Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Badai Bangladesh 1970, Bencana yang Melahirkan Revolusi
4 Juli 2021 15:13 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:56 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Badai Bangladesh pada tahun 1970 silam telah membuat kondisi negara itu berada pada tingkatan terburuk dalam sepanjang sejarahnya. Mayat-mayat bertebaran di seluruh sudut kota, bahkan banyak di antaranya yang bergelantungan di pepohonan. Jutaan sapi terapung di Sungai Gangga, yang membuat warna airnya berubah menjadi merah pekat.
ADVERTISEMENT
Banyak kapal yang terdampar di daratan menghantam bangunan-bangunan besar di sana. Badai telah mengakibatkan tsunami raksasa setinggi 15 meter yang menerpa pulau-pulau kecil di teluk Benggala, menghapus segala yang ada.
Jumlah korban meninggal akibat badai tropis ini dilaporkan sebanyak 11.000 orang oleh New York Times pada 15 November 1970. Sumber lain bahkan menyebut jumlah korban tewas mencapai 1.000.000 orang lebih, jika dihitung berdasarkan kematian setelah terjadinya badai, seperti akibat luka berat, kelaparan, kolera, dan penyakit epidemi lainnya.
Badai sebenarnya telah dideteksi tiga hari sebelum bencana itu menghantam Bangladesh (atau Pakistan Timur sebelum berpisah). Angin terdeteksi berada kira-kira sejauh 1.200 km sebelah selatan Delta Gangga, Pakistan Timur.
Laporan dari Cox’s Bazar, di Myanmar telah memperingatkan pulau-pulau di Teluk Benggala dan area Delta Gangga bahwa angin bergerak dengan kecepatan 15 km per jam ke arah Pakistan.
ADVERTISEMENT
Entah apa yang menjadi pertimbangan pemerintah Pakistan ketika menanggapi laporan dari Myanmar itu. Banyak orang yang menduga bahwa mereka mengabaikannya karena dua alasan.
Pertama, pemerintah pernah mendapat laporan serupa sebulan sebelum laporan kedua itu dan nyatanya badai yang diramalkan tidak terlalu besar dengan hanya memakan korban jiwa yang sedikit. Sehingga banyak orang yang menduga laporan yang kedua itu akan sama dengan laporan sebelumnya.
Kedua, alasan masyarakat Pakistan tidak menghiraukan peringatan itu adalah karena sebagian besar kepulauan lepas pantai sebelah timur Pakistan tidak memiliki listrik dan saluran radio. Sehingga banyak orang yang tidak mengetahui akan datangnya badai mematikan itu.
Setelah badai reda, pemeriksaan kerusakan langsung dilakukan. Dengan Amerika Serikat dan Inggris sebagai pemimpin, kerusakan akibat badai segera dipelajari oleh para ahli. Bantuan mulai berdatangan ke wilayah-wilayah yang terkena dampak paling para terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Dunia bersatu membantu pemulihan wilayah Pakistan Timur dengan mengirimkan banyak tenaga medis untuk membantu mengatasi penyakit yang timbul pasca badai terjadi. Para teknisi pun mulai bergerak merancang pembangunan kembali infrastruktur kota yang luluh lantah.
Dikala bantuan banyak dilakukan oleh masyarakat dunia, pemerintah Pakistan tampak tidak peduli memberikan bantuan kepada masyarakat di wilayah Delta Gangga. Sikap pemerintah Pakistan ini akhirnya menimbulkan kecaman dari seluruh masyarakat, yang berujung pada terjadinya revolusi.
Rakyat Pakistan yang telah pulih pasca badai itu mengadakan perlawanan terhadap pemerintah. Perang saudara pun tidak dapat dihindarkan hingga akhirnya terbentuklah negara Bangladesh, yang sebelumnya adalah Pakistan Timur.
***
Referensi: