Konten dari Pengguna

Gereja Santa Maria dan Perkembangan Komunitas Katolik di Jakarta Abad 19

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
28 Desember 2020 20:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komunitas Katolik baru muncul di awal 1800-an di wilayah Hindia Belanda. Hubungan buruk VOC dengan Portugis, Spanyol, serta sejumlah kerajaan lain yang punya tradisi Katolik, turut mempengaruhi perkembangan Katolik di seluruh Hindia Belanda. Hubungan buruk itu mulai mencair sejak memasuki 1800-an, setelah VOC dibubarkan pada 1799.
ADVERTISEMENT
Pastor Jacobus Nelissen pun datang dari Belanda 1807 dan diizinkan membangun Opostolik, yakni otoritas pada tingkat wilayah untuk pelayanan umat Katolik di daerah yang belum memiliki keuskupan. Sejak itulah komunitas Katolik berkembang di Batavia. Pastor J Nelissen harus memulai kegiatannya dari sebuah bangunan dari bambu dan kayu.
Pada tahun 1810, Gubernur Jenderal Herman W Daendels memberikan pinjaman berupa sebuah bangunan bekas gereja di atas tanah pemerintah di kawasan Senen. Gereja itu ditinggalkan setelah pengurusnya yang dermawan, Cornelis Chastelein, pindah ke Depok. Dibantu para jemaat, Pastor Nelissen merombak gereja itu menjadi kapel yang bisa menampung 200 orang, lalu menamainya Gereja Santo Ludovikus.
Sumber: Wikimedia Commons
Namun, pada 1826 kapel itu terbakar bersama 180 bangunan lain di sekitarnya. Pemerintah Hindia Belanda turun tangan, dengan membantu prefektur Opostolik Batavia itu dengan pinjaman 8.000 gulden untuk membeli lahan seharga 10.000 gulden, yang lokasinya persis di tempat Katedral Santa Maria Jakarta kini berada.
ADVERTISEMENT
Sebuah gereja baru dibangun dengan rancangan arsitektur gara neo gotik, yang menjadi ciri khas umumnya katedral di Indonesia di zaman itu. Namanya pun telah disematkan sejak awal yakni Santa Maria Diangkat ke Surga. Gereja ini cukup besar dengan ukuran 17x35 meter persegi.
Sumber: Wikimedia Commons
Gereja Santa Maria itu difungsikan sejak 1934. Namun, beratnya bagian menara membuat konstruksinya tertekan. Sejumlah kerusakan mulai muncul. Perbaikan dilakukan dan gereja kembali difungsikan. Pada 1880, perbaikan kembali dilakukan. Namun, beratnya beban di bagian atas tak lagi bisa disangga. Pada 1890 bangunan gereja itu ambruk.
Konstruksi baru segera didirikan, dan gereja itu selesai pada 1901 masih dengan gaya neo gothik dengan dua menara lancip di atasnya. Seiring dengan berdirinya lembaga Keuskupan di Batavia, gereja ini pun menjadi Katedral.
ADVERTISEMENT
Sumber: indonesia.go.id