Benteng Kedung Cowek, Saksi Bisu Peristiwa Pertempuran Surabaya

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
24 Desember 2020 20:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Wikimedia Commons
Benteng Kedung Cowek adalah saksi bisu bersejarah kehebatan pejuang Indonesia di masa mempertahankan kemerdekaan. Benteng Kedung Cowek menjadi bagian kisah dari pertempuran hebat tentara Republik Indonesia pada tanggal 10 November 1945. Yang akhirnya dijadikan pula sebagai Hari Pahlawan.
ADVERTISEMENT
Benteng ini berada di kelurahan Kedung Cowek dan berdekatan dengan Jembatan Suramadu-Pantai Kenjeran. Awalnya dibangun pemerintah kolonial Belanda untuk basis pertahanan militer menghadapi gempuran tentara Jepang di kawasan Asia Pasifik.
Benteng Kedung Cowek yang disiapkan militer Belanda sebagai basis pertahanan bila terjadi serangan dari laut, tetap tak mampu membendung gempuran tentara Jepang. Akhirnya kolonial Belanda harus takluk oleh kekuatan tentara Jepang.
Di dalam Benteng Kedung Cowek terdapat sembilan bunker yang dibuat militer Belanda untuk menyimpan meriam, peluru dan beragam alat persenjataan lainnya. Militer Belanda memang mempunyai maksud jika perang terjadi dengan Jepang, maka meriam siap digunakan untuk ditembakkan ke arah laut.
Sumber: uwks.ac.id
Namun belum sempat meriam ditembakkan dalam peperangan, pendudukan militer Belanda di Indonesia telah tumbang oleh serangan Jepang. Kekuasaan pendudukan militer beralih dari Belanda ke Jepang. Begitu juga dengan Benteng Kedung Cowok juga akhirnya dikuasai militer kolonial Jepang.
ADVERTISEMENT
Benteng Kedung Cowek kemudian dimanfaatkan tentara Jepang sebagai basis pertahanan dari arah laut utara Surabaya. Termasuk pula menyimpan meriam, peluru dan persenjataan lainnya. Apalagi masih banyak meriam, peluru maupun senjata lainnya sisa peninggalan Belanda yang ditinggal di Benteng Kedung Cowek.
Ternyata pendudukan Jepang di Indonesia tak berlangsung lama. Tentara Jepang pun tidak sampai harus lama menempati Benteng Kedung Cowek sebab bertekuk lutut menghadapi gempuran pasukan sekutu NICA. Bahkan, meriam dan persenjataan lainnya juga tidak sempat digunakan tentara Jepang untuk melawan pasukan NICA. Kejadian yang sama seperti dialami tentara Belanda sebelumnya.
Pertempuran sengit terjadi antara arek-arek Suroboyo, TKR dan pasukan Sriwijaya, pada tanggal 10 November 1945. Pejuang Indonesia tidak ingin Indonesia kembali dikuasai penjajah. Pejuang TKR dan pasukan Sriwijaya menyerang tentara Sekutu NICA dari Benteng Kedung Cowek.
ADVERTISEMENT
Sumber: Wikimedia Commons
Peluru-peluru dari meriam yang tersimpan bekas peninggalan tentara Belanda dan Jepang digunakan pejuang Indonesia untuk menembak armada militer laut Sekutu NICA pimpinan Inggris.
Akibatnya serangan meriam yang ditembakkan pejuang Indonesia membuat armada militer laut Sekutu NICA kewalahan. Bahkan membuat pangkalan armada militer laut Inggris hancur sebab diserang tembakan meriam oleh para pejuang Surabaya.
Armada militer laut Sekutu NICA pun geram karena pejuang Indonesia menyerang mereka menggunakan senjata meriam. Tentara sekutu meminta bantuan tambahan armada militer laut lagi dan pesawat tempur. Tambahan kekuatan itu membuat pejuang Indonesia tak seimbang melawannya. Tentara pejuang Indonesia yang bertahan di Benteng Kedung Cowek maupun yang telah keluar dari bangunan banyak yang gugur. Diperkirakan sebanyak 200 tentara pejuang Indonesia tewas.
ADVERTISEMENT
Konon, ratusan jenazah tentara pejuang Indonesia yang tewas masih banyak berada di dalam Benteng Kedung Cowek dan tak dikuburkan layak. Hingga membuat lahirnya berbagai cerita mistik dari Benteng Kedung Cowek. Namun, apapun itu, Benteng Kedung Cowek merupakan saksi kehebatan tempur tentara pejuang Indonesia dengan meriam
sumber: indonesia.go.id