Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Awal Mula Kemunculan dan Pengamatan terhadap Disleksia
20 Juli 2020 21:00 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Disleksia sering dikenal sebagai gangguan belajar yang melibatkan kesulitan membaca karena masalah mengidentifikasi suara ucapan dan mempelajari bagaimana mereka berhubungan dengan huruf dan kata-kata (decoding). Juga disebut ketidakmampuan membaca, disleksia mempengaruhi area otak yang memproses bahasa. Disleksia bukan merupakan penyakit, namun Individu dengan disleksia mengalami kesulitan membaca dan mengeja meskipun mereka memiliki kemampuan untuk belajar.
ADVERTISEMENT
Istilah disleksia pada awalnya dicetuskan oleh Rudolf Berlin. Ia merupakan seorang dokter spesialis mata dan profesor Jerman di Stuttgart. Semasa menjalankan praktik, ia sempat mengamati kesulitan yang dihadapi oleh beberapa pasien dewasa dalam membaca kata yang dicetak. Setelah melakukan pemeriksaan pun ia juga tidak menemukan masalah pada penglihatan mereka. Oleh sebab itu, ia berspekulasi bahwa kesulitan yang diderita pasiennya tersebut harus disebabkan oleh beberapa perubahan fisik di otak. Istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan kondisi yang berarti kesulitan dengan kata-kata ‘difficulty with words’ justru akhirnya menjadi lebih terkenal daripada dirinya.
Berlin menciptakan istilah 'disleksia' untuk membawa diagnosis sejalan dengan literatur medis internasional kontemporer, yang di tempat lain menggambarkan kondisi yang sama dari alexia dan paralexia. Sosok Berlin juga dipengaruhi oleh tulisan-tulisan orang Jerman lain, seperti Adolph Kussmaul, seorang Profesor Kedokteran di Strassburg yang saat ini diingat terutama tentang ketoasidosis diabetikum. Pada tahun 1877, Kussmaul pertama kali mengidentifikasi jenis kesulitan yang digambarkan oleh Berlin dan memberikan penyebutan sebagai Wortblindheit (word-blindness) atau kebutaan kata-kata.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang Inggris sedang mengerjakan topik tersebut, termasuk Hinshelwood, James Kerr, seorang petugas medis dewan, dan William Pringle Morgan, seorang dokter umum. Apa yang menjadi fokus ketiganya bukan hanya pada kebutaan kata sebagai gejala yang terisolasi, seperti yang diungkapkan oleh Kussmaul, namun juga memperluas catatan tentang kondisi tersebut untuk memasukkan anak-anak juga dapat mengalami hal tersebut. Hal itu melemahkan penjelasan tentang dari cedera otak atau penyakit yang menjadi penyebab disleksia, yang sampai saat ini lebih dipilih. Selain itu juga membuat perbedaan antara kebutaan kata bawaan sejak lahir dengan yang terjadi secara tiba-tiba saat dewasa.
Laporan dari Pringle Morgan dan Hinshelwood tentang anak-anak dengan kebutaan kata menjadi kunci untuk memahami riwayat disleksia selanjutnya. Pringle Morgan mungkin lebih terkenal sebab ia menggambarkan dengan menggunakan nama pasiennya:
ADVERTISEMENT
Deskripsi Pringle Morgan tentang Percy hampir identik dengan apa yang dideskripsikan oleh Hinshelwood terhadap seorang anak yang dalam makalah pertamanya tentang kebutaan kata bawaan.
Berdasarkan Peggy Anderson dan Regine Meier-Hedde (2001) dapat dikatakan bahwa dalam salah satu dari sedikit catatan akademis periode dalam sejarah medis, Apa yang telah diamati oleh mereka menjadi sangat signifikan karena beberapa alasan. Pertama, dokter Inggris menuliskannya dengan jelas dan organisasi sampai saat ini belum diamati dalam literatur. Kedua, mereka mengalihkan perhatian pada penderita anak-anak, dan ketiga, dokter-dokter ini menulis banyak laporan kasus tentang kebutaan kata yang mengakibatkan akumulasi informasi tentang teka-teki ini. Selain itu, juga dapat ditambahkan peran Pringle Morgan dan Hinshelwood dalam mengasosiasikan disleksia dengan kecerdasan tinggi.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Brief History Dyslexia. Diambli kembali dari laman University of Oxford
Laman Australian Dyslexia Association
Laman Mayo Clinic
Live Update
Gedung Glodok Plaza yang terletak di Jalan Mangga Besar II Glodok Plaza, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terbakar, pada Rabu (15/1) malam. Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 21.30 WIB. Api diduga bersumber dari lantai 7.
Updated 16 Januari 2025, 0:59 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini