Konten dari Pengguna

Lebih Dekat dengan Cagar Budaya Jakarta, Gereja Katedral (Bagian I)

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
24 April 2017 13:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gereja Katedral menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang ada di Jakarta.
ADVERTISEMENT
1807, ketika Paus Pius VII mengangkat pastor Nelissen sebagai prefek apostik Hindia Belanda, pembangunan Gereja Katedral pun dimulai. Dan di saat itu pula zending semakin berkembang di Nusantara, termasuk Jakarta
1808, pastor Nelissen bersama pastor Prinsen tiba di Batavia via Pelabuhan Pasar Ikan. Mereka bertemu dengan Dokter FCH Assmus untuk membicarakan pendirian gereja katolik di Batavia. Selain itu, Pastor Nelissen mendapat pinjaman Pemerintah berupa rumah bambu berlokasi di pojok Barat Daya Buffelvelt (sekarang menjadi Gedung Departemen Agama) yang berfungsi sebagai gereja.
Setahun kemudian, umat Katolik mendapat hibah sebidang tanah yang berlokasi di sebelah Barat Laut Lapangan Banteng sebagai pengganti rumah bambu. Karena ketiadaan dana, pembangunan gereja urung dilaksanakan. Pihak gereja pun memohon kepada pemerintah Batavia untuk memberikan sebuah bangunan kecil yang berlokasi di Jalan Kenanga, Kawasan Senen yang mana bangunan milik Gubernemen Cornelis Casteleijn sejak 1770 di bawah pengawasan Gurbernur Van Der Parra.
ADVERTISEMENT
Bangunan berluaskan 8x23 meter2 sempat menjadi tempat ibadah umat Protestan berbahasa Melayu dan Belanda di Batavia. Seusai renovasi, bangunan ini dijadikan gereja Katolik yang mampu menampung 200 jemaat.
Sumber foto : rackcdn.com