Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Gempa Bumi Jiajing: Hilangkan 60 Persen Populasi Shaanxi Abad ke-16
1 April 2021 18:51 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pada 23 Januari 1556, sebuah bencana gempa besar mengguncang wilayah Shaanxi, China. Peristiwa memilukan itu terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Jiajing dari Dinasti Ming. Oleh karenanya, catatan sejarah China pun sering menyebut peristiwa itu sebagai Gempa Besar Jiajing.
ADVERTISEMENT
Gempa Jiajing menjadi satu dari sedikit gempa yang dampaknya paling mematikan dalam sejarah manusia. Tercatat lebih dari 830.000 jiwa melayang dalam peristiwa ini, dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. Gempa Jiajing berpusat di lembah sungai Wei, Provinsi Shaanxi, dekat kota Huaxian, Weinan, dan Huayin.
Sedikitnya ada 97 wilayah di provinsi Shaanxi, Henan, Gansu, Hebei, Shandong, Hubei, Hunan, Jiangsu, dan Anhui, yang mengalami kerusakan cukup parah. Wilayah-wilayah itu bahkan kehilangan 60 persen populasi penduduknya, dan hanya sedikit yang mampu bertahan pascagempa.
Gempa Jiajing masuk dalam kategori gempa besar, dengan kekuatan 8,3 skala richter. Bencana di Jiajing itu menjadi gempa ke-5 terdahsyat dalam sejarah, jika dilihat dari kekuatannya saat itu. Namun, jika dilihat dari jumlah korbannya, mungkin masih masuk jajaran yang paling mematikan.
ADVERTISEMENT
Kota Huaxian menjadi daerah terparah yang terkena dampak gempa tersebut. Hampir seluruh gedung dan rumah di sana hancur, rata dengan tanah, dan setengah penduduk kota tersebut tewas, dengan perkiraan mencapai puluhan ribu jiwa. Situasi yang sama juga terjadi di Weinan dan Huayin karena kerusakannya sangat besar.
Guncangan gempa itu bahkan mengurangi ketinggian Pagoda Small Wild Goose di Xi’an, dari yang sebelumnya 45 meter, menjadi 43 meter. Sementara itu, di beberapa tempat terlihat retakan-retakan di tanah dengan kedalaman hingga 20 meter akibat gempa yang sangat kuat tersebut.
Situasi yang terlihat pascagempa terjadi sangat mengerikan. Seolah-olah, tanah, lembah, sungai, dan perbukitan berpindah dari tempatnya semula. Di beberapa tempat, tanah tiba-tiba mencuat hingga membentuk bukit baru, sedangkan yang lainnya menghilang, berganti menjadi lembah baru. Kehancuran dan kematian tersebar di mana-mana, mencapai tempat sejauh 500 kilometer dari pusat gempa.
Seorang ilmuwan dari China, Qin Keda, yang selamat dari gempa tersebut mencatat rincian peristiwa yang dialaminya. Ia mengatakan bahwa banyaknya korban yang tewas saat itu akibat kepanikan ketika gempa besar mengguncang, sedangkan mereka yang berdiam di dalam rumah, dan berlindung kemungkinan besar adalah mereka yang selamat.
ADVERTISEMENT
Namun, pernyataan Qin Keda dibantah oleh fakta lain yang menunjukkan bahwa jutaan orang di provinsi Shaanxi dan Gansu, pada saat gempa terjadi memilih untuk tetap tinggal di rumah mereka. Rumah yang berbentuk gua-gua buatan di tebing-tebing tinggi itu sebenarnya tahan terhadap berbagai cuaca, tetapi ketika gempa terjadi tanah tebing di atas rumah mereka longsor atau bahkan tanah di bawah mereka yang hancur, sehingga mereka pun tertimbun.
***
Referensi: