Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Anglingdarma, Tradisi Lisan Masyarakat Jawa Timur
17 Maret 2018 19:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anglingdarma diakui sebagai cerita rakyat milik masyarakat Desa Wotannagare, Kec. Kalitidu, Kab. Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Anglingdarma mengisahkan tentang seorang raja di kerajaan Malawarti, bernama Prabu Anglingdarma. Ia adalah cucu, sekaligus titisan dari raja Kediri, Prabu Jayabaya.
ADVERTISEMENT
Dikisahkan, Prabu Anglingdarma diberi sebuah ajian untuk bisa mengetahui bahasa binatang, disebut Aji Ginem. Kekuatan tersebut diberikan kepada Anglingdarma, karena ia telah berjasa menyelamatkan gurunya, Baginda Nagaraja. Prabu Anglingdarma harus kehilangan istrinya, Dewi Satyawati, ketika memiliki kekuatan tersebut. Hal itu terjadi lantaran istrinya meminta Aji Ginem dari Anglingdarma, tetapi ia tidak dapat memenuhi keingannya itu karena Aji Ginem adalah warisan dari gurunya, dan juga Anglingdarma takut istrinya akan menggunakan kekuatan itu untuk hal-hal yang tidak baik.
Sepeninggalan Dewi Satyawati, kehidupan Anglingdarma berubah drastis. Ia menjadi tidak bergairah dalam melakukan hal apapun, termasuk memerintah kerajaan Malawarti yang telah dibangunnya. Prabu Anglingdarma pernah berjanji untuk selalu setia kepada Dewi Satyawati, walaupun istrinya itu telah meninggal. Suatu ketika, Anglingdarma bertemu dengan seorang putri yang sangat mirip dengan Dewi Satyawati. Ia sangat tertarik dengan putri itu dan menginginkan untuk menjadikannya istri sang prabu.
ADVERTISEMENT
Akibat dari perbuatannya tersebut, Prabu Anglingdarma dikutuk oleh Dewi Satyawati, karena dianggap telah mengingkari janji setianya. Kutukan itu membuat Anglingdarma tidak dapat menemukan jalan pulang Ia melihat kerajaan Malawarti layaknya sebuah hutan belantara, dan akhirnya tersesat di dalam hutan tersebut. Prabu Anglingdarma berada dalam kebingungan untuk waktu yang sangat lama, hingga akhirnya ia bertemu dengan tiga orang putri dari Prabu Merusupadma, musuh Anglingdarma, bernama Dewi Widata, Widati, dan Widyaningsih.
Awalnya ketiga putri Merusupadma memusuhi Prabu Anglingdarma karena dianggap sebagai musuh ayahnya. Namun akhirnya mereka menyerah, dan memilih untuk menjadi istri Anglingdarma. Pada satu waktu, Anglingdarma memergoki ketiga istrinya sedang memakan bangkai. Ketiga istrinya merasa malu, dan kemudian menyihir Anglingdarma menjadi seekor burung meriwis putih. Kemudian Anglingdarma yang telah berubah menjadi burung, berhasil terbang meninggalkan hutan belantara tersebut hingga ke kerajaan Bojonegara. Karena kesaktiannya, Anglingdarma dapat kembali menjadi manusia. Kemudian ia melanjutkan pengembaraannya dan kembali ke kerajaan Malawapati hingga ajal menjemputnya.
ADVERTISEMENT
Sumber : warisanbudaya.kemendikbud.go.id
Foto : komik-antik.blogspot.com