Konten dari Pengguna

Dada yang Terbuka

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
15 Maret 2017 0:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dada yang terbalut kain dinilai lebih beradab dibandingkan dada yang terbuka tanpa sehelai kain. Dalih keberadaban secara tidak sadar telah menegasikan keindahan ciptaan Tuhan sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT
Jawa dengan undak – unduknya memberikan torehan warna yang beragam bagi kelompoknya. Istana dan masyarakat Jawa memang umum sekali keberlangsungan inti batin di mana hanya etiket Jawa yang patut dijunjung tinggi.
Di Jawa, dada yang terbuka alias telanjang dada merupakan bagian dari etiket istana Jawa bahkan norma tak terpisahkan dari adat turun – temurun bagi pria dan wanita. Tidak sedikit dari bangsawan membiarkan dadanya terbuka baik di istana dan di luar istana. Mereka beranggapan dengan membiarkan dada terbuka menjadi salah satu bentuk kehormatan dan kepatuhan bagi seorang raja Jawa.
Berdasarkan pengamatan Hesse pada 1680-an, orang Jawa biasa dalam keadaan telanjang dan hanya menutupi bagian yang diinginkan alam untuk tetap bersembunyi
ADVERTISEMENT
Semenjak kedatangan elit Eropa, para bangsawan beramai – ramai menggunakan pakaian penutup dada, yakni jas. Budaya tersebut menjadi bentuk alkulturasi budaya Belanda dan Muslim secara kolektif dan selektif demi hidup yang beradab.
Sumber foto : /www.library.universiteitleiden.nl