Gempa Bumi Antiokia pada 526 yang Menghancurkan Segala Harapan

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
6 Mei 2018 20:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 526 M, terjadi sebuah gempa bumi dahsyat yang menimpa wilayah Syria. Gempa bumi itu terjadi di Antiokia, sebuah kota besar yang menjadi salah satu pusat perkembangan agama dan budaya masa lampau, yang dapat disandingkan dengan Alexandria di Mesir dan Roma di Italia.
ADVERTISEMENT
Gempa bumi telah menghilangkan nyawa 250.000 orang, kurang lebih separuh dari populasi yang ada di kota itu. Kota yang terkenal indah dengan banyak bangunan megah di dalamnya berubah menjadi kota mati yang hanya menyisakan puing-puing bangunan yang hancur.
Gempa bumi dengan kekuatan lebih dari 7 skala richter itu menghantam kota Antiokia sekitar pukul 6 sore. Kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa sangat besar, dan berlangsung dengan sangat cepat.
Setiap bangunan yang berada di Antiokia telah rata dengan tanah, hanya menyisakan beberapa bangunan saja dengan kerusakan yang tidak ringan. Lebih dari 250.000 orang tewas tertindih oleh bangunan tempat tinggal mereka ketika sedang melakukan kegiatan di dalam rumah bersama keluarga.
Guncangan pertama dari gempa itu memberikan dampak yang sangat besar, kemudian terjadi keheningan dan ketenangan sementara. Yang ada hanya jeritan dan tangisan dari orang-orang yang tertindih oleh bangunan.
ADVERTISEMENT
Segera setelah gempa pertama berhenti, terjadi gempa susulan yang benar-benar meruntuhkan seluruh bangunan di wilayah Antiokia. Tejadi kebakaran di beberapa tempat, yang seketika membakar orang-orang yang terjebak di dalam bangunan. Dua bencana yang telah memporakporandakan kota indah itu sangatlah mengerikan. Tidak dapat dibayangkan bagaimana suasana kota setelah terjadinya gempa.
Orang-orang yang selamat dari terjangan gempa tidak berarti merasa bahagia akan keadaannya itu. Banyak dari mereka yang depresi akibat kehilangan keluarga dan tempat tinggalnya. Mayoritas dari mereka memilih untuk meninggalkan kota, mencari tempat berlindung jika sewaktu-waktu gempa susulan kembali terjadi. Harta benda yang masih dapat diselamatkan mulai dikumpulkan sebagai bekal untuk mereka hidup di tempat baru.
Pasca-bencana gempa itu terjadi, terdapat sebuah pemandangan keji diperlihatkan oleh sekelompok manusia rendah, yang menamakan diri mereka perampok. Antiokia menjadi tambang emas bagi para perampok ini mencari harta benda yang tertimbun reruntuhan bangunan.
ADVERTISEMENT
Mereka cenderung mengabaikan korban-korban yang tertimpa bangunan, yang diperkirakan masih hidup jika sempat diselamatkan. Bahkan mereka berani mengadang para pengungsi yang sedang bergerak menuju kota lain, dan membunuh mereka jika tidak bersedia menyerahkan harta yang mereka bawa.
Sebagian masyarakat memilih untuk meninggalkan kota, namun masih ada sebagian lagi yang memutuskan untuk tetap tinggal. Mereka berencana membangun kembali Antiokia yang sudah hancur.
Mereka yang tinggal menetapkan hati untuk tidak terpuruk dengan keadaan mereka saat itu, dan membangun harapan agar kota kembali pada keadaan semula. Selama kurang lebih dua tahun mereka bekerja menyingkirkan puing-puing bangunan dan membuat rumah-rumah sementara hingga bantuan datang ke kota mereka.
Namun, harapan mereka seketika sirna ketika gempa kembali menerjang Antiokia pada 528 M, tepat dua tahun setelah gempa besar sebelumnya terjadi. Gempa kali ini memang tidak sebesar yang pertama, tetapi efek yang ditimbulkan terasa lebih besar.
ADVERTISEMENT
Bangunan yang selama dua tahun diperjuangkan telah rata dengan tanah, dan 5000 lebih orang tewas akibat gempa itu. Antiokia kembali berduka dan kali ini benar-benar telah menghilangkan segalanya.
Sumber: Spignesi, Stephen J. 2008. 100 Bencana Terbesar Sepanjang Masa. Tanggerang: Karisma
Foto : it.123rf.com