Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Borobudur, Rumah Sang Buddha
20 Februari 2018 20:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Borobudur dibangun sekitar tahun 824 M oleh Raja Samaratungga, seorang raja Mataram Kuno dari Wangsa Sailendra. Banyak ahli yang menjelaskan arti dari nama Borobudur, dan cukup menjadi perbedatan di antara para pakar tersebut. Ada yang menyebutkan Borobudur berasal dari kata “Sambharabhudara”, yang berarti “gunung yang bertingkat-tingkat”. Ada juga yang menyebutkan bahwa Borobudur berasal dari kata “Buddha”, yang mengalami pergeseran fonemik menjadi Borobudur. Ahli lain mengatakan Borobudur kemungkinan berasal dari kata “bara” dan “beduhur”, yang berarti “biara yang tinggi”. Seorang sejarawan yang mengabdikan dirinya unuk meneliti Borobudur, bernama J.G. de Casparis, mengatakan bahwa nama asli Borobudur adalah “Bhumi Sambhara Bhudhara”, dari bahasa sansekerta yang berarti “Bukit Himpunan Kebajikan Sepuluh Tingkatan Boddhisattwa”.
ADVERTISEMENT
Pembangunan Borobudur diceritakan dalam prasasti Karangtengah dan prasasti Kahulunan. Dikisahkan bahwa pembangunan Borobudur membutuhkan waktu kurang lebih setengah abad. Dimulai pada masa pemerintahan Raja Samaratungga, dan selesai pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani. Dalam prasasti Karangtengah disebutkan, Borobudur dan daerah sekitarnya dibangun di atas tanah Sima (tanah bekas pajak). Sehingga masyarakat yang tinggal dekat candi tersebut tidak dibebankan pajak kerajaan, namun diberi tugas untuk memelihara candi Borobudur.
Candi Borobudur memiliki 1460 relief dan 504 stupa Buddha di bangunan utama, ataupun di sekitarnya. Candi ini pertama kali ditemukan tahun 1814 oleh Sir Thomas Stanford Raffles. Saat pertama kali ditemukan, bangunan candi tertutup oleh tumpukan tanah, dengan relief yang berserakan di sekitar candi. Para ahli memperkirakan, candi Borobudur terkubur oleh lahar dingin akibat letusan gunung Merapi.
ADVERTISEMENT
Setiap bentuk dan relief yang ada di candi Borobudur memiliki nilai filosofis yang tinggi dari ajaran Buddha. Salah satu cerita yang terpahat di dinding-dinding batu candi Borobudur adalah cerita Ramayana. Selain itu ada relief yang menggambarkan keadaan masyarakat di sekitar Borobudur ketika sedang pembangunan candi itu, seperti aktivitas pertanian, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Borobudur terdiri dari sepuluh tingkatan dengan bentuk yang berbeda pada setiap tingkatannya. Enam tingkat pertama berbentuk bujur sangkar, dan tiga tingkat teratas berbentuk lingkaran dengan sebuah stupa Buddha yang menghadap kea rah barat sebagai puncak tertinggi candi.
Setiap tingkatan yang ada di candi Borobudur melambangkan tingkatan kehidupan manusia. Tingkat pertama disebut Kamadhatu, yang merupakan perlambangan kehidupan manusia yang terikat oleh hawa nafsu. Tingkat selanjutnya disebut Rupadhatu, yang merupakan perlambangan dari manusia yang sudah telepas dari hawa nafsu, tetapi masih terkikat oleh hasrat keduniawian. Tingkat selanjutnya disebut Arupadhatu yang digambarkan dengan patung Buddha di dalam stupa, merupakan perlambangan dari manusia yang sudah terlepas dari sifat keduniawian dan bersiap menuju tingkat selanjutnya. Tingkat terakhir adalah Arupa, yang merupakan perlambangan dari nirwana, tempat Buddha bersemayam.
ADVERTISEMENT
Sumber : Riyanto. 2013. Warisan Dunia : Mengenal Sejarah Dunia. Platinum.
Foto : kotaku.com
