Konten dari Pengguna

Gerakan 4 Mei: Revolusi Intelektual dan Budaya Ala Tiongkok

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
4 Mei 2017 22:06 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk dan luas wilayah terbesar di dunia, Tiongkok dalam catatan sejarahnya mengalami apa yang disebut dengan Revolusi Inteletual yang melahirkan peradaban modern.
ADVERTISEMENT
Perang candu di Tiongkok yang terjadi pada 1840-1842, membuat Tiongkok berada dalam keadaan yang kacau diperparah lagi dengan berbagai perang yang berkecamuk di banyak tempat. Pada masa itu, berdirinya negara republik yang menggantikan kerajaan monarki dinilai masih belum dapat membawa keamanan dan kesejahteraan kepada Tiongkok.
Keadaan tersebut membuat para kaum Intelektual Tiongkok tidak lagi yakin terhadap bentuk negara kerajaan. Kesadaran intelektual yang mereka bawa adalah bahwa Tiongkok tidak akan menjadi negara maju jika masih menganut negara kerajaan dan menjunjung tinggi ajaran kunfusiusme yang pada saat itu sudah kuno untuk terus digunakan.
Ajaran tersebut mengharuskan masyarakat bertindak sesuai dengan kasta yang mereka miliki. Akhirnya kasta yang paling tinggilah yang akan semakin maju dan bernasib baik, sementara kasta yang rendah dan miskin akan terus menderita.
ADVERTISEMENT
Perkembangan pendidikan di Tiongkok pada akhir abad ke-19 ditandai dengan munculnya Universitas Peking yang menjadi pusat kegiatan intelektual di Negara Tiongkok. Setelah para pelajar Tiongkok mengenyam pendidikan di luar negeri dan ketika mereka sadar akan masalah-masalah yang dialami oleh tanah air mereka dan ingin melakukan pemulihan.
Dalam aksinya mereka mengatakan bahwa cara terbaik untuk menyelamatkan dan memajukan Negara Tiongkok adalah mengubah semangat dan pemikiran rakyat. Tiongkok masih terbelakang dalam berbagai bidang. Sebagai akibatnya, para kaum intelektual itu pun melibatkan diri dalam usaha-usaha dalam rangka memperbaiki perubahan untuk Tiongkok, yaitu harus adanya suatu revolusi.
Tokoh-tokohnya dalam hal pengembang gagasan pemikiran revolusi melalui jalan intelektualitas seperti Chen Du Xiu, Hu Shi, dan Cai Yuan Pei memperkenalkan pemikiran barat, Chen Du Xiu yang mengenalkan penulisan realism dan utilitarianisme dalam Majalah Pemuda Baru. Ia membuat sebuah karakter dari ide demokrasi dan sains sebagai “bapak demokrasi” dan “bapak sains” serta mempropagandakan bahwa bapak demokrasi dan bapak sains berkemampuan memulihkan Tiongkok dalam bidang politik, pelajaran, dan pemikiran (John, 1965)
ADVERTISEMENT
Pergerakan yang dilakukan oleh para kaum Intelek mencapai puncaknya pada 4 Mei 1919 yang kemudian dikenal dengan Gerakan 4 Mei Beijing, Gerakan pembawa revolusi intelektual dan pembaharuan budaya adalah memperjuangkan demokrasi dan mengutamakan sains. Para pendukung gerakan ini ingin menumpas perdaban tradisional yang kolot dan menggantikannya dengan peradaban barat yang lebih maju supaya menyelamatkan Tiongkok dari kehancuran, serta menyerukan rakyat agar membebaskan Tiongkok dari belenggu asing.
Pada 4 Mei 1919, para mahasiswa turun ke jalan untuk melakukan aksi demonstrasi secara besar-besaran terhadap pemerintah Beijing dan Jepang. Euforia politik, aktivisme mahasiswa, serta arah-arah aliran intelektual pemusnah berhala dan reformis yang diprakarsai oleh protes-protes mahasiswa setia negara berkembang menjadi sebuah kesadaran negara yang dikenal sebagai Gerakan 4 Mei (Fairbank, John King dan Merle Goldman, Op.cit., hlm. 267-268)
ADVERTISEMENT
Lingkungan intelektual Gerakan 4 Mei berkembang dan dikenal sebagai Gerakan Budaya Baru dan berlangsung antara tahun 1917-1923. Demonstrasi mahasiswa pada 4 Mei 1919 merupakan puncak Gerakan Kebudayaan Baru, dan keduanya kerap diidentikan satu sama lain. Bukan tanpa hasil akibat tekanan yang hebat dari para demonstran pelajar serta pendapat umum, perwakilan Tiongkok menolak menandatangani Perjanjian Versailles.
Selain menuntut revolusi, para intelektual ini juga sepakat membentuk organisasi yang menghimpun para pembaru yang dinamai dengan sebutan Partai Komunis Cina.
foto :namu.wiki/w/5.4