea menyampaikan mengenai model yang digunakan negara Selandia Baru dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya di pedesaan. Model bidan berkelanjutan ini ditujukan untuk memerhatikan taking care for women.
ADVERTISEMENT
“Dalam Contuinity of Care models, kemungkinan kecil tidak akan mengalami analgesia, tidak perlu menggunakan alat untuk kelahiran, kemungkinan kecil untuk terjadi kematian pada bayi dalam 24 minggu, dan kemungkinan kecil untuk lahir premature, serta kemungkinan besar wanita dapat melakukan persalinan secara normal. Tidak ada yang membedakan orang yang melahirkan normal dan sectio caesaria.“ tutur Andrea. Andrea juga menyampaikan mengenai model yang selama ini digunakan oleh bidan pedesaan di Selandia Baru adalah model MLC. Model ini merupakan pelayanan kebidanan untuk masyarakat Selandia Baru, jika masyarakat disana mempunyai anak mereka akan mendapatkan pelayanan gratis dengan adanya program tersebut. Model ini juga menyediakan pelayanan kehamilan, kelahiran, dan setelah kelahiran.
Andrea sendiri pun tinggal di Selandia Baru tepatnya di pulau bagian Utara dan wilayahnya termasuk ke pedesaan. Andrea sangat memahami dan mengerti mengenai pelayanan kebidanan di Selandia Baru. Untuk itu dengan adanya model ini diharapkan dapat membantu memberi pelayanan kesehatan dibidang kebidanan bagi ibu dan bayi. Andrea menuturkan sebanyak 95% wanita di Selandia Baru memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan. Bagaimana cara wanita-wanita disana mendapatkan pelayanan? Disana mereka dapat mengunjungi website “Find your Midwife”. Website ini dibuat agar pengguna dapat melihat jadwal bidan, janjian dengan bidan, dan juga berkonsultasi melalui telepon atau e-mail.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, bidan-bidan di Selandia Baru memberikan semua sumber daya manusianya dan apa yang dibutuhkan bidan di rumah. Jadi, para ibu yang ingin melahirkan bisa dirumah ataupun di puskesmas bahkan rumah sakit besar. Dalam artian ibu bisa memilih tempat bersalin. Dan juga bidan melakukan visitasi ibu dan bayi selama 4-6 minggu setelah kelahiran. Memastikan semua berjalan dengan baik dari kehamilan sampai kelahiran.
Andrea berharap pelayanan kebidanan di Indonesia khususnya di daerah pedesaan atau tertinggal dapat lebih baik dan memberikan kesempatan bagi bidan kompeten untuk memberikan pelayanan kesehatan. Harapan ini agar desa atau wilayah tertinggal tetap mendapat pelayanan kesehatan yang mumpuni dan tidak perlu jauh-jauh ke kota untuk mendapatkan pelayanan.
ADVERTISEMENT
“Apa yang dibutuhkan bidan untuk ditempatkan di pedesaan? Practice, practice, and practice directly (Praktik, praktik, dan praktik secara langsung) dan juga support logistik sangat dibutuhkan di pedesaan.” tutur Andrea. (bicon/bny)