Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Bulog dan Swasembada Beras Indonesia
5 Mei 2017 3:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 1993 sejatinya Bulog memiliki banyak dana untuk menampung kelebihan stok gabah petani Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tingginya stok gabah berawal dari tingginya curah hujan hingga menyebabkan 25% kadar gabah dan hanya 3% bagi gabah hampa. Kelimpahan gabah membuat Bulog dan Dolog kesulitan untuk membeli dan mengatur harga pasar hingga akhirnya dikeluarkan kebijakan bagi Bulog oleh Soeharto untuk membeli gabah bagaimana pun kondisinya
Tak berlangsung lama, Bulog pun mengalami kerugian. Harga gabah merosot tajam mengingat dorongan petan untuk berulah saat lebaran tiba. Tak kurang – kurangnya Rp 180,- gabah laku di pasaran yang mana lebih murah Rp 100,- dari harga dasar.
Dengan penyimpanan stok beras yang terbilang tinggi berhasil melumpuhkan perputaran uang di Bulog yang mana Bulog harus mengeluarkan Rp 10/kg beras dan Rp 100/kg beserta bunga bank 16% guna menyimpan kelebihan stok.
ADVERTISEMENT
Melihat kemerosotan tersebut, Bank Indonesia pun memberikan kredit sebesar 1,2 triliun dan baru saja terpakai oleh Bulog sebesar 100 miliar guna membeli 186 ton beras. Hal demikian adanya semakin dikukuhkan guna mempertahankan swasembada pangan di samping perlu adanya rasionalisasi jumlah petani
Sumber foto :http://soeharto.co