Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Al “Scarface” Capone, Generasi Baru yang Mengagumkan
18 Maret 2018 21:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Alfonse Capone adalah salah satu mafia Italia yang lahir di Amerika ketika orang tuanya datang bersama para imigran dari Italia di tahun 1890. Ketika berada di Amerika, Al Capone dan keluarganya tinggal di Brooklyn, dekat dengan galangan kapal Angkatan Laut. Al Capone behenti bersekolah di usianya yang masih 14 tahun, setelah memukul seorang guru yang memukulnya. Keputusannya untuk berhenti sekolah membuat Al Capone mengambil langkah pertamanya memasuki kehidupan di “dunia bawah”, yang kelak akan melambungkan namanya.
ADVERTISEMENT
Keluarga Capone kemudian pindah dari Brooklyn ke sebuah tempat, yang ternyata tidak jauh dari markas besar mafia Italia, Johnny Torrio. Di sinilah pertemuan pertama Torrio dan Al Capone terjadi. Johnny Torrio sendiri adalah seorang mafia yang berhasil mengubah organisasi yang menganut tradisi lama dari Sisilia, menjadi organisasi terstruktur yang mirip dengan sebuah perusahaan. Oleh karenanya, Torrio dianggap sebagai mafia modern pertama di Amerika. Al Capone mulai melakukan tugas-tugas ringan yang diberikan oleh Torrio. Karena kegigihan Al Capone dalam setiap tugasnya, Torrio kemudin memberinya tanggung jawab yang semakin lama semakin besar.
Al Capone banyak terlibat dengan gangster-gangster remaja di wilayah tempat tinggalnya. Mereka biasanya terbagi-bagi berdasarkan etnis dan daerah kekuasaannya. Al Capone mencoba menyatukan mereka menjadi satu gangster besar di wilayah itu, namun usahanya selalu gagal karena ia tidak memiliki pengaruh yang besar seperti Johnny Torrio. Sepanjang masa mudanya, Al Capone menjadi anggota dari banyak gangster remaja, seperti South Brooklyn Rippers, Forty Thieves Juniors, dan Five Point Juniors. Setelah dianggap cukup, Al Capone mulai meninggalkan Johnny Torrio untuk mempelajari “pengetahuan kemafiaan” pada mentor lain. Walaupun demikian, hubungan antara Al Capone dengan Torrio tetap terjalin dengan baik.
ADVERTISEMENT
Al Capone kemudian bertemu dengan Frankie Yale, yang akhirnya menjadi mentornya dalam kehidupan kejahatan. Yale memiliki sebuah bar bernama Harvard Inn, dan Al Capone, yang masih berusia 18 tahun, dipekerjakan di sana sebagai bartender dan tukang pukul. Di tempat inilah Al Capone menghadapi sebuah masalah yang mengubah hidupnya. Ia melontarkan sebuah komentar pada seorang wanita pelanggan bar, “Pantatmu bagus”. Kata-kata Al Capone ini memicu kemarahan dari saudara wanita itu, yang kemudian mencoba menggorok leher tukang pukul tersebut. Serangan itu luput, namun menggores pipi Al Capone sehingga meninggalkan luka permanen di wajahnya.
Keributan yang dibuat Al Capone berhasil memicu perselisihan di antara para mafia Italia di wilayah itu. Hingga akhirnya, Lucky Luciano, seorang pemimpin mafia besar, turun tangan untuk menengahi masalah tersebut. Al Capone dipaksa meminta maaf atas perkataannya itu, sedangkan pria yang menyebabkan tiga luka di wajah Al Capone tidak merasa menyesal atas perbuatannya. Kejadian itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi Al Capone dari Frankie Yale.
ADVERTISEMENT
Al Capone memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk menjadi seorang mafia besar, karena ia belajar dari dua mentor yang hebat. Al Capone belajar mengenai keterampilan berbisnis dari Johnny Torrio, sedangkan Frankie Yale mendidiknya dalam kebrutalan menjadi seorang mafia.
Sumber : Mannion, James. 2004. The Everything Mafia Book. Batam : Karisma Publishing Group.
Foto : denofgeek.com