Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Belanda Depok
17 Februari 2017 20:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Adalah Cornelis Chastelein, seorang warga Belanda yang lahir di Amsterdam 10 Agustus 1657 yang kemudian datang dan memutuskan untuk menetap ke Nusantara, lalu tinggal di Depok.
ADVERTISEMENT
Cornelis Chastelein merupakan seorang tuan tanah. Ia datang bersamaan dengan VOC mulai menduduki tanah Jawa. Selain sebagai tuan tanah Depok Cornelis Chastelein juga turut andil penting dalam persebaran agama Kristen. sekelompok pribumi beragama Kristen Protestan yang masih berkaitan dengan Cornelis Chastelein inilah kini orang menyebutnya Belanda Depok.
Bungsu dari delapan bersaudara ini merupakan anak Huguenot dari Perancis yang menetap di Belanda, sedangkan ibunya bernama Kamer van Zeventien adalah anak walikota Dordrecht. Usianya baru 17 tahun ketika ia datang ke Batavia dan bekerja sebagai pencatat pembukuan pada Kamer van Zeventien. Karir Cornelis yang terus menanjak dan berhasil menjadi seorang pengusaha besar pada tahun 1682 sekaligus menjadikannya Tweede Oppercoopman des Casteels van Batavia’ (Pedagang besar kedua pada Kastil Batavia). Kemudian Cornelis mengundurkan diri dan mendapat hak penguasaan tanah di Sringsing (kini bernama Srengseng Sawah, daerah Jagakarsa).
ADVERTISEMENT
Cornelis menguasai tanah di Depok sejak 18 Mei 1696, saat itu Ia menjadikan tanah tersebut perkebunan miliknya dan dinamai ‘Depok.’ Kala itu Depok masih mencakup wilayah Depok, Mampang, Karanganyar dan dua lahan kecil lainnya di tepi Ciliwung dan Buitenzorg (Bogor). Tanah di Depok ditanami lada yang dibantu keluarga budak dari Ambon yaitu diantaranya Laurens dan Loen. Hingga akhir hayatnya pada 1714 tercatat Seratus lima puluh budak tersebut terbagi dalam 12 marga, yaitu Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Josep, Laurens, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense, dan Zadokh. Mereka terdiri dari berbagai etnis, antara lain Minahasa, Timor, India Benggala, dan Bali.
Dibesarkan dan hidup dalam lingkungan kultur Belanda, para mantan budak Chastelein terbiasa dengan gaya hidup Belanda, sehingga mereka sangat fasih berbahasa Belanda. Gaya ‘kebelandaan’ itu kemudian menimbulkan sebuah ‘sindiran’ yang dilontarkan masyarakat pribumi yang hidup di sekitar Depok, maka dari sanalah sebutan ‘Belanda Depok’ lahir dan terus berkembang ke barbagai daerah.
Sumber foto : depoktren.com
ADVERTISEMENT