Konten dari Pengguna

Ferdowsi, Bapak Kesusastraan Persia Klasik yang Dihujani Kritik dari Eropa

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
3 Desember 2020 21:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Makam Ferdowsi. Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Makam Ferdowsi. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Ferdowsī, juga dieja Firdawī, Firdusi, atau Firdousi, nama samarannya Abū al-Qasem Manṣūr. Ia lahir sekitar tahun 935 M, dekat Ṭūs, Iran — meninggal sekitar 1020–26, Ṭūs. Ia adalah penyair Persia, penulis Shāh-nāmeh ( “Buku Kisah Raja-raja”), sastra epik nasional Persia.
ADVERTISEMENT
ia dianggap telah menyelamatkan bahasa Persia dari kepunahan dan menghidupkannya kembali setelah berabad-abad merosot setelah penaklukan Persia abad ke-7. Dengan demikian, ia adalah tokoh paling berpengaruh dalam budaya Persia, sekaligus tokoh sastra dunia.
Ferdowsi membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menulis hampir 60.000 bait kisah Shahnameh. Ia mencampurkan mitos dan sejarah untuk mencatat kehidupan para pejuang dan penguasa Kerajaan Persia kuno, yang pertama-tama ditaklukkan oleh orang Arab, kemudian oleh orang barbar dari Asia Tengah.
Sumber: Wikimedia Commons
Orang Persia menganggap Ferdowsi sebagai penyair terbesar mereka. Selama berabad-abad mereka terus membaca dan mendengarkan bacaan dari karya besarnya. Meskipun ditulis sekitar 1.000 tahun yang lalu, karya ini dapat dipahami oleh rata-rata orang Iran modern seperti halnya Alkitab Versi Raja James bagi penutur bahasa Inggris modern. Bahasanya, berdasarkan puisi tersebut dalam bahasa Persia murni dengan sedikit campuran bahasa Arab.
ADVERTISEMENT
Sarjana Eropa telah mengkritik puisi yang sangat besar ini karena apa yang mereka anggap sebagai monoton, pengulangan yang konstan, dan perumpamaannya yang stereotip. Tetapi bagi orang Iran itu adalah sejarah masa lalu negara mereka yang gemilang, disimpan sepanjang masa dalam syair yang agung.
Shahnameh juga dianggap sebagai data tertulis mengenai kebudayaan Persia di masa lalu. Syair Syahnameh penuh dengan syair mengharukan dan melankolis. Puisi itu menggabungkan keindahan dan kekejaman perang.
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah menyelesaikan epik Shahnameh pada tahun 1010 M, ia menyerahkannya kepada Sultan Mahmud dari Ghazni. Sultan Mahmud menerima puisi tersebut, tetapi Sultan Mahmud membayar upah kepada Ferdowsi dengan jumlah yang cukup kecil. Ferdowsi meninggal sekitar tahun 1020-1026 M . Makamnya dibangun sebuah monumen di Tus, Khorasan Iran untuk mengenang jasanya terhadap perkembangan sastra Persia.
ADVERTISEMENT
Sumber artikel: britannica.com, historycollection.com