Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
5 Tren Mode Teraneh dalam Sejarah
9 Januari 2021 17:11 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tren aneh dalam mode sepertinya selalu hadir pada setiap zaman. Dari gaun kertas hingga ornamen berbahan kulit buaya, banyak tren mode membuat orang bertanya-tanya, 'Apa yang mereka pikirkan'? Dari memamerkan status seseorang hingga menyembunyikan penyakit hanyalah beberapa alasan untuk beberapa tren aneh pernah ada dalam sejarah. Berikut 5 tren mode paling aneh dalam sejarah versi Potongan Nostalgia.
ADVERTISEMENT
Bombast
Jika Anda pernah melihat seseorang dalam lukisan era Ratu Elizabeth, Anda mungkin pernah melihat orang dalam lukisat tersebut mengenakan baju lengan yang bengkak. Model baju dengan lengan bengkak ini adalah hasil dari isian, atau bombast. Dan bukan hanya lengan baju yang diisi. Perut, bahu, dan paha juga akan diisi. Para pria saat itu juga dikenal mengepalai betisnya. Bombast dibuat dari berbagai bahan, termasuk katun, wol, bulu kuda, dan dedak. Isian yang digunakan tidak ringan dan lembut seperti bantalan bahu besar era 1980-an. Sebaliknya, isian tersebut membuat cukup tidak nyaman. Tren mode aneh ini muncul pada pertengahan abad ke-17.
Chopines
Anda menganggap sepatu dengan heels setinggi 3 inci itu tinggi? Maka Anda belum tahu tentang chopine pada abad ke-16. Chopine adalah sepatu platform bersol tinggi yang tingginya bisa mencapai 20 inci. Chopine, meskipun alas kaki tidak praktis, memiliki tujuan praktis untuk melindungi kaki pemakainya dari lumpur dan kotoran di sepanjang jalan.
ADVERTISEMENT
Chopine sering dipakai oleh wanita Spanyol dan Italia untuk menunjukkan kekayaan dan derajat sosial. Semakin tinggi sepatunya, semakin tinggi statusnya. Wanita membutuhkan gaun yang lebih panjang untuk menyeimbangkan proporsi, dan tentunya membutuhkan gaun yang lebih mahal.
Sepatu tinggi ini mungkin berasal dari Yunani Kuno dan Roma. Ada gambar awal dalam mitologi Yunani tentang Aphrodite yang mengenakan sepatu yang mirip dengan Chopine. Setelah Romawi menginvasi Spanyol, mereka mendirikan industri pembuatan sepatu gabus. Seperti banyak mode lainnya, chopine tidak bertahan lama. Abad ke-17 menjadi awal mula sepatu hak tinggi, sehingga mengakhiri tren sepatu aneh tersebut.
Crinolines
Crinoline adalah tren fesyen populer yang dimulai pada akhir 1840-an. Crinoline merupakan jenis rok yang terbuat dari bulu kuda. Crinoline awalnya digunakan untuk menopang dan memberi bentuk pada gaun wanita. Untuk mendapatkan tampilan rok yang besar, crinoline dikenakan dengan enam petticoat kanji. Pemakaian crinoline sebenarnya terhitung berat dan tidak nyaman bagi pemakainya.
ADVERTISEMENT
Crinoline mengalami perubahan bentuk yang berbeda selama masa popularitasnya. Pada 1860-an, mode ini berubah menjadi bentuk yang menyerupai kubah. Sekitar tahun 1865, bagian depan menjadi hampir datar. Pada tahun 1878, crinoline tidak lagi populer.
Codpieces
Pada tahun 1500-an, tren mode pada pria mengalami perubahan. Pria mengenakan pakaian ganda, yang dikenakan di bagian atas tubuh. Selang, yang terbuat dari dua legging terpisah, dipasang ke doublet. Kemudian jubah dikenakan di atas pakaian itu. Saat doublet dan jubah diperpendek, 'area pribadi' seorang pria terkadang terbuka secara tidak sengaja. Untuk mencegah pemaparan ini, maka dibentuklah codpiece.
Awalnya bentuk codpiece tidak lebih dari kain yang berbentuk segitiga. Selama maskulinitas dan kesatria sangat dihargai, model dari mode aneh tersebut berubah menjadi bentuk yang lebih panjang dan lebih banyak hiasan. Seiring perkembangan tren, codpieces dibuat dari bahan beludru sutra. Bahkan bisa memiliki permata atau sulaman di atasnya. Selama akhir abad ke-16, codpiece mulai memudar. Tren baru dengan pria menjejali pakaian mereka di area perut muncul, sehingga mengakhiri tren codpiece.
ADVERTISEMENT
Macaroni
Jika Anda mendengar lagu Yankee Doodle, Anda akan bingung dengan potongan lirik: “menancapkan bulu di topinya dan menyebutnya makaroni”. Lagi pula, siapa yang tidak bisa membedakan antara bulu dan sepotong pasta? Namun, pada lagu ini macaroni bukanlah sepotong pasta. Sebaliknya, macaroni adalah tren mode. Pada 1760-an, bangsawan muda Inggris kembali dari perjalanan melintasi Benua Eropa, yang dikenal sebagai Grand Tour.
Ini adalah perjalanan biasa yang dimaksudkan untuk memperdalam pengetahuan dan budaya. Para bangsawan muda ini juga kembali dengan selera mode baru yang dikenal sebagai macaroni. Tren macaroni dipandang sebagai jenis pakaian (maaf) 'banci'.
Macaroni menggabungkan warna-warna yang mencolok, sedangkan pakaian tradisional pada saat itu cenderung memakai warna yang lebih gelap. Sepatu mencolok, celana ketat, dan mantel pendek juga menjadi bagian dari tren ini. Ciri khas dari tren ini, bagaimanapun, adalah penggunaan wig berlebihan yang terbilang tinggi. Ketika tren dimulai, tren tersebut terbatas hanya untuk kelas atas. Pada 1772, trend mode ini telah menyebar ke semua tingkat kelas sosial. Saat tren menyebar, feminitas gaya diperkuat. Istilah macaroni berubah dari orang Inggris yang canggih menjadi "orang yang melampaui batas mode biasa". Penghinaan publik dan ejekan terhadap macaronis yang terus berlangsung menyebabkan berakhirnya tren fesyen.
ADVERTISEMENT
**
Referensi: