Akhir Kekuasaan Alexander The Great

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
20 April 2018 11:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil menguasai sepenuhnya sisi barat sungai Indus, dan sebagian wilayah Gangga, Alexander dan pasukan Macedonia bergerak menuju timur untuk berhadapan dengan dua kerajaan besar, yaitu kerajaan Nanda di Magadha, dan kerajaan Ganderites di Bengali.
ADVERTISEMENT
Sebagian pasukan Macedonia menolak ambisi Alexander untuk pergi lebih jauh lagi ke wilayah timur India. Mereka sudah lelah karena harus terus berperang selama bertahun-tahun tanpa henti demi kepentingan ekspansi mereka.
Dikisahkan pasukan Genderites telah menunggu kedatangan pasukan Macedonia dengan pasukan yang sangat besar, terdiri dari 80.000 pasukan kavaleri, 200.000 pasukan infanteri, 8000 kereta perang, dan 6000 pasukan gajah.
Melihat jumlah pasukan itu tidak membuat Alexander ketakutan dan mengurungkan niatnya tersebut. Ia tetap bersikeras melancarkan serangan karena percaya strategi yang dibuatnya akan berhasil mengalahkan pasukan Genderites.
Keadaan pasukan Macedonia semakin tidak kauran, banyak pihak yang merencanakan pemberontakan. Sampai pada akhirnya salah seorang jenderal pasukan Macedonia yang sangat dipercaya Alexander memberanikan diri mengungkapkan pendapatnya. Ia berusaha membujuk Alexander agar mengurungkan niatnya dan kembali ke wilayah Macedonia.
ADVERTISEMENT
Setelah mendapat pengertian, Alexander akhirnya memutuskan untuk kembali ke Macedonia dengan melalui rute selatan menyusuri sungai Indus, yang belum sempat diekspansi. Selama perjalanan, pasukan Macedonia berhasil menaklukan beberapa suku kecil yang tinggal di sekitar sungai Indus.
Sekembalinya ke wilayah Persia, Alexander mendapati penguasa-penguasa yang sebelumnya diperintahkan memimpin wilayah taklukannya, mulai berbuat semaunya keluar dari kebijakan yang diperintahkan. Ia pun mengetahui ada pemberontakan kecil di kubu pasukan Macedonia yang tidak senang dengan kebijakan Alexander.
Dengan cepat, Alexander memerintahkan pasukan setianya memberantas pemberontakan tersebut. Munculnya permasalah internal di kubu Macedonia membuat Alexander mengubah kebijakannya atas Persia. Ia mulai menerapkan standar kerajaan Macedonia di wilayah Persia, terutama di bidang kemiliteran, namun tetap tidak merubah kebudayaan bangsa Persia.
ADVERTISEMENT
Alexander kemudian mengarahkan pasukannya ke wilayah Babilonia untuk melanjutkan ekspansinya ke wilayah Jazirah Arab. Namun rencananya itu terpaksa dibatalkan lantara Alexander meninggal secara mendadak di istana Nebukadnezar pada 11 Juni 323 SM. Banyak pendapat yang mengatakan Alexander meninggal karena diracun oleh salah seorang pengikutnya. Hal itu didasarkan atas bukti yang mengatakan bahwa beberapa hari sebelum kematiannya, Alexander menderita demam tinggi yang semakin para dari hari ke hari, bahkan diketahui ia sempai tidak dapat berbicara dan hanya melambaikan tangannya saja jika menginginkan sesuatu.
Pasca kematiannya, jenazah Alexander lantas disimpan di sebuah sarkofagus yang berbentuk tubuhnya sendiri. Sarkofagus itu kemudian diisi dengan madu, dan dimasukkan ke dalam sebuah peti emas.
Dikisahkan, Alexander menulis sebuah surat wasiat kepada salah seorang sahabatnya, Krateros, yang berisi instruksi tertulis mengenai beberagai hal. Beberapa instruksinya, yaitu membangun makam monumental bagi raja Fillipus II yang setara dengan kemegahan piramida Mesir, melakukan misi ekspansi perluasan wilayah ke Jazirah Arab dan seluruh kawasan Mediterania, dan mendirikan kota-kota baru lalu menempatkan sebagian warga Asia ke Eropa, dan sebaliknya, sebagai bagian dari misi menjalin persahabatan dan persatuan bagi kedua masyarakat yang terpisah secara jarak.
ADVERTISEMENT
Namun, instruksi terakhir Alexander itu harus terpaksa ditolak oleh Krateros karena dianggap terlalu berat dan akan memakan banyak sumber daya. Alexander sebelum meninggal tidak menunjuk siapapun untuk menggantikan dirinya, sehingga mulai muncul konflik kekuasaan di wilayah Macedonia.
Sampai akhirnya, kekuasaan Alexander yang sangat luas harus terbagi menjadi empat bagian. Keempat wilayah pecahan bekas kerajaan Macedonia, yaitu Kerajaan Pergamon di Asia Minor, Kerajaan Macedonia di Yunani, Kerajaan Seleukia di Persia, dan Kerajaan Ptolemanik di Mesir.
Sumber : Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta : Brilliant Book
Foto : historicmysteries.com