Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Al Mutanabbi, Penyair Terkenal Arab yang Mengaku Nabi dan Ingin Jadi Pejabat
2 Desember 2020 15:56 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Abu al Tayib Ahmad ibn Hussayn, atau dikenal sebagai Al Mutanabbi (915 - 965) adalah penyair Arab dari Kufah, Iraq yang paling berpengaruh dan terkemuka. Syair dan pepatahnya tersebar luas di seluruh dunia Arab. Sebagian besar karyanya dianggap telah mencapai puncak yang tak tertandingi dalam kesusastraan Arab sebelum atau sesudahnya.
ADVERTISEMENT
Dia menunjukkan bakat membuat syair di usia muda yang membuatnya mendapatkan pendidikan dengan cuma-cuma. Pada masa kecilnya, timbul orang-orang Qarmati, sebuah aliran yang menggabungkan Zoroastrianisme dan Islam, mulai menjarah Timur Tengah. Di masa remajanya, penyair muda Al Mutanabbi bergabung dengan mereka.
Mengaku sebagai 'nabi', pada usia 17 tahun ia memimpin pemberontakan Qarmatian di Suriah. Pemberontakan itu berhasil ditekan dan pemimpin remajanya ditangkap dan dipenjarakan sampai dia mundur dua tahun kemudian. Klaim sebagai Nabi yang dulu pernah ia lakukan, memberinya julukan yang mengejek, yaitu Al Mutanabbi, atau "calon nabi", yang dengan namanya itu dia dikenal dalam sejarah.
Setelah dibebaskan pada tahun 935 M, ia menjadi penyair pengembara, berkeliling istana di wilayah tersebut dan membuat puisi untuk memuji penguasa mereka dengan imbalan perlindungan. Dalam sejarahnya, puisi yang memuji penguasa dengan imbalan patronase memiliki kisah panjang di berbagai budaya. Dari Sumeria kuno sampai Yunani kuno dan Persia, dan di antara Anglo Saxon, Arab, Viking dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Al Mutanabbi sering kali mendapat hadiah berupa uang tunai, tetapi harapan terbesarnya adalah dilantik sebagai gubernur. Dia terkesan sebagai penyair yang tak tertandingi. Namun, ia tak terlalu cemerlang sebagai calon gubernur karena kepribadiannya sering kali tidak disukai. Sifat-sifat seperti itu membuat para pendukungnya berhenti dan ambisinya untuk memerintah tidak pernah terpenuhi.
Pegawai pemerintahan banyak menggunakan intrik dan kecemburuan dengan al-Mutanabbī sehingga ia meninggalkan Suriah pada tahun 957 menuju Mesir. Namun karena berkonflik dengan pejabat di sana akhirnya ia melarikan diri dari Mesir sekitar tahun 960.
Ia melakukan perjalanan lebih jauh dan sempat singgah di Kufah, Iraq dan melawan orang-orang Qarmatian. Kemudian al-Mutanabbī tinggal di Shīrāz, Iran, di bawah perlindungan emir ʿAḍūd al-Dawlah dari dinasti Būyid sampai 965. Ketika ia kembali ke Irak ia terbunuh oleh musuh di dekat Baghdad.
ADVERTISEMENT
Sumber artikel: historycollection.com, britannica.com