Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Tragedi 1876, Bencana Kelaparan di Wilayah Tiongkok
27 April 2018 15:07 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Negara Tiongkok pernah mengalami sebuah wabah kelaparan yang sangat buruk, yang telah merenggut jutaan jiwa rakyatnya. Bencana terburuk dalam sejarah negara itu telah melahirkan sebuah istilah “Sepuluh Ribu Lubang Manusia”, untuk menggambarkan betapa mengerikannya wabah kelaparan itu.
ADVERTISEMENT
Terdapat begitu banyak kuburan masal yang sangat besar di seluruh wilayah Tiongkok Utara. Dalam kurun waktu 3 tahun, jumlah mayat di sana mencapai 13.000.000 jiwa. Selama 2 tahun pertama terjadinya wabah tersebut, setiap harinya ada sebanyak 12.000 orang meninggal.
Bencana kelaparan itu terjadi akibat dari buruknya cuaca yang melanda seluruh wilayah Tiongkok. Bencana kekeringan yang menimpa wilayah Tiongkok Utara dari tahun 1876 sampai 1878 telah membakar seluruh ladang pertanian rakyat.
Hal itu menyebabkan tidak adanya stok pangan untuk kebutuhan sehari-hari rakyat selama 2 tahun tersebut. Tidak ada satupun yang mengetahui bencana kekeringan itu akan menimpa wilayah Tiongkok Utara, sehingga rakyat tidak mempersiapkan dengan baik hasil pertanian mereka sebelum bencana itu muncul.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan wilayah Tiongkok Utara, wilayah Tiongkok Selatan mengalami bencana banjir akibat dari intensitas air hujan yang sangat tinggi di sana. Sebuah kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh masyarakat di Tiongkok Utara. Namun, masyarakat di Tiongkok Selatan pun tidak serta merta merasa lega dengan bencana yang mereka hadapi.
Bencana banjir yang tengah menimpa mereka, sama-sama membuat rakyat menderita kelaparan. Hal itu disebabkan hasil pertanian mereka banyak yang terendam air sehingga tidak ada stok pangan di wilayah tersebut.
Bencana kelaparan itu telah benar-benar membuat rakyat Tiongkok menderita. Tingkat kriminalitas meningkat sangat tajam di seluruh wilayah yang terkena dampak bencana, khususnya di wilayah utara. Situasi kelaparan yang sudah sangat menggila membuat setiap orang tidak dapat berpikir jernih. Bunuh diri menjadi hal yang biasa terjadi dan berlangsung terus menerus setiap harinya. Bahkan aksi kanibalisme dianggap wajar oleh siapa saja yang melakukannya.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak segan-segan membunuh anggota keluarganya, lalu kemudian memakannya. Tindakan menjual anak-anak untuk sebungkus nasi sangat legal untuk dilakukan. Setiap orang tua beranggapan bahwa anak-anak tidak boleh dibiarkan menderita, sehingga mereka harus segera mengakhirinya dengan cara membunuhnya agar penderitaan yang dialami oleh anak-anaknya tidak berlangsung terus menerus.
Pemerintah Tiongkok yang sedang berkuasa, yaitu Dinasti Manchu, menyangkal terjadinya bencana kelaparan ini. Walaupun sebenarnya negara-negara barat telah mengetahui kabar mengenai wabah mengerikan ini.
Bukannya membantu rakyatnya, pemerintah malah mengeluarkan peraturan yang berisi ancaman bagi siapa saja yang melakukan tindakan pencurian. Mereka akan menembak mati para pencuri yang tertangkap mengambil makanan. Bahkan secara rutin pemerintah mengadakan pemenggalan massal untuk rakyatnya yang bersalah.
ADVERTISEMENT
Pada akhir 1878, penderitaan rakyat perlahan-lahan sirna. Hujan mulai turun membasahi beberapa wilayah di Tiongkok Utara. Ladang-ladang rakyat kembali ditanami berbagai jenis komoditi dan hasil panen kembali berkembang untuk kebutuhan rakyatnya.
Tingkat kriminalitas mulai menurun, dan rakyat mulai menemukan harapan baru dalam kehidupannya. Bantuan luar negeri juga telah banyak berdatangan untuk membantu memulihkan keadaan Tiongkok Utara. Pemerintahan Manchu menjadi satu-satunya pihak yang harus disalahkan dalam wabah kelaparan yang sangat mengerikan ini.
Sumber: Spignesi, Stephen J. 2007. 100 Bencana Terbesar Sepanjang Masa. Tanggerang: Karisma.
Foto: nutraingrediens-asia.com