Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Alexander Fleming dan Penemuan Obat 'Mukjizat' Penicillin
13 Maret 2018 13:10 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Alexander Fleming dilahirkan di Lochfield, Skotlandia, pada 1881. Setelah lulus dari sekolah kedokteran St. Mary’s Hospital di London, Alexander Fleming memfokuskan dirinya pada riset kekebalan tubuh. Ketika terjadi Perang Dunia I, ia ditunjuk sebagai dokter militer. Di medan pertempuran itulah Alexander Fleming mempelajari jenis-jenis infeksi pada luka yang diderita para tentara. Dari hasil risetnya, ia membuat kesimpulan bahwa banyak antiseptik yang justru merusak sel tubuh manusia ketimbang merusak mikroba yang menyerangnya. Alexander Fleming menyadari bahwa sebenarnya yang diperlukan untuk mematikan bakteri adalah bahan yang aman bagi sel tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
Setelah perang berakhir, Alexander Fleming kembali ke St. Mary’s Hospital. Pada 1922, ia melakukan riset dari hasil pengamatannya selama manjadi dokter militer, dan menemukan sebuah zat yang disebut lysozome. Zat itu sebenarnya diproduksi juga oleh tubuh manusia secara alami sebagai pembentuk zat lender tubuh dan air mata, sehingga tidak berbahaya bagi sel tubuh manusia. Lysozome menghancurkan sejumlah mikroba tertentu, tetapi tidak berbahaya bagi keselamatan manusia. Karena itu penemuannya ini dianggap tidak terlalu penting.
Pada 1928, Alexander Fleming melakukan percobaan lainnya, dan berhasil membuah sebuah penemuan besar. Salah satu kultur laborat miliknya yang mengandung bakteri staphylococcus terekspos ke udara dan terkontaminasi jamur. Ia memperhatikan, salah satu bagian kultur yang mengitari jamur tersebut, bakterinya mati. Kemudian ia membuat kesimpulan bahwa jamur Penicillium notatum menghasilkan sejenis zat beracun bagi bakteri stafilococcus. Untuk membuktikan kesimpulannya, Alexander Fleming mencoba jamur itu pada jenis bakteri lainnya. Hasilnya, banyak bakteri yang mati akibat zat yang dihasilkan jamur Penicillium notatum. Zat itu kemudian diberi nama penicillin sesuai dengan nama jamur penghasil zat tersebut. Zat penicillin ini tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan.
ADVERTISEMENT
Pada 1929, Alexander Fleming mempublikasikan hasil temuannya itu, tetapi tidak banyak menarik perhatian kalangan ilmuwan. Ia menyarankan penggunaan zat penicillin untuk kebutuhan medis, namun ia sendiri gagal mengembangkan teknik untuk memurnikan pencillin yang dapat langsung dipakai untuk manusia. Barulah pada 1930, dua orang peneliti kesehatan Inggri, Howard Walter Florey dan Ernst Boris Chain, membaca hasil penelitian Alexander Fleming. Mereka kemudian melakukan percobaan ulang pada zat penicillin, dan berhasil memurnikan zat tersebut agar siap digunakan. Pada 1941, mereka menguji penicillin ciptaannya pada manusia yang terpapar sejenis bakteri. Hasilnya, mereka berhasil menunjukkan bahwa obat baru ini memiliki potensi yang luar biasa.
Dengan bantuan pemerintah Inggris dan Amerika, perusahaan-perusahaan farmasi dunia dengan cepat mengembangkan metode untuk memproduksi penicillin secara massal. Alwalnya penicillin hanya digunakan untuk perluan pengobatan korban perang saja. Namun pada 1944, obat penicillin digunakan untuk pengobatan warga sipil di Inggris dan Amerika. Ketika perang berakhir pada 1945, penggunaan penicillin telah menyebar ke seluruh dunia. Penemuan penicillin tersebut menjadi awal penemuan antibiotik-antibiotik lainnya, yang dikemudian hari digunakan sesuai dengan kebutuhannya. Para ahli bahkan menyebut penemuan penicillin itu sebagai “mukjizat” di dunia farmasi.
ADVERTISEMENT
Sumber : Hart, Michael H. 2015. 100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia. Jakarta : Noura.