Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Aesop’s Fables, Buku Dongeng dengan Ribuan Pesan Moral
15 Juli 2018 14:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aesop’s Fables merupakan buku yang paling banyak dibaca di dunia, selain Alkitab. Dongeng-dongeng karya Aesop, yang dibuat kurang lebih antara tahun 600-560 SM, mengandung banyak pesan moral bagi para pembacanya. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibaca hampir di seluruh dunia oleh seluruh kalangan, baik anak-anak hingga dewasa.
ADVERTISEMENT
Banyak cendekiawan percaya bahwa sosok Aesop adalah tokoh mitos yang dibuat oleh pengarang tertentu karena beberapa dongeng fabel yang dianggap sebagai karyanya, sebenarnya adalah karya yang dibuat jauh setelah Aesop wafat. Namun sebagian sejarawan sangat yakin bahwa Aesop merupakan seorang budak yang lahir di Yunani sekitar tahun 620 SM.
Menurut sejumlah kisah, Aesop sangat ahli dalam menceritakan kisah fabel yang dibuatnya, sehingga orang-orang sangat menyukainya. Hingga akhirnya ia dapat terbebas dari statusnya sebagai budak berkat kemampuannya itu. Setelah menjadi seorang yang merdeka, Aesop berpergian ke berbagai negeri untuk mengajarkan budi pekerti melalui dongeng fabelnya.
Sosok Aesop mulai dikenal di kalangan kerajaan, ia pun mendapat tugas dari Raja Crpesus dari Lydia sebagai penghubung masyarakat. Sang raja meminta Aesop menjaga perdamaian di antara kota-kota otonom di wilayah Yunani. Aesop lalu menggunakan dongeng karyanya untuk mengajarkan kepada seluruh rakyat mengenai arti sebuah kebaikan.
ADVERTISEMENT
Dikisahkan bahwa ketika menjalankan tugas ke Delphi, Aesop membeli sebongkah emas untuk dibagi-bagikan kepada rakyatnya. Namun ternyata niat baiknya itu disambut dengan keburukan dari masyarakatnya yang menjadi tamak setelah melihat emas tersebut.
Aesop pun memutuskan untuk memberikan emas itu kepada raja agar masyarakat tidak berbuat lebih jauh. Namun ternyata tindakan Aesop itu membuat masyarakat tidak senang, dan memutuskan untuk membunuh Aesop dengan cara mendorongnya dari sebuah tebing. Wilayah Delphi kemudian mengalami banyak bencana yang dianggap sebagai pembalasan atas kematian Aesop.
Fabel-fabel karya Aesop diceritakan secara lisan selama berabad-abad kepada seluruh masyarakat. Kumpulan karyanya dalam bentuk tulisan baru dibuat sekitar tahun 300 SM oleh seorang filsuf Yunani. Kemudian karya-karya itu diterjemahkan ke dalam bahasa latin, lalu diajarkan kepada cendekiawan-cendekiawan Romawi.
ADVERTISEMENT
Karya Aesop sempat dilupakan selama ratusan tahun sebelum akhirnya seorang petapa di Kekaisaran Byzantium pada abad ke-14 M, menyusunnya kembali menjadi sebuah koleksi perpustakaan di sana. Setelah Konstantinopel jatuh, fabel-fabel itu diperkenalkan di wilayah Italia, dan mulai tersebar ke beberpaa daerah.
Tahun 1610, seorang cendekiawan Swiss, Isac Nicholas Nevelet mencetak Aesop’s Fables menjadi sebuah buku. Cetakan buku itu menjadi salah satu karya yang paling banyak penyebarannya di dunia.
Salah satu kisah dalam Aesop’s Fables adalah The Hare and the Tortoise, yang menggambarkan mengenai kompetisi adu cepat antara kelinci dan kura-kura. Kelinci yang sangat yakin dengan kemampuan berlarinya, memutuskan berhenti untuk tidur.
Setelah terbangun, kelinci itu melihat bahwa kura-kura yang sebelumnya tertinggal jauh telah sampai di garis akhir. Banyak pesan moral yang dapat diambil dalam kisah tersebut, seperti tidak boleh meremehkan seseorang walau kita merasa memiliki kemampuan lebih.
ADVERTISEMENT
Pesan moral yang tertuang dalam Aesop’s Fables telah menjadi pelajaran yang baik dalam mendidik anak-anak. Pesan yang diajarkannya bersifat universal, dalam artian seluruh masyarakat di seluruh dunia setuju dengan pesan moral dalam karya Aesop itu.
Sumber : Raftery, Miriam. 2008. 100 Buku yang Berpengaruh di dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto : commons.wikimedia.org