Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Cerita Lain dari Batavia
4 Juni 2017 21:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mulanya Batavia hanyalah kastil yang berkembang menjadi kota dengan batas tembok pertahanan.
ADVERTISEMENT
Kehadiran tembok pertahanan rupanya tak mampu menahan perkembangan kota yang semakin meluas keluar tembok, mengingat tak sedikit pedagang dan pelayar domestik hingga internasional bersinggah di Batavia.
Batavia pun dilengkapi fasilitas rumah sakit, sekolah, gereja, dan fasilitas lainnya termasuk tempat ibadah seperti gereja, masjid, dan kelenteng. Gereja tertua yang berdiri di Batavia pun tercatat berada di dalam Kasteel Batavia, Oude Koepelkerk (1626). Namun pada 1628 terpaksa dibongkar dan beralih fungsi menjadi tempat meriam besar. Pada 1736 muncullah Gereja Kubah (Koepelkerk) yang berganti nama menjadi de Nieuwe Hollandsche Kerk. Lain halnya dengan Kruiskerk atau Gereja Salib Batavia abad ke-17 karya Johan Nieuhof (1618-1672). Gereja ini dibangun pada 1632 sebagai gereja pertama di luar Kastil Batavia. Kala itu, halaman gereja kerap kali berfungsi sebagai makam orang yang telah meninggal, sehingga di halaman luar gereja tak jarang dijumpai kumpulan makam.
ADVERTISEMENT
Kondisi Batavia yang kian padat berujung atmosfer yang kian sesak jua bagi penghuninya, sehingga wabah penyakit malaria, diare, dan penyakit epidemik dengan mudah menyebar hingga menjatuhkan korban jiwa. Selain itu, bentrokan antar pihak berkonflik menjadi penyebab tingginya angka kematian. Akibatnya, halaman gereja tak mampu lagi menampung pemakaman dan Pemerintah Batavia akhirnya memutuskan mencari lahan makam baru di luar kota.
W.V. Halventius putra Gubernur Jenderal Jermias Van Rimsdijk (1775-1777), tuan tanah dan gubernur jenderal Batavia ke 29 menghibahkan tanahnya di Kebon Jahe, Tanah Abang seluas 5,5 hektar ke Pemerintah Batavia guna dijadikan lahan pemakaman baru. Lokasi tersebut sejatinya jauh dari Batavia, meski terbilang cukup strategis, dekat Sungai Krukut. Kuburan seluas 5,5 hektar dikenal dengan nama Kerkhoflaan alias Kebon Jahe Kober atau Kuburan Kebon Jahe yang resmi pada 28 September 1795.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan litografi karya Rappard jelas menggambarkan monumen untuk Pater Henrikus van der Grinten di Kebonjahe Kober, Tanah Abang yang kini menjadi Museum Taman Prasasti Permakaman lawas warga Batavia merupakan salah satu permakaman modern tertua di dunia
National Geographic Indonesia Edisi 23 November 2016
Sumber foto : https://upload.wikimedia.org