Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Beksan Lawung, Tari Perang Sultan Yogyakarta
16 April 2018 16:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beksan Lawung adalah seni tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwono I. Tarian ini biasanya dilakukan oleh 16 orang penari, yang terbagi menjadi lima kelompok, yaitu dua orang botoh, empat orang lurah, empat orang jajar, empat orang plincon, dan dua orang pelawak.
ADVERTISEMENT
Penari yang betul-betul menarikan tarian Lawung hanyalah Lurah dan Jajar. Sedangkan penari plincon hanya bertugas sebagai pembawa lawung dan para pelawak hanya sebagai pembantu dari botoh.
Beksan Lawung di Kraton Yogyakarta ditampilkan hanya pada waktu-waktu tertentu, seperti pada upacara perkawinan. Walaupun di luar istana pun sering dipentaskan dengan formasi penari yang berbeda. Umumnya dikurangi menjadi sepuluh, atau bahkan diperankan oleh hanya empat penari saja.
Beksan Lawung diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwon I, yang memerintah dari tahun 1755-1792. Tarian ini merupakan siasat yang dilakukan oleh Sultan untuk mengalihkan perhatian Belanda terhadap kegiatan kemiliteran Keraton Yogyakarta.
Hal itu perlu untuk dilakukan, mengingat pada masa itu Jawa sedang berada pada kekuasaan pemerintah Hindia Belanda, termasuk Sultan yang harus patuh terhadap segala peraturan yang dikeluarkan oleh kekuasaan Belanda di Keraton Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Sultan harus mengikuti aturan yang sudah dibuat pemerintah untuk para pribumi, termasuk pada para penguasa pribumi mengenai kemiliteran, yang bertujuan agar tidak adanya pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda. Segala bentuk latihan kemiliteran dengan menggunakan senjata dilarang oleh pemerintah Belanda.
Oleh karenanya Sultan membuat sebuah latihan kemiliteran yang dibuat dalam bentuk tarian, yang dinamakan Beksan Lawung. Gunanya agar kekuatan militer keraton tetap terjaga walaupun sedang berada di bawah tekanan pemerintah Hindia Belanda.
Usaha yang dilakukan oleh Sultan ternyata berhasil memperdaya pemerintah Belanda yang tidak menyadari hal tersebut. Melalui Beksan Lawung ini, Sultan berusaha untuk membangkitkan semangat para prajurit keraton agar tidak gentar untuk melawan Belanda demi kepentingan rakyat Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Beksan Lawung menunjukkan semangat dan keberanian melalui gerakan-gerakan tarinya. Oleh karena itu umumnya tema Beksan Lawung yang dilakukan di Keraton adalah mengenai kepahlawanan.
Dalam setiap gerakan dan nyanyiannya berisi sindiran-sindiran sebagai ungkapan rasa tidak senang Sultan terhadap pemerintah Belanda yang berusaha merebut kekuasaan di Keraton Yogyakarta.
Beksan Lawung juga sering digunakan sebagai tari ritual dalam upacara perkawinan putra dan putri kerajaan, yang mewakili pesan Sultan untuk anak-anaknya itu.
Sumber : warisanbudaya.kemendikbud.go.id
Foto : youtube.com