Budaya Hippies yang Ditakuti Rezim Orde Baru

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
23 Oktober 2017 14:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketakutan akan budaya Hippies ini tercermin dari larangan rambut gondrong
ADVERTISEMENT
Dalam narasi mengenai kekuasaan yang merasuk pada budaya, anak muda bisa dikatakan menjadi salah satu yang krusial, selain ruang gerak yang serba di batasi, nyatanya campur tangan penguasa juga masuk sampai pada gaya rambut.
Pada masa 60-an sampai 70-an muncul sebuah stigma yang mengatakan bahwa rambut gondrong merupakan cerminan para pelaku kriminalitas. Bukan lagi persoalan remeh temeh bahkan isu ini telah menjadi isu nasional.
Puncak dari isu ini adalah ketika Menhankam/Pangab mengirim radiogram No. SHK/1046/IX/73 kepada seluruh jajarannya pada 1973. Isinya, anggota ABRI dan karyawan sipil yang bekerja di lingkungan militer beserta keluarganya dilarang berambut gondrong. Lalu apa sebenarnya trigger dari ketakutan akan mereka yang berambut gondrong?
Aria Wiratma Yudhistira, dalam bukunya Dilarang Gondrong! Praktik Kekuasaan Orde Baru Terhadap Anak Muda Awal 1970-an, mengungkapkan bahwa pemicu dari ketakutan tersebut berawal dari budaya Hippies di Amerika.
ADVERTISEMENT
Hippies adalah salah satu gerakan counter-culture yang berkembang di Amerika Serikat pada era 1960- an. Gerakan ini lahir sebagai antitesis dari generasi sebelumnya yang dinilai telah jauh dari alam tempat mereka berasal. Menurut mereka manusia modern telah dibutakan oleh ambisi menaklukkan, perang, dan menang. Oleh karena itu kemudian Hippies dikenal sebagai gerakan ‘Kiri Baru’.
Budaya Hippies yang menjunjung kebebasan individu ini identik dengan rambut panjang, perilaku seks bebas, penggunaan narkotika, dan busana 4/9 yang lebar dengan warna mencolok. Secara ideologi, pelaku budaya Hippies ini terbagi dalam tiga kategori. 1) Head, yang merupakan pengejawantahan dari ideologi ini. 2) Weekenders, yaitu kelompok yang pada awalnya menjadi pelaku namun di lain waktu tidak. 3) Plastic Hippies, yaitu orang-orang yang hanya ikut-ikutan memanjangangkan rambut, melakukan seks bebas, dan melakukan budaya Hippies lainnya namun tidak memahami substansinya
ADVERTISEMENT
Budaya ini melanda seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Anak-anak muda yang masih belum menemukan identitas dan jatidirinya, dengan mudah terpengaruh. Mereka gandrung dengan apa yang sedang popular pada zamannya. Begitu juga budaya Hippies yang dengan mudahnya ditiru. Namun, terdapat perbedaan antara Hippies di Amerika Serikat dengan yang di Indonesia.
Bila dikategorikan, mayoritas pelaku budaya Hippies di Indonesia adalah kategori Plastic Hippies. Mereka meniru Hippies di Amerika hanya sebatas kulitnya saja. Banyak anak muda yang kemudian berambut gondrong, menggunakan busana longgar dan mencolok, bahkan sebagian dari mereka memakai narkotika dan melakukan seks bebas tanpa memahami apa yang menjadi nilai dasar dari perilaku ini.
Meskipun pengaruh budaya seperti ini hanyalah sebuah pengaruh budaya populer semata, namun dalam kacamata rezim Orde Baru saat itu, hal ini dianggap sebagai sebuah ancaman yang patut di tertibkan. Sebuah ketakutan, dan cara lain untuk mengkungkung ruang berekspresi anak muda kala itu.
Sumber : Indopress.com. Ausaf Ali Atthiyah. Wacana Rambut Gondrong dan Instabilitas Nasional. Diakses 23 Oktober 2017 14.37
ADVERTISEMENT