Ekosistem dan Kehidupan di Bumi Terancam : Mikroplastik Jadi Penyebab Utama

Pooja Febriana
Mahasiswa S1 Universitas Andalas Jurusan Kimia Murni
Konten dari Pengguna
15 April 2024 9:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pooja Febriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sampah plastik yang mencemari lautan dan mengganggu kualitas makhluk hidup serta ekosistem perairan (foto : dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
sampah plastik yang mencemari lautan dan mengganggu kualitas makhluk hidup serta ekosistem perairan (foto : dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah penelitian terbaru memperkirakan sebanyak 385 triliun mikroplastik mengambang di permukaan laut dan triliunan lainnya tersebar di perairan yang lebih dalam. Berdasarkan ukuran dari mikroplastik, dikhawatirkan dapat menyebabkan biota-biota laut menganggap bahwa partikel tersebut adalah makanannya. Meskipun partikel ini tidak mematikan dalam jangka pendek, namun dampak jangka panjang mikroplastik terhadap plankton, mikroba laut serta biota laut lainnya dapat mengganggu sistem utama bumi sebagai pompa karbon biologis dan sebagai salah satu produsen primer dalam menghasilkan oksigen.
ADVERTISEMENT

Penyumbang Oksigen Terbesar : Mikroorganisme di Laut Memegang Peran Penting terhadap Kehidupan di Bumi

Lautan memiliki peran penting terhadap kelangsungan hidup di muka bumi sebagai salah satu penyimpan karbon alami guna mengurangi peningkatan gas CO2 yang terperangkap di atmosfer. Proses penyimpanan gas CO2 oleh plankton di lautan dikenal dengan istilah pompa karbon biologis. Selain menjadi penyimpan karbon alami, lautan juga menjadi penghasil oksigen terbesar untuk kehidupan di muka bumi, hal ini dikarenakan sekitar 80% oksigen yang kita hirup berasal dari aktivitas plankton yang ada di lautan. Proses penyerapan gas CO2 yang dilakukan oleh plankton digunakan sebgai energi dalam melakukan fotosintesis sehingga menghasilkan gas O2. Oleh karena itu plankton harus terkena cahaya matahari yang cukup serta lingkungan perairan yang bersih agar dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik.
ADVERTISEMENT

Lalu Apa Bahaya dari Mikroplastik yang Terdapat di Lautan Terhadap Kehidupan di Muka Bumi?

Berdasarkan sebuah penelitian terbaru dari CSIRO, badan sains nasional Australia dan Universitas Toronto di Kanada, memperkirakan hingga 11 juta ton sampah plastik berada di dasar lautan. Dr Denise Hardesty, Ilmuwan Riset Senior CSIRO, mengatakan ini adalah perkiraan pertama tentang berapa banyak sampah plastik yang berakhir di dasar laut, sampah-sampah tersebut terakumulasi sebelum dipecah menjadi potongan-potongan kecil dan bercampur menjadi sedimen laut.
“Kita tahu bahwa jutaan ton sampah plastik masuk ke lautan kita setiap tahunnya, namun yang tidak kita tahu adalah seberapa banyak sampah ini berakhir di dasar laut kita,” kata Dr Hardesty.
“ Meskipun sebelumnya telah ada perkiraan mengenai mikroplastik di dasar laut, penelitian ini mengamati benda-benda yang lebih besar, mulai dari jaring, gelas, kantong plastik dan segala sesuatu sejenisnya.”
ADVERTISEMENT
Ms Alice Zhu, kandidat PhD dari Universitas Toronto yang memimpin penelitian ini juga mengatakan bahwa sampah plastik yang berakhir di dasar lautan akan 100 kali lebih banyak dibanding sampah plastik yang mengapung di permukaan laut.
“ Permukaan laut merupakan tempat peristirahatan sementara plastik sehingga diharapkan jika kita dapat menghentikan masuknya plastik ke lautan maka jumlahnya akan berkurang. Namun penelitian kami menemukan bahwa plastik akan terus berakhir di laut dalam, yang menjadi tempat peristirahatan permanen atau tenggelamnya sampah plastik di lautan,” kata Ms Zhu.
Jutaan ton sampah plastik yang mengambang di permukaan laut dunia tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme yang ada di laut, akan tetapi sampah plastik ini akan terus dipecah secara bertahap menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dalam ukuran mikro dan nano. Partikel-partikel inilah yang nantinya akan berakhir di laut dalam dan bercampur dengan sedimen yang ada di dasar laut. Meskipun dari segi ukuran partikel-partikel ini tidak terlalu mencolok, akan tetapi partikel yang berakhir di laut dalam ini memiliki dampak yang sangat serius terhadap ekosistem laut dan dapat menimbulkan ancaman serius terhadap keseimbangan iklim di bumi. Menurut seorang peneliti postdoctoral yang mempelajari mikroplastik di laut Amerika Serikat, bahwa partikel plastik terkecil di lautanlah yang kemungkinan dapat menimbulkan ancaman batas planet yang besar terhadap bumi.
ADVERTISEMENT
Ketika kotoran dan tubuh plankton terkontaminasi dengan mikroplastik yang tenggelam di lautan maka akan menyebabkan keterlambatan turunnya tinja plankton ke dasar laut sehingga dapat mengganggu penyimpanan karbon alami di lautan. Selain itu mikroplastik yang dikonsumsi dan dibawa oleh plankton ke laut dalam juga berpotensi memengaruhi sifat-sifat alami organisme dasar laut sehingga membawa kita lebih dekat ke dalam zona bahaya untuk ancaman batas planet.
Hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang pasti mengenai bagaimana cara mengatasi mikroplastik yang sudah ada di laut dalam, akan tetapi kita dapat meningkatkan kesadaran dan melakukan langkah-langkah pasti untuk menjaga lingkungan dan mencegah peningkatan volume sampah yang dibuang ke laut, dimulai dari diri sendiri dan mengedukasi orang-orang terdekat. Melakukan aksi-aksi kecil secara berkesinambungan demi menjaga kelestarian lingkungan akan lebih baik dibandingkan melakukan aksi besar sekaligus namun tidak dalam tindakan yang konsisten. Mengingat banyak risiko dan hal yang tidak diketahui akan terjadi di masa depan, maka tidak ada waktu untuk terus menunggu selain melakukan aksi yang dimulai dari diri sendiri. Dari kita, untuk bumi, untuk nanti.
ADVERTISEMENT