Konten dari Pengguna

Etos Kerja Pribumi Jawa di Mata Orang Eropa

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
25 Agustus 2017 13:09 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Etos Kerja Pribumi Jawa di Mata Orang Eropa
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa bulan yang lalu sebuah riset di Universitas Stanford menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara dengan penduduk yang paling malas berjalan kaki. Terpelatuk akan hal itu, menjadi menarik apabila berbicara mengenai etos kerja pribumi Jawa yang juga sempat di cap ‘pemalas’ oleh orang Belanda ketika masa kolonial Hindia-Belanda.
ADVERTISEMENT
Awal kedatangan bangsa asing ke bumi pertiwi ini tentunya harus melaui berbagai penyesuain, dari mulai sosial, budaya, dan prilaku yang dijalankan oleh masyarakat Jawa. Sebagai pihak yang datang dengan maksud untuk melakukan kegiatan ekonomi, sumber daya manusia sebagai para pekerja juga tentunya menjadi aspek yang juga krusial.
Mentalitas pribumi dalam menjalani pekerjaan kadang membuat bangsa asing terheran-heran. Para penjajah tidak habis pikir dengan etos kerja pribumi yang berbeda jauh dengan budaya kerja di barat.
Denyut nadi orang-orang barat yang bergerak serba cepat dan maju tidak membuang waktu berbeda jauh dengan pribumi di pulau Jawa. Semangat untuk menyelesaikan pekerjaan secara kilat seolah tidak pernah digagas oleh orang Jawa. “kenapa mesti pontang panting dan terburu-buru jika bisa sampai pada suatu tujuan dengan santai-santai saja?”
ADVERTISEMENT
Pepatah Jawa yang terkenal, ‘alon-alon waton kelakon’ (biara lambat asal tujuan tercapai), nyatanya memang sudah mendarah daging dalam diri pribumi Jawa. Alhasil orang Jawa sering kali disebut malas “orang Jawa tidak dapat diajak berbuat apa-apa”
Stigma mengenai mentalitas pribumi Jawa yang malas di mata Eropa juga mungkin terkait dengan Pulau Jawa yang dianugrahi tanah subur, iklim yang baik, dan kekayaan alam yang bisa memenuhi semua kebutuhan. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat penduduknya terbiasa santai, sehingga terkesan bermalas-malasan.
Sejak berabad-abad, orang Jawa memang bekerja dari pagi hingga siang, namun dengan alur, dan tempo yang ‘ala’ mereka sendiri. “kalau kerja hari ini tidak selesai, ya dilanjutkan besok saja”. Toh hasil panen mau dikerjakan buru-buru atau santai hasilnya tetap saja sama. Meski begitu hasil pekerjaan pribumi Jawa juga tidak buruk.
ADVERTISEMENT
Sumber : Raap, Oliver Johannes. 2013. Pekerdja di Jawa Tempo Doeloe. Yogyakarta: Galangpress