Benteng Kota Nisa, Reruntuhan Peradaban Besar Parthia di Turkmenistan

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
8 Maret 2019 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kota Tua Nisa di Turkmenistan Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Kota Tua Nisa di Turkmenistan Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Sebuah benteng raksasa di wilayah kota Nisa menjadi bukti keberadaan permukiman paling awal dan terpenting dari Kekaisaran Parthia, yang merupakan negara adikuasa pada pertengahan abad ke-3 SM hingga abad ke-3 M di Turkmenistan.
ADVERTISEMENT
Sisa-sisa peninggalan peradaban kuno itu menggambarkan adanya perpaduan yang sangat baik antara unsur-unsur budaya tradisional Asia Tengah dengan kebudayaan Yunani dan Romawi selama kurun waktu hampir 1000 tahun.
Kota Nisa disebut-sebut mampu menyaingi kota Roma Kuno di Eropa, baik dari segi arsitekturnya, maupun tata kotanya. Kota itu berada pada posisi yang sangat strategis, yaitu di jalur perdagangan antar-bangsa kuno di wilayah barat dan timur.
Kota Nisa menjadi bukti sejarah penting bagi sebuah peradaban yang kini telah hilang, yang dahulu pernah menjadi salah satu peradaban paling berpengaruh di dunia. Wilayah kota itu terbagi menjadi dua zona, yakni Nisa Lama dan Nisa Baru.
Wilayah kota Nisa Lama menyimpan banyak peninggalan bersejarah, terutama artefak, ukiran, dan lain sebagainya. Sementara, wilayah kota Nisa Baru menjadi tempat keberadaan situs kota kuno yang menjadi tempat berkembangnya kebudayaan Romawi dan Yunani.
ADVERTISEMENT
Pada wilayah kota Nisa Lama akan ditemukan bekas permukiman seluas kurang lebih 14 hektare, dengan tembok pertahanan tinggi dari tanah liat yang mengelilinginya. Area kota itu berbentuk segi lima tidak beraturan dengan setiap sudutnya diapit oleh benteng dan menara. Wilayah kota ini menjadi tempat tinggal raja untuk beberapa generasi kerajaan Parthia.
Benteng raksasa itu dibangun di atas sebuah bukit yang bagian permukaannya telah diratakan. Para ahli belum bisa memastikan jumlah gerbang yang ada pada benteng kota itu, namun mereka menduga bahwa benteng itu hanya memiliki satu gerbang utama di bagian barat kota.
Penggalian yang telah dimulai sejak tahun 1930-an, berhasil mengungkapkan bahwa bagian utara kota pernah dibangun gedung-gedung besar dan alun-alun kota yang cukup luas. Di sana pun banyak ditemukan artefak-artefak seni, seperti patung, pecahan kursi, gading, perhiasan, serta ribuan keramik yang diperkirakan digunakan sebagai alat-alat rumah tangga bangsa Parthia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, wilayah benteng kota Nisa Baru berada di sebalah barat laut kota Nisa Lama, membentang sejauh 1,5 kilometer. Bekas pemukiman di kota Nisa Baru diketahui memiliki area yang lebih luas dari kota Nisa Lama, yaitu 25 hektare, dengan tembok-tembok kokoh setinggi 9 meter di seluruh sisinya.
Potret reruntuhan bangunan di bekas Kota Nisa. Wikimedia Commons.
Menurut catatan sejarah, kompleks permukiman kota Nisa Baru telah ditempati sejak periode mesolitikum, namun pembangunannya baru dilakukan masa pemerintahan Kekaisaran Parthia, serta Romawi dan Yunani.
Tidak seperti kota Nisa Lama, kehidupan di Nisa Baru masih tetap berjalan meskipun kekaisaran Parthia telah mengalami keruntuhan. Keruntuhan di kota Nisa Baru mulai terjadi pada abad ke-3 M.
Hingga kini penggalian terus dilakukan di kawasan situs Nisa Baru, maupun Nisa Lama, untuk menyelamatkan berbagai peninggalan sejarah penting yang sewaktu-waktu dapat hancur akibat keadaan alam.
ADVERTISEMENT
Sumber: Perwito Mulyono, dkk. 2009. World Heritage Nature & Culture Volume 3. Surakarta: Batara Publishing.