Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Baayun Mulud, Tradisi Pendewasaan Masyarakat Suku Banjar
1 April 2018 16:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masyarakat Suku Banjar yang tinggal di daerah Kalimantan Selatan dikenal sebagai masyarakat yang religius. Namun walaupun mereka memegang teguh ajaran Islam, masyarakat Banjar masih sangat kental dengan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka, terutama pada masyarakat yang hidup di pedalaman.
ADVERTISEMENT
Sebelum masuknya agama Islam, masyarakat Banjar menganut kepercayaan Kaharingan, dengan pola hidup yang berdasarkan keyakinan kepada ajaran secara turun temurun. Setelah Islam berkembang di Kalimantan Selatan, terjadi akulturasi di antara kepercayaan lokal dengan ajaran Islam. Bentuk nyata dari akulturasi tersebut adalah adanya upacara Baayun Mulud atau Baayun Anak.
Upacara Baayun Mulud adalah sebuah upacara yang ditunjukan bagi anak-anak menjelang dewasa, tepatnya ketika anak tersebut berusia 0-5 tahun. Baayun Mulud terdiri dari dua kata, yaitu Baayun yang berarti melakukan aktivitas mengayun bayi, seperti yang dilakukan ketika akan menidurkan bayi. Sedangkan kata Mulud berasal dari ungkapan untuk menerangkan peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian Baayun Mulud berarti sebuah kegiatan mengayun anak sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Sebelum melakukan upacara tersebut, terdapat perlengkapan yang wajib disiapkan, di antaranya ayunan yang dibuat dari kain 3 kain berbeda, yaitu kain sarigading pada lapisan pertama, kain kuning pada lapisan kedua, dan kain bahalai pada lapisan ketiga. Kemudian tali ayunan dibuat dengan penuh hiasan dari janur berbentuk burung, ular, ketupat bangsur, halilipan, bunga, dan hiasan lainnya.
Setiap keluarga yang akan melakukan upacara Baayun Mulud tersebut harus menyiapkan piduduk, yaitu sebuah sasanggan yang diisi dengan beras, gula, habang, nyiur, hintalu hayam, banang, jarum, garam, dan uang receh. Ritual dimulai dengan membaca syair Maulid Al Habsy, Maulid Ad Diba’I, atau Maulid Al Barzanji. Kemudian anak-anak yang akan diayun dalam upacara tersebut dibawa masuk ketika pembacaan Asyrakal dan mulai diayun selama pembacaannya itu secara perlahan. Fungsi diayun tersebut adalah untuk mengambil keberkahan atas kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Setelah dilakukan kegiatan mengayun, dilanjutkan dengan ceramah dan ditutup dengan do’a. Setelah itu para Ulama dan Umara yang hadir akan memberkati anak tersebut sambil membacakan Shalawat Badar.
Upacara Baayun Mulud dilaksanakan pada pagi hari, dimulai pukul 10, bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal. Tempat pelaksanaannya tidak boleh sembarangan, haruslah di Masjid. Setiap tahunnya, Baayun Mulud dilaksanakan secara masal oleh masyarakat di setiap daerah tempat Suku Banjar tinggal. Menurut kepercayaan masyarakat, anak-anak yang telah melaksanakan upacara Baayun Mulud berarti telah memenuhi salah satu tahapan dalam hidupnya.
Sebenarnya upacara pendewasaan ini telah menjadi ritual wajib orang-orang Suku Banjar jauh sebelum ajaran Islam masuk ke Kalimantan Selatan. Dahulu upacara ini dikenal dengan nama upacara Baayun Anak. Setelah Islam masuk, maka upacara tersebut dipadukan dengan ajaran Islam dan lahirlah sebuah akulturasi yang kemudian dikenal dengan istilah Baayun Mulud.
ADVERTISEMENT
Sumber : warisanbudaya.kemendikbud.go.id
Foto : travelingyuk.com