Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Bu Tien dan TMII-nya (Part II)
6 Februari 2017 18:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pengesahan UU Perkawinan oleh DPR tahun 1973 merupakan langkah konkrit Bu Tien dalam menyikapi perkembangan poligami. Selain itu, sebagai istri perwira bukanlah perkara sulit untuk bergabung dan memimpin organisasi - organisasi nasional seperti Gerakan Kepanduan Puteri JPO, Pandu Rakyat Indonesia, Wakil Ketua Andalan Nasional Gerakan Pramuka, dan salah satu perempuan satu - satunya yang bergabung dengan Fujinkai (buatan Jepang) dan PPI (Pemuda Puteri Indonesia). Di era 1945, Bu Tien mampu berpartisipasi dengan LPI (Lembaga Puteri Indonesia), IKKH, Dhama Pertiwi (Persatuan Istri ABRI), Dharma Wanita (Persatuan Istri PNS) sekaligus menjabat sebagai penasihat Istri Tentara Kartika Candra Kirana. Hal itu semua tidak lain sebagai bentuk keagresifan Bu Tien dalam menumpas kemiskinan dan pengembangan budaya Nasional Republik Indonesia, salah satunya pembangunan TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Pembangunan TMII terlihat sangat krusial masa itu. Pengikutsertaan Bu Tien dalam kegiatan kenegaraan Pak Harto ke berbagai negara yang membicarakan mengenai proyek kesatuan dan persatuan seperti penegakan Pancasila (P - 4), dan Bhinneka Tunggal Ika dalam pidatonya telah memunculkan hasrat yang kuat dengan membangun TMII. Ditambah pula, kunjungan Bu Tien di Disneyland Amerika Serikat dan Timeland di Filipina telah memunculkan ide dan hasrat yang kuat untuk menerapkan dinegerinya. Dengan anggapan bahwa “pembangunan TMII sebagai penggambaran kerukunan hidup bangsa Indonesia, yang dapat hidup berdampingan secara damai, jasmani dan rohani, bersama menjaga kelestarian seni budaya bersama. Taman ini akan dapat memperlihatkan tanah air kita kepada masyarakat yang praktis dan ekonomis” tuturnya. Pengambaraan indahnya komplektisitas masyarakat harum dipermukaan. Alih - alih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dengan pengindetitasannya di dalam sebuah prototipe (miniatur). Memang sangat indah dan arif sekali. Namun disisi lain, segelintir orang beranggapan bahwa pembangunan TMII tidak tepat pada waktunya karena masih berkembangnya kemiskinan di berbagai antero negeri ini, bahkan sampai dicurigai terjadinya penggelapan uang rakyat. Aksi pemberontakan anti - TMII yang digerakan mahasiswa mengundang peringatan keras Soeharto melalui pidatonya Januari 1972. Upaya melindungi citra keluarga terutama istrinya, dikerahkanlah segala pasukan militer untuk menumpas sipil termasuk mahasiswa. Dengan segala tekad dan nekad keberanianlah, mahasiswa terus melawan Soeharto yang berujung naas, penangkapan mahasiswa diakhir Januari 1972. Kini, keberadaan TMII sebagai cagar budaya terbesar di Asia Tenggara menjadikan sebuah kebanggaan identitas bangsa dan rakyatnya. Megah dan memesonanya TMII menimbulkan frekuensi animo pengunjung yang terus meningkat setiap tahunnya. Dibalik kemegahan dan keagungannya, tersisip peristiwa keji permurnian kepentingan segelintir kelompok, Keluarga Cendana. Dan tidak lain pula lah, sosok Bu Tien yang kental dan sering dianggap magis mampu memberikan indoktrinasi kuat bagi Soeharto dengan segala kebijakan di era pembangunan sekaligus bertahannya Soeharto dalam 32 tahun otoriternya.
ADVERTISEMENT