Konten dari Pengguna

Gempa Shanxi, Gempa Bumi Mematikan di Tiongkok yang Memakan Korban 830 Ribu Jiwa

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
31 Januari 2021 22:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Shanxi. Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Shanxi. Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 23 Januari 1556, Tiongkok daratan pada masa dinasti Ming diguncang oleh gempa bumi besar. Bencana alam itu menjadi gempa paling mematikan dalam catatan sejarah Tiongkok. Meski hanya berlangsung beberapa detik, jumlah korbannya sangat mengejutkan dan dampaknyanya terasa dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Pada dini hari tanggal 23 Januari 1556, lembah sungai Wei, yang terletak di Distrik Huazhou di Provinsi Shaanxi di Tiongkok utara, diguncang oleh gempa bumi yang diperkirakan oleh para ilmuwan modern sekitar 8 Skala Richter. Gempa tersebut yang dikenal dengan nama Gempa Jiajing karena terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Jiajing. Nama paling umum adalah Gempa Shaanxi yang berlangsung beberapa detik, tetapi gempa susulan berlanjut selama sekitar enam bulan setelah gempa awal.
Lembah sungai Wei dalam ilmu seismologi berada pada tiga garis patahan utama. Karena kondisinya yang rawan gempa, setidaknya lembah sungai Wei mengalami 26 gempa bumi pada masanya.
Sumber: Wikimedia Commons
Pada saat itu, Provinsi Shaanxi adalah pusat perdagangan dan pertanian nasional dan salah satu wilayah terpadat di Tiongkok. Tetapi dalam sekejap, populasinya menurun. Sekitar 60% populasi wilayah Huazhou atau sekitar 830.000 orang tewas dalam gempa bumi Shaanxi. Beberapa desa rata dengan tanah, hanya menyisakan beberapa yang selamat. Sementara yang lain meninggal dalam beberapa hari dan minggu berikutnya, belum lagi jutaan orang yang terluka parah.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan jumlah korban tewas begitu tinggi adalah karena mayoritas penduduk tinggal di rumah yang disebut yaodong, gua buatan manusia yang diukir dari tanah lunak di lereng bukit yang mengelilingi lembah Sungai Wei. Jenis rumah ini membuat penghuninya tetap hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas.
Tetapi ketika gempa melanda, tanah kehilangan kekuatannya. Ribuan orang terkubur di bawah berton-ton tanah dan batu. Pasca gempa, rumah dibangun dengan bahan yang lebih keras, seperti kayu dan bambu.
Sumber: Wikimedia Commons
Gempa Bumi Shaanxi juga menghancurkan banyak bangunan bersejarah. Lantai atas pagoda yang dibangun pada tahun 709, runtuh. Museum yang didirikan pada abad ke-11 untuk menampung dan melestarikan tugu dan patung batu Tiongkok, mengalami kerusakan parah.
ADVERTISEMENT
Gempa Shaanxi nyatanya bukan bencana alam paling mematikan dalam sejarah Tiongkok. Pada tanggal 18 Agustus 1931, Sungai Yangtze di China meluap, menewaskan 3,7 juta orang. Pada tahun 1887, air sungai Kuning menjebol tanggul tanah untuk membanjiri wilayah seluas 50.000 mil persegi di Provinsi Henan, menewaskan lebih dari 900.000 orang dan menghancurkan 11 kota besar dan ratusan desa kecil.
Sumber: historydaily.org