Dancing Plague 1518, Wabah Aneh Menari yang Mematikan

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
23 Maret 2021 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dancing Plague 1518. | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dancing Plague 1518. | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Dancing Plauge atau Wabah Menari pada tahun 1518 disebut sebagai wabah teraneh. Saat itu, mendadak banyak orang menari tanpa henti, sebagian bahkan disebut sampai meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Pada Juli 1518 di Strasbourg, Prancis, seorang wanita bernama Frau Troffea keluar rumahnya dan mulai menari. Awalnya orang-orang yang merasa terhibur mulai mengerumuni Frau. Masalahnya, Frau menari tanpa bisa berhenti.
Konon, Frau telah menari selama 6 hari. Memang ketika malam hari ia beristirahat, namun pada keesokan harinya ia kembali menari sampai kakinya berdarah-darah. Anehnya, tidak hanya Frau yang mengalami keadian aneh tersebut, diperkirakan sekitar 400 orang mengalami hal serupa. Sejak itu, menari massal pun tidak lagi menyenangkan, namun menghadirkan kengerian.
Karena pada saat itu kemajuan dunia medis seperti sekarang, ada dokter yang menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah darah di otak mereka yang terlampau panas. Mereka dikumpulkan dan tetap dibiarkan menari sehingga berakibat fatal. Sebagian menganggap peristiwa ini adalah hukuman dari yang Tuhan.
Ilustrasi Dancing Plague 1518. | Wikimedia Commons
Jumlah kematian maupun berapa banyak orang yang menari memang tidak tercatat secara pasti. Wabah aneh ini bahkan sudah terjadi dari masa sebelumya, yaitu di abad ke-7 dan muncul lagi di abad 15 dan 16.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1374 di Rhineland, Jerman, terjadi wabah serupa yang dicatat oleh seorang penulis medis bernama Justus Friedrich Karl Hecker.
"Mereka membentuk lingkaran dan berpegangan tangan, tampaknya kehilangan kontrol indra, terus menari berjam-jam bersama-sama, sampai rebah ke tanah karena kelelahan," tulisnya. Setelah lelah dan istirahat, mereka menari lagi dan begitulah seterusnya.
Para ilmuwan modern mencoba mengungkap apa penyebab wabah menari tersebut. Sebagian ilmuwan meyakini wabah tersebut sebagai masalah psikologi terkait tekanan hidup, misalnya merebaknya kelaparan ataupun penyakit pada masa itu. Maka terjadilah sebuah histeria massal.
Ilustrasi Dancing Plague 1518. | Wikimedia Commons
"Dengan kedatangan zaman kegelapan, merebaknya episode psikogenik massal menjadi lebih sering," kata ahli sosilogi, Alan C Kerchkhof dalam bukunya Mass Psychogenic Illness: A Social Psychological Analysis (1982).
ADVERTISEMENT
Adapun penjelasan lainnya adalah para penari diduga memakan jamur yang mengandung LSD. Namun demikian, efek LSD biasanya hanya berlangsung kurang dari 24 jam, padahal para korban wabah menari sampai beberapa hari hingga beberapa dari mereka harus meninggal dunia.
***
Referensi: