Fanatisme Buta Rudolf Hess Mengagungkan Hitler

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
17 Februari 2021 20:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rudolf Hess. | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Rudolf Hess. | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Walter Richard Rudolf Hess dilahirkan di Alexandria, Mesir, pada 26 April 1894, dari sebuah keluarga kelas atas di wilayahnya. Ayahnya adalah penguasa ekspor-impor dari Lutheran Bavaria, sedangkan ibunya keturunan keluarga bangsawan Yunani-Georgiadis dari Alexandria.
ADVERTISEMENT
Ia menerima pendidikan eksklusif dari seorang guru privat, karena ayahnya tidak percaya dengan sistem pendidikan di Mesir. Keluarganya kemudian kembali ke Jerman pada 1908, dan Rudolf Hess disekolahkan di sekolah umum.
Ketika Perang Dunia I meletus, Rudolf Hess masuk dalam Resimen ke-7 Bavarian Field Artillery. Selama menjadi seorang infanteri, Rudolf Hess sering kali terluka saat menjalankan misi, salah satu lukanya yang paling serius terdapat di dadanya. Oleh karena efek luka yang cukup parah, Rudolf Hess dipindahkan ke angkatan udara sebagai pilot pesawat udara dengan pangkat terakhir Letnan.
Rudolf Hess | Wikimedia Commons
Setelah Perang Dunia I berakhir, ia kembali ke Munich dan bergabung dengan pasukan Freikorps, sebuah organisasi fraksi kanan dari mantan tentara sewaan. Ia sempat terlibat gerakan untuk menekan pemberontak komunis di Jerman.
ADVERTISEMENT
Hess juga kembali meneruskan kuliahnya di Universitas Munich di bawah bimbingan Profesor Karl Haushofer, seorang mantan jenderal yang memiliki paham pembentukan ras dalam konsep Lebensraum--konsep yang mengajarkan peningkatan kualitas hidup rakyat Jerman dengan menaklukkan daerah sekitar Jerman. Selama masa kuliah ia masuk dalam Thule Society, organisasi rahasia anti-semit dan bekerja di bawah bimbingan supremasi Nordic.
Rudolf Hess di Nuremberg Prison | Wikimedia Commons
Pandangan hidup Rudolf Hess mulai berubah ketika ia mendengarkan pidato politik Hitler di Aula Muncih pada Mei 1920. Ia sangat terpesona dengan sosok Hitler hingga berjanji untuk sepenuhnya mengabdikan diri kepada Hitler. Ia lantas bergabung dengan Partai Nazi pada 1 Juli 1920.
Dengan cepat Rudolf Hess menarik perhatian Hitler, sehingga ia dipercaya sebagai tangan kanannya. Ia sangat meyakini bahwa segala hal yang diucapkan oleh Hitler adalah suatu kebenaran dan tidak ada bantahan untuk itu.
ADVERTISEMENT
Keinginannya untuk menjadi seperti Hitler, sampai-sampai terlihat ketika ia meniru gaya Hitler saat berpidato. Dalam kubu Partai Nazi, Rudolf Hess merupakan orang paling dipercaya oleh Hitler setelah Hermann Goring. Ia sempat dipenjara bersama Hitler setelah tertangkap dalam kudeta Beer Hall pada 1923.
Selama dipenjara di Landsberg, ia menuliskan buku Mein Kampf yang didiktekan langsung oleh Hitler. Buku yang menjadi pegangan bagi penganut paham Nazi itu sangat laris dan terkenal.
Rudolf Hess dan Adolf Hitler. | Flickr/waffenss561
Setelah keluar dari penjara pada 1925, Rudolf Hess menjadi sekretaris pribadi Hitler selama beberapa tahun. Dalam partai Nazi, jabatannya itu tidak memiliki kekuasaan apapun, ia hanya bertugas ketika Hitler beraktivitas.
Pria berketurunan Mesir itu sebenarnya tidak pernah diberikan jabatan penting oleh Hitler. Menurut pada sejarawan hal itu terjadi karena ketidakpahamannya dalam hal mekanisme kekuasaan dan ketidakmampuannya untuk mengambil keputusan sendiri.
ADVERTISEMENT
Posisi tertinggi yang diberikan kepada Rudolf Hess adalah deputi Fuherer, yang membawanya menjadi Reich Minister, anggota kabinet rahasia Nazi, dan Ministerial Council for Reich Defense.
***
Referensi: